Kebersatuan Hati dalam Bergotong Royong

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan) , Fotografer : Rusli Chen (Relawan Tzu Chi Medan)
 
 

fotoPara relawan dengan antusias mendekorasi ruangan untuk pameran. Setiap detial ruangan diperhatikan demi kelancaran kegiatan pada esok harinya.

“Setengah jam lagi barulah kita turunkan barang-barang kita, Shixiong !” ujar salah satu relawan kepada relawan lain sembari melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 22.00 wib. Malam itu, tanggal 11 Oktober 2012, puluhan relawan Tzu Chi Medan sudah bersiap-siap di area lantai Ground yang telah dipinjamkan oleh pihak Manajemen Cambridge City Square untuk dijadikan area pameran 10 tahun Tzu Chi Medan. Dikarenakan aturan dari manajemen maka semua relawan baru dapat bekerja menata lokasi pameran setelah jam menunjukkan pukul 22.30 wib.

Setelah waktu yang ditentukan telah tiba, maka relawan langsung bergerak dan mobil-mobil pengangkut barang mulai merapat di depan pintu masuk. Shijie-shijie (panggilan untuk relawan wanita, red.) tidak mau kalah dengan shixiong-shixiong (panggilan untuk relawan pria, red.) dalam hal mengangkat barang-barang dari mobil ke area pameran. Tak seorang pun relawan yang berpangku tangan. Semuanya bersemangat menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam waktu yang singkat, semua barang-barang yang tadinya memenuhi mobil pengangkut sudah berhasil diturunkan.

Malam itu, relawan hanya bertugas menyulap sebuah area yang kosong menjadi sebuah area yang bertajuk Dunia Tzu Chi. Karena panggung dan karpet sudah ditata sehari sebelumnya. Di salah satu sudut, terlihat beberapa relawan sibuk membuat tumpukan kardus-kardus yang nantinya akan menjadi tempat untuk memajang pernak-pernik pameran. Di sisi lain, relawan-relawan terus sibuk untuk mendekor ruangan dengan tanaman-tanaman serta bambu-bambu. Ada 10 batang bambu di area pameran sebagai perlambang 10 tahun Tzu Chi Medan.

Jika kita perhatikan, bambu memiliki korelasi dengan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengatakan bambu adalah identik dengan budaya Asia. Bambu sendiri memiliki filosofi yang cukup dalam. Dalam bahasa Hokkian bambu disebut Tek yang nadanya hampir sama dengan Kong Tek (pahala, red.). Kemudian setiap batang bambu pastilah beruas-ruas, yang dalam bahasa Hokkian disebut Cat, dalam bahasa mandarin disebut Jié yang nadanya mirip dengan Jiè (sila, red.), dimana setiap relawan harus menjalankan Shí jiè (10 sila, red.). Master Cheng Yen juga melambangkan batang bambu yang kosong di bagian dalamnya laksana hati manusia yang hendaklah kosong. Semakin tinggi bambu, pastilah akan merunduk, ini melambangkan manusia yang hendaknya tidak menyombongkan diri.

Setelah dinding-dinding penyekat terpasang di kedua sisi area pameran, relawan yang bertugas menggantungkan poster-poster terus berdiskusi agar nantinya poster-poster tersebut dapat terpampang dengan baik di dinding-dinding penyekat tersebut sehingga indah untuk dilihat. Dua buah televisi datar pun dipasang yang nantinya akan menampilkan foto-foto serta video-video jejak langkah Tzu Chi Medan.

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan penuh semangat, relawan Tzu Chi Medan memindahkan barang-barang dari mobil ke ruang pameran (kiri).
  • Tanpa mengenal lelah, setiap relawan saling bahu membahu merapikan dekor, menyusun dan menempelkan poster untuk pameran poster yang akan diadakan keesokan harinya (kanan).

Dalam pameran ini, hampir 99 persen bahan yang digunakan adalah berasal dari relawan atau depo daur ulang. Karpet yang dipakai, diperoleh dari depo daur ulang. Panggung yang digunakan adalah sebagian panggung yang pernah digunakan sewaktu acara Pemberkahan Akhir Tahun. Pernak-pernik yang dipajang semuanya adalah kepunyaan dari relawan-relawan. Tanaman-tanaman hias dipinjamkan oleh salah satu keluarga yang pernah dibantu oleh Tzu Chi. Sound System juga merupakan milik dari salah satu relawan. Di sinilah budaya hemat yang digaungkan oleh Master Cheng Yen diterapkan sehingga untuk melaksanakan sebuah pameran,  hampir tidak mengeluarkan biaya sama sekali.

Meski terkadang kita melihat sebuah pekerjaan yang dilakukan itu adalah sebuah pekerjaan yang sederhana dan mudah tetapi di dalam berkegiatan Tzu Chi, setiap relawan tidak serta merta menonjolkan kepiawaiannya melainkan harus merendahkan hati bergotong royong dan saling berdiskusi. Inilah salah satu cara melatih diri dalam Tzu Chi. Master  Cheng Yen selalu mengingatkan setiap insan Tzu Chi  agar senantiasa bersatu hati agar semuanya dapat berjalan dengan baik.

Waktu terus bergulir dan relawan terus bekerja. Sebagian relawan masih sibuk menata, sebagian lagi sibuk menyapu lantai dan menyimpan barang-barang yang tidak lagi terpakai ke gudang penyimpanan. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari, dan akhirnya semuanya pekerjaan selesai. Meski peluh membasahi tubuh, wajah ceria senantiasa tercitra di wajah setiap relawan. Tak disangka sebuah pameran dapat dirancang dan ditata oleh insan Tzu Chi sendiri. Seperti kata Master Cheng Yen, jangan pernah pandang kecil diri sendiri, karena diri sendiri memiliki kemampuan yang tak terbatas. Di sinilah kita dapat melihat karya nyata dari masing-masing relawan.

Penataan pameran ini ternyata lebih cepat satu hari dari perkiraan karena pamerannya sendiri akan dibuka pada tanggal 13 Oktober 2012 tetapi tanggal 12 Oktober 2012 dini hari telah selesai dikerjakan. Sebuah bukti dari kebersatuan hati dalam bergotong royong dari semua insan Tzu Chi demi kesuksesan dari Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan.           

  
 

Artikel Terkait

“Duo Yong Xin”

“Duo Yong Xin”

03 Agustus 2012 Di Gedung 2 itulah sejak tanggal 31 Juli 2012 lalu, di salah satu ruang meeting yayasan berkapasitas ±50 orang di lantai 5, oleh tim Budaya Humanis Tzu Chi Taiwan diadakan Pelatihan 3 in 1 secara teleconference (melalui koneksi internet). Bahan dan materi pelatihan disiarkan langsung dari pihak Taiwan melalui internet.
Banjir 2020: Uluran Tangan untuk Saudara

Banjir 2020: Uluran Tangan untuk Saudara

14 Januari 2020
Relawan He Qi Timur menyisir wilayah Bekasi untuk memberikan bantuan pascabanjir. Dari mulai bantuan kepada seorang relawan hingga bekerja sama dengan OMK (Orang Muda Katolik) untuk mendistribusikan bantuan ke berbagai wilayah terdampak di Bekasi melalui Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi.
Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

25 Agustus 2015

Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -