Kebakaran di Penghujung Liburan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoDengan koordinasi yang baik dan kesungguhan hati, relawan Tzu Chi dengan pihak RT dan aparat TNI akhirnya dapat membagikan kupon paket kebakaran dengan baik kepada warga korban kebakaran.

 

 

 

Minggu, 27 September 2009, sebuah kebakaran berskala besar terjadi di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 1.158 rumah hangus terbakar di dua RW, yaitu RW 11 dan 12. Akibat dari musibah ini menyebabkan 1.446 keluarga atau 5.761 jiwa kehilangan tempat tinggal dan 8 orang mengalami luka ringan. Penyebab kebakaran ini sendiri belum diketahui secara pasti, namun dugaan sementara kebakaran disebabkan oleh tegangan arus pendek dari salah satu rumah kontrakan di RT 3/RW 12. Kebakaran hebat ini baru bisa dipadamkan pada sore hari dengan bantuan 48 unit mobil pemadam kebakaran.

 

Begitu Cepat Api Menyambar
Hari itu Istimunah baru saja kembali dari kampungnya di Tegal, Jawa Tengah. Setelah menghabiskan beberapa hari liburan di kampung halamannya untuk bersilahturahmi dengan sanak saudara pada perayaan Idul Fitri, Istimunah memutuskan untuk kembali ke Jakarta pada hari Minggu (27/9/09). Kepulangannya yang lebih awal daripada Masud, suaminya dikarenakan putra bungsunya Reza yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak harus masuk sekolah pada hari Senin. Belum lama ia tiba di rumahnya, Reza sudah pergi bermain keluar. Layaknya anak-anak yang tumbuh di lingkungan padat pemukiman, Reza sudah terbiasa bermain dengan teman-teman sebayanya hingga jauh dari tempat tinggal.

Tiba-tiba menjelang pukul 12.00 siang, sebuah kepulan asap keluar dari dalam rumah kontrakan yang jaraknya hanya 30 meter dari rumah Istimunah. Hanya dalam hitungan menit, asap itu membumbung tinggi dengan api yang berkobar dan terus menjalar ke arah depan karena hembusan angin. Angin yang kencang dan cuaca yang panas membuat api semakin merajalela. Dengan cepat api menyambar rumah-rumah yang ada di depannya hingga sampai ke muka rumah Istimunah. Ketika rumahnya terbakar, Istimunah sempat bermaksud mengambil barang-barang yang bisa diselamatkan, tetapi kobaran api yang menjilati kepalanya membuat hatinya menjadi ciut. Di pikirannya hanya teringat Reza yang sedang pergi bermain. Maka tanpa lagi mempedulikan harta benda, nalurinya memerintahkan untuk berlari mencari putra bungsunya.

foto  foto

Ket :- Seusai kebakaran, sebanyak 20 relawan Tzu Chi langsung datang meninjau lokasi. Sejak saat itu relawan            Tzu Chi terus berdatangan dan membuka dapur umum untuk makan para pengungsi. (kiri)
       - Para relawan yang terus berdatangan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk survei lokasi dan warga yang            menjadi korban kebakaran. (kanan)

Kait Bin M. Nur yang rumahnya hanya beberapa puluh meter di samping kontrakan merasa sangat kaget melihat api yang begitu cepat menyambar. “Tak sempat lagi untuk berpikir menyelamatkan harta benda, yang terpikir hanya lari menyelamatkan diri,” katanya.  Sesungguhnya ketika api mulai membesar, rumah Kait belum ikut terbakar. Tetapi karena panik ia pun turut keluar menyelamatkan diri. Begitu tersadar untuk menyelamatkan barang-barang, semuanya sudah terlambat. Api sudah melahap rumahnya. Susana hari itu terlihat kacau. Banyak warga yang meratapi nasibnya di tepian jalan, lebih banyak lagi warga yang berlarian keluar sambil berteriak-teriak tak tentu arah. Kolong jalan tol dalam kota menjadi alternatif perlindungan dan tempat tinggal sementara waktu itu.

Begitu api melahap semua rumah, Istimunah langsung menghubungi suaminya yang masih berada di kampung halaman, Tegal. Kaget mendapat kabar buruk, Masud mempercepat kepulangannya ke Jakarta, dan Senin pagi ia sudah tiba di Jakarta. Api sudah padam. Para pengumpul barang bekas mulai menyemut di lokasi mengais besi-besi atau barang-barang rumah tangga yang masih bisa diuangkan. Bekas kebakaran menyisakan perasaan yang pilu, terlebih bagi Istimunah. Sebelum peristiwa ini terjadi, ia sudah berencana menjalani pengobatan bagi dirinya yang menderita flek paru-paru. Sudah ada beberapa tahun sebelumnya Istimunah menderita sesak nafas dan batuk yang tiada henti. Terkadang batuknya yang berdahak begitu menyiksa hingga mengganggu sebagian aktivitasnya.

