Kebenaran Sejati
Jurnalis : Triana Putri (He Qi Utara 2), Fotografer : Triana Putri (He Qi Utara 2)Dalam kegiatan bedah buku pada 27 Januari 2019, salah satu relawan Youmi membagikan pengalamannya mengenai Dukkha.
Walaupun Persamuhan Dhamma telah selesai dilaksanakan namun para relawan tetap semangat untuk mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing). Untuk mengetahui lebih dalam dan luas mengenai isi dari Sutra Makna Tanpa Batas, maka relawan He Qi Utara 2 wilayah Pluit Ai Xin mengadakan kegiatan bedah buku pada Minggu, 27 Januari 2019 di Gedung Gan En Lou Lantai 1, Ruang Kaligrafi, Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara.
Relawan bersama-sama menyanyikan lagu dari salah satu bab Wu Liang Yi Jing.
Bedah buku kali ini dilanjutkan dengan membahas Bab Sifat Luhur (De Heng Pin) yang dibawakan oleh Haryo Suparmun dan dihadiri oleh 37 orang peserta dengan dimoderatori oleh Aina dan Erlina.
Kelas diawali dengan menyanyikan lagu Bab Sifat Luhur (De Heng Pin) yang berisikan sifat luhur Buddha. Haryo pun memberikan penjelasan mengenai 4 kebenaran sejati yang terdiri dari: Kebenaran mengenai adanya Duka (Dukkha), Kebenaran mengenai sebab duka (Dukkha Samudaya), Kebenaran mengenai lenyapnya Duka (Dukkha Nirodha), Kebenaran mengenai jalan menuju lenyapnya Duka (Dukkha Niroda Gamini Patipada Magga).
Haryo Suparmun menjelaskan mengenai Bab sifat luhur dengan penuh semangat.
“Apabila kita berteman dengan orang yang dibenci, berpisah dengan yang disayangi inilah Dukkha, maka kita harus dapat mendengarkan, merenungkan serta mempraktikkan Dharma sehingga kita dapat melenyapkan Dukkha,” kata Haryo.
Dalam kegiatan bedah buku ini, relawan memberikan sharing pengalaman mereka. Contohnya Youmi. “Saya pernah tidak suka terhadap seorang teman pada awal masuk Tzu Chi. Saya tidak mau mendengar perkataannya. Tapi semakin saya tidak suka, semakin sering saya bertemu dengannya. Namun setelah sering mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, ketidaksukaan saya terhadap teman itu lama kelamaan lenyap dan saya semakin jarang bertemu dengannya.”
Secara rutin relawan mengikuti bedah buku Wu Liang Yi Jing untuk memahami Dharma.
Haryo kembali menjelaskan bahwa diri sendiri sebagai nahkoda. Nahkoda berhati luhur menunjukkan arah kapal dan arah kehidupan. Untuk mengangkut semua makhluk diperlukan banyak nahkoda di tengah lautan nafsu keinginan. Berawal dari satu nahkoda menjadi tak terhingga untuk mengangkut semua makhluk ke alam bahagia.
Dharma itu sederhana namun sangat dalam. Dharma indah pada awal, indah dipertengahan dan indah pada akhirnya. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Editor: Yuliati