Kebakaran di Penghujung Liburan
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand YahyaDengan koordinasi yang baik dan kesungguhan hati, relawan Tzu Chi dengan pihak RT dan aparat TNI akhirnya dapat membagikan kupon paket kebakaran dengan baik kepada warga korban kebakaran. |
| |
Begitu Cepat Api Menyambar Tiba-tiba menjelang pukul 12.00 siang, sebuah kepulan asap keluar dari dalam rumah kontrakan yang jaraknya hanya 30 meter dari rumah Istimunah. Hanya dalam hitungan menit, asap itu membumbung tinggi dengan api yang berkobar dan terus menjalar ke arah depan karena hembusan angin. Angin yang kencang dan cuaca yang panas membuat api semakin merajalela. Dengan cepat api menyambar rumah-rumah yang ada di depannya hingga sampai ke muka rumah Istimunah. Ketika rumahnya terbakar, Istimunah sempat bermaksud mengambil barang-barang yang bisa diselamatkan, tetapi kobaran api yang menjilati kepalanya membuat hatinya menjadi ciut. Di pikirannya hanya teringat Reza yang sedang pergi bermain. Maka tanpa lagi mempedulikan harta benda, nalurinya memerintahkan untuk berlari mencari putra bungsunya.
Ket :- Seusai kebakaran, sebanyak 20 relawan Tzu Chi langsung datang meninjau lokasi. Sejak saat itu relawan Tzu Chi terus berdatangan dan membuka dapur umum untuk makan para pengungsi. (kiri) Kait Bin M. Nur yang rumahnya hanya beberapa puluh meter di samping kontrakan merasa sangat kaget melihat api yang begitu cepat menyambar. “Tak sempat lagi untuk berpikir menyelamatkan harta benda, yang terpikir hanya lari menyelamatkan diri,” katanya. Sesungguhnya ketika api mulai membesar, rumah Kait belum ikut terbakar. Tetapi karena panik ia pun turut keluar menyelamatkan diri. Begitu tersadar untuk menyelamatkan barang-barang, semuanya sudah terlambat. Api sudah melahap rumahnya. Susana hari itu terlihat kacau. Banyak warga yang meratapi nasibnya di tepian jalan, lebih banyak lagi warga yang berlarian keluar sambil berteriak-teriak tak tentu arah. Kolong jalan tol dalam kota menjadi alternatif perlindungan dan tempat tinggal sementara waktu itu. Begitu api melahap semua rumah, Istimunah langsung menghubungi suaminya yang masih berada di kampung halaman, Tegal. Kaget mendapat kabar buruk, Masud mempercepat kepulangannya ke Jakarta, dan Senin pagi ia sudah tiba di Jakarta. Api sudah padam. Para pengumpul barang bekas mulai menyemut di lokasi mengais besi-besi atau barang-barang rumah tangga yang masih bisa diuangkan. Bekas kebakaran menyisakan perasaan yang pilu, terlebih bagi Istimunah. Sebelum peristiwa ini terjadi, ia sudah berencana menjalani pengobatan bagi dirinya yang menderita flek paru-paru. Sudah ada beberapa tahun sebelumnya Istimunah menderita sesak nafas dan batuk yang tiada henti. Terkadang batuknya yang berdahak begitu menyiksa hingga mengganggu sebagian aktivitasnya. Sebelumnya Istimunah hanya mengunjungi dokter-dokter praktik umum dalam mengobati penyakitnya. Beberapa dokter mengatakan ia menderita asma, sebagian lagi mengatakan ia menderita radang paru. Resah dengan sakit yang tak kunjung sembuh, akhirnya pada awal bulan puasa Istimunah memeriksakan dirinya ke Klinik Angrek. Setelah dirontgen ternyata terdapat flek di paru-paru Istimunah. Penyembuhannya bisa dengan berobat jalan secara rutin. Dalam seminggu, sedikitnya ia harus mengeluarkan biaya Rp 50.000 untuk membeli obat. Sekarang setelah kejadian ini pupuslah sudah keinginannya untuk berobat, “Mana mau berobat, sekarang sudah dapet musibah ini. Rumah habis, tempat usaha habis. Ngebangunnya lagi nggak tau pakai apa,” keluhnya dengan lirih.
Ket : - Pada 29 September 2009, para relawan Tzu Chi yang terus berdatangan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendata warga yang menjadi korban dan membagikan kupon untuk mengambil paket bantuan Tzu Chi keesokan harinya. (kiri) Tanggap Bencana Terakhir pukul 21.00, data lengkap mengenai jumlah korban baru diperoleh oleh relawan Tzu Chi. Rencananya untuk beberapa hari ke depan, relawan Tzu Chi yang akan menyediakan bahan makanan dan memasak bagi warga Penjaringan, sebab dapur umum lainnya yang disediakan oleh Palang Merah Indonesia dan Dinas Sosial hanya 3 hari berada di lokasi.
Ket : - Para pengumpul barang bekas mulai berdatangan ke lokasi bencana, mengais besi-besi dan dan berbagai macam barang lainnya yang sudah terbakar. (kiri) Sampai Selasa, 29 September 2009, puluhan relawan Tzu Chi terus berdatangan ke lokasi. Selain memasak mereka juga dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk membagikan kupon paket bantuan bencana kepada 1.446 keluarga. Agak sulit untuk membagikan kupon siang itu, mengingat warga sudah terpencar ke beberapa tenda pengungsian. Belum lagi ada sejumlah warga yang mulai aktif membersihkan rumahnya dari sisa-sisa kebakaran. Tetapi dilandasi oleh koordinasi yang baik dan kesabaran, akhirnya kupon ini berhasil dibagikan dengan lancar kepada seluruh keluarga. Selain bantuan paket kebakaran dan makanan, Tzu Chi juga berencana mengadakan bakti sosial pengobatan, karena setelah kebakaran sedikitnya lebih dari 200 warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), sakit kepala, dan mata. “Setelah ini mungkin kita akan adakan baksos pengobatan, karena banyak warga, bahkan anak-anak yang kurang tidur, buang air susah, (dan) kurangnya sarana air bersih menyebabkan terjadinya banyak penyakit. Jadi kita perlu mengadakan baksos pengobatan,” terang Hok Lay, relawan Tzu Chi. Hal ini juga dibenarkan oleh Adi Prasetyo, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi. Menurut Adi, ia dan beberapa relawan akan merapatkan kembali untuk mengadakan baksos pengobatan pascabencana kebakaran. Pada intinya bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi bersifat berkelanjutan. “Kita Tzu Chi datang paling awal, pulang paling belakang,” pungkas Chandra Chaidir.
| ||
Artikel Terkait
Suara Kasih : Memberi Keteladanan
24 Mei 2010Meneruskan Tekad dan Semangat Tzu Chi
17 Juni 2016Tzu Chi Tanjung Pinang mengadakan kegiatan pelatihan relawan baru yang pertama kali diadakan di sepanjang tahun 2016 ini. Sebanyak 48 orang peserta dengan antusias mengikuti pelatihan ini. Tak terkecuali relawan Tzu Chi Batam yang terus memberikan dukungan dengan memberikan sharing pada kegiatan ini.