Keberanian dan Rendah Hati
Jurnalis : Yusie (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi Timur) Relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Timur berdiri rapi dan menyanyikan Mars Tzu Chi saat hendak memulai Pelatihan Relawan Abu Putih yang ke-2 di tahun 2011. |
| ||
Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang diselenggarakan di tahun 2011, setelah pelatihan sebelumnya yang diadakan pada hari Minggu, 13 Februari lalu. Tujuan pelatihan adalah agar para relawan semakin mengenal, mengerti , dan mencintai Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh Master Cheng Yen. Peserta pelatihan kali ini adalah para relawan abu-abu putih berjumlah 39 orang, biru-putih berjumlah 30 orang, komite berjumlah 4 orang dan Tzu Ching berjumlah 5 orang yang kesemuanya berasal dari Hu Ai Kelapa Gading He Qi Timur. Bersiap Memulai Pelatihan Melinda Shijie yang baru kali ini mengikuti pelatihan mengatakan bahwa dengan mengikuti pelatihan ini dirinya semakin mengenal sejarah hidup, misi, dan visi Master Cheng Yen. Melindadan suaminya Anwar, sudah tertarik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi sejak November 2010 lalu. Namun baru mendapat kesempatan untuk mengikuti Tea Gathering pada bulan Februari 2011 dan akhirnya mengikuti pelatihan di bulan ini. “Setelah bergabung dan mengikuti kegiatan-kegiatannya, kami jadi tahu kalau Tzu Chi memang benar-benar membantu orang,” ungkap Melinda. Dalam pelatihan ini, tercatat ada 6 orang relawan abu-putih yang baru pertama kali mengikuti pelatihan. Initiative Responses dan Think Out of The Box Akhirnya waktu makan siang pun tiba. Saat makan pun suasananya sama seperti dalam sesi pelatihan, kami semua makan dengan tenang dan hening. Kami sangat berterima kasih kepada para relawan yang sudah mempersiapkan makan siang dan menyajikannya dengan penuh hormat dan ketulusan hati. Setelah menikmati makan siang Jishou Shixiong memberikan sedikit permainan menyenangkan yang mengasah otak kami. Kami diminta menghubungkan 9 titik dengan 4 garis saja dan semua harus terhubung. Makna dari permainan ini memberikan kami pelajaran bahwa harus mampu untuk berpikir kreatif, “think out of the box” (berpikir di luar kotak/kebiasaan). Materi terakhir dalam pelatihan ini disampaikan oleh Dharmawati Shijie tentang betapa pentingnya menjadi seorang vegetarian. Menurutnya, selain baik untuk kesehatan, bervegetarian juga ikut melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi kita yang semakin renta ini.
Keterangan :
Sharing Relawan Sebelum sharing pertobatan dimulai, Rensy Shijie terlebih dahulumenyampaikan materi mengenai pertobatan. Kita bisa memulai pertobatan dari badan atau jasmani kita, dari ucapan, dan dari pikiran. Di dalam pikiran kita sering ada keserakahan, kebencian, kebodohan, kecurigaan, dan keangkuhan. Bagaimana kita harus memulai pertobatan? Dengan bervegetarian, bertekad mengembangkan hati bodhicita, dan pelimpahan jasa atau doa. Dalam sharing pertobatannya, Rensy Shijie memulai dengan bercerita, "Pada awalnya saya bekerja sebagai pramugari Singapore Airlines (SQ). Saya diterima di antara 20 orang calon dari 6.000 pelamar, padahal itu adalah pekerjaan saya yang pertama. Hebat kan, apalagi gaji dan fasilitas yang wah, sekitar 30 sampai 40 juta rupiah per bulan, saya menjadi sosok yang sombong. Setelah cukup pengalaman di SQ, saya ke Jakarta itupun saya dapat memperoleh pekerjaan posisi yang penting dengan mudah." Kemudian Rensy Shijie melanjutkan, ”Titik balik saya adalah saat kerusuhan 1998 di mana saya kehilangan pekerjaan dan saya pun memutuskan kembali ke Medan dengan bekal hanya Rp. 400.000,-. Tiketnya juga dibelikan orang tua pacar saya. Entah kemana pendapatan yang saya terima selama ini, namanya anak muda." Ungkapan Rensy Shijie itupun disambut derai tawa para peserta pelatihan. Saat telah tinggal di Medan, Rensy Shijie juga kesulitan mendapatkan pekerjaan. Setelah beberapa lama ia pun baru berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai Manajer Restoran di Novotel yang tidak lebih sebagai pramusaji dengan gaji Rp. 400.000,- per bulannya. Ketika itu ia betul-betul terpuruk, apalagi pada saat Valentine Day, teman-temannya makan di sana dengan pakaian pesta yang wah plus pacar mereka masing-masing dan Rensy yang melayani mereka. Apalagi mereka semua tahu kalau ia dahulu bekerja di SQ. Rensy Shijie beruntung karena ia mempunyai mama yang sangat baik dan sabar. ”Mama men-support saya dan mengajak ke wihara. Saya membaca sutra pertobatan dan pada saat membaca saya menangis dan menangis. Di sutra itu tertulis dengan jelas dan rinci segala perbuatan kita dan akibat yang akan kita terima. Selanjutnya saya rutin membaca sutra itu dan selalu menangis yang tidak terbendung,” kenangnya. Ketika itu semua relawan tercekat mendengarnya dan tidak mampu menahan haru. Rensy lantas melanjutkan sharingnya, ”Kemudian ada teman yang mengajak kerjasama dan saya kembali ke Jakarta, saya merasa menjadi insan yang jauh lebih baik. Apalagi setelah saya mengenal dan bergabung menjadi relawan Tzu Chi, saya dapat belajar lebih mengerti orang lain dan bersikap rendah hati.” Tepuk tangan seluruh peserta pelatihan pun kemudian terdengar di saat Rensy Shijie mengakhiri sharingnya.
Keterangan :
Sharing pertobatan yang kedua disampaikan oleh Yulhasnir Tanjung Shixiong. Dengan terbata-bata, ia menceritakan kehidupan masa lalunya yang penuh dengan kekerasan dan kesombongan. Sebagai seorang anak dari keluarga yang cukup berada, Yulhasnir Tanjung Shixiong tumbuh menjadi seorang pemuda yang hobi berkelahi, berburu, dan suka berkuasa. “Sejak kecil saya sudah mengenal banyak jenis senjata dan mahir menembak. Semua jenis binatang saya buru dan dibunuh tanpa rasa kasihan. Bahkan saya pernah menembak seekor monyet yang sedang menggendong anaknya, setelah monyet itu jatuh ke tanah anaknya menengadahkan tangan memohon belas kasihan jangan tembak orang tua saya, namun dengan santai saya tetap menembak mati monyet itu dan mengambil anaknya,” kata Yulhasnir Tanjung Shixiong sambil tetap memegang mulutnya agar tidak menangis. Setelah sanggup bercerita Yulhasnir Tanjung Shixiong kembali melanjutkan, ”Suatu hari saya pergi berburu dan melihat sepasang burung. Setelah ditembak, salah satu burung itu mati dan saya bawa pulang. Namun, burung yang satu lagi mungkin pasangannya mengejar saya sampai ke rumah. Dia terbang dan melompat dari satu pohon ke pohon lain,” katanya lagi. ”Setiap hari burung tersebut mengganggu saya dengan suaranya yang melengking. Saya mencoba menembaknya namun tidak pernah berhasil dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi menembak dan berhenti berburu,” lanjutnya. Kehidupan Yulhasnir Tanjung Shixiong pun berubah tahun 1983. ”Tahun itu ayah saya meninggal dan saya kemudian merantau ke Jakarta. Saat itu saya benar-benar terpuruk karena di Padang saya sebagai sosok yang ditakuti dan berkuasa namun di Jakarta saya bukan apa-apa. Sejak itu saya bertobat dan ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Bahkan sampai saat ini, saya sudah bervegetarian selama 20 tahun lebih,” tuturnya. Sharing yang disampaikan Yulhasnir Tanjung tersebut sungguh menjadi inspirasi bagi kami semua. Bahwa seburuk apapun masa lalu kehidupan kita, asalkan mau bertobat kita bisa berubah. Sharing selanjutnya adalah dari peserta yang baru pertama kali mengikuti pelatihan. Kesempatan pertama diberikan ke Irwan Shixiong yang bergabung ke Tzu Chi karena dorongan sang nenek dan kini ia pun bertekad akan terus membantu di Tzu Chi. Cerita yang cukup unik dan menggelitik di-sharing-kan oleh Margareta Shijie yang mengetahui Yayasan Buddha Tzu Chi dari nomor telepon informasi 108 setelah melihat tayangan DAAI TV. Berkat rasa keingintahuannya tersebut, telah membawanya bergabung sebagai perawat di Tzu Chi Medical Association (TIMA). Niat yang Tulus akan Megubah Segalanya | |||
Artikel Terkait
Sebersit Niat Baik dan Mengenggam Setiap Kesempatan
05 Maret 2015 “Sehabis operasi, papa membutuhkan banyak darah," tambahnya. Pendonor berusia 41 tahun itu menceritakan pengalaman pahit kehilangan keluarga terdekat akibat dari keterlambatan pasokan darah. Pengalaman itulah yang mendorong niat dan tekad Rosanna untuk mendonorkan darahnya. “Selama masih diberi kesempatan untuk donor, saya akan terus melakukannya,” ujarnya.Berbagi Kasih Merawat Kehidupan
18 Agustus 2015Baksos kesehatan kali ini melayani pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol yang diikuti sebanyak 60 orang diadakan pada hari Minggu, 5 Juli 2015 di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Padang.