Sebelumnya Istimunah hanya mengunjungi dokter-dokter praktik umum dalam mengobati penyakitnya. Beberapa dokter mengatakan ia menderita asma, sebagian lagi mengatakan ia menderita radang paru. Resah dengan sakit yang tak kunjung sembuh, akhirnya pada awal bulan puasa Istimunah memeriksakan dirinya ke Klinik Angrek. Setelah dirontgen ternyata terdapat flek di paru-paru Istimunah. Penyembuhannya bisa dengan berobat jalan secara rutin. Dalam seminggu, sedikitnya ia harus mengeluarkan biaya Rp 50.000 untuk membeli obat. Sekarang setelah kejadian ini pupuslah sudah keinginannya untuk berobat, “Mana mau berobat, sekarang sudah dapet musibah ini. Rumah habis, tempat usaha habis. Ngebangunnya lagi nggak tau pakai apa,” keluhnya dengan lirih.

foto  foto

Ket : - Pada 29 September 2009, para relawan Tzu Chi yang terus berdatangan dibagi menjadi beberapa kelompok             untuk mendata warga yang menjadi korban dan membagikan kupon untuk mengambil paket bantuan             Tzu Chi keesokan harinya.   (kiri)
         - Istimunah yang rumahnya hanya beberapa meter dari rumah kontrakan yang menjadi sumber kebakaran             memandangi rumahnya yang hangus terbakar.  (kanan)

Tanggap Bencana
Ketika kebakaran terjadi, beberapa relawan Tzu Chi sedang rapat di Jing Si Book & Café Pluit, Jakarta Utara. Langsung saja info bencana ini dibahas dalam rapat itu. Dan esok harinya, Adi Prasetio, Agus Djohan, Chandra Chaidir, Hong Tjhin, Hok Lay, dan Joe Riadi datang ke lokasi kebakaran. Pukul 07.00 pagi mereka sudah tiba di sana, bertemu dengan Tomas T., Danramil Penjaringan dan Ali Mudasir, Lurah Penjaringan. Dari pertemuan itu relawan Tzu Chi mendata jumlah korban dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Dengan cepat, sore harinya Tzu Chi mendirikan posko bantuan bencana dan mengerahkan 20 relawan untuk memasak di dapur umun yang disediakan oleh pihak Kodim. Besarnya kebakaran di Kelurahan Penjaringan ini membuat relawan Tzu Chi hari itu ekstra keras menunggu data yang akurat dari pihak berwenang.

Terakhir pukul 21.00, data lengkap mengenai jumlah korban baru diperoleh oleh relawan Tzu Chi. Rencananya untuk beberapa hari ke depan, relawan Tzu Chi yang akan menyediakan bahan makanan dan memasak bagi warga Penjaringan, sebab dapur umum lainnya yang disediakan oleh Palang Merah Indonesia dan Dinas Sosial hanya 3 hari berada di lokasi.

foto  foto

Ket : - Para pengumpul barang bekas mulai berdatangan ke lokasi bencana, mengais besi-besi dan dan berbagai             macam barang lainnya yang sudah terbakar.   (kiri)
         - Karena posko dapur umum PMI dan Departemen sosial menetap di lokasi hanya 3 hari, maka relawan             Tzu Chi mendirikan posko dapur umum untuk makan para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda             darurat.  (kanan)

Sampai Selasa, 29 September 2009, puluhan relawan Tzu Chi terus berdatangan ke lokasi. Selain memasak mereka juga dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk membagikan kupon paket bantuan bencana kepada 1.446 keluarga. Agak sulit untuk membagikan kupon siang itu, mengingat warga sudah terpencar ke beberapa tenda pengungsian. Belum lagi ada sejumlah warga yang mulai aktif membersihkan rumahnya dari sisa-sisa kebakaran. Tetapi dilandasi oleh koordinasi yang baik dan kesabaran, akhirnya kupon ini berhasil dibagikan dengan lancar kepada seluruh keluarga.

Selain bantuan paket kebakaran dan makanan, Tzu Chi juga berencana mengadakan bakti sosial pengobatan, karena setelah kebakaran sedikitnya lebih dari 200 warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), sakit kepala, dan mata. “Setelah ini mungkin kita akan adakan baksos pengobatan, karena banyak warga, bahkan anak-anak yang kurang tidur, buang air susah, (dan) kurangnya sarana air bersih menyebabkan terjadinya banyak penyakit. Jadi kita perlu mengadakan baksos pengobatan,” terang Hok Lay, relawan Tzu Chi. Hal ini juga dibenarkan oleh Adi Prasetyo, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi. Menurut Adi, ia dan beberapa relawan akan merapatkan kembali untuk mengadakan baksos pengobatan pascabencana kebakaran. Pada intinya bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi bersifat berkelanjutan. “Kita Tzu Chi datang paling awal, pulang paling belakang,” pungkas Chandra Chaidir. 

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Menghangatkan Batin Warga

Menghangatkan Batin Warga

28 Juni 2012 “Bagi saya yang lalu ya sudah biar berlalu, toh sedih juga rumah nggak akan kembali seperti awal. Paling sekarang pelan-pelan nyicil untuk membangun rumah kembali,” jelas Tati, salah satu warga yang menjadi korban kebakaran dan menerima paket bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi ini dengan berlapang dada.
Pemberkahan Akhir Tahun 2021: Menumbuhkan Kebijaksanaan Lewat Setiap Tantangan

Pemberkahan Akhir Tahun 2021: Menumbuhkan Kebijaksanaan Lewat Setiap Tantangan

24 Januari 2022

Pemberkahan Akhir Tahun 2021 ini juga memunculkan haru di hati para relawan yang hadir seakan-akan menghadiri ajang reuni.

Menjaga Kehidupan, Kesehatan, dan Cinta Kasih

Menjaga Kehidupan, Kesehatan, dan Cinta Kasih

14 November 2012 Banjarmasin, ibukota propinsi Kalimantan Selatan, dikenal dengan julukan kota seribu sungai. Kalimantan memang terkenal dengan sungainya yang malang melintang. Namun, keadaan ini tidak didukung dengan transportasi air yang memadai, terutama saat musim hujan.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -