Kebersatuan Hati dalam Bergotong Royong
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan) , Fotografer : Rusli Chen (Relawan Tzu Chi Medan) Para relawan dengan antusias mendekorasi ruangan untuk pameran. Setiap detial ruangan diperhatikan demi kelancaran kegiatan pada esok harinya. |
| ||
Setelah waktu yang ditentukan telah tiba, maka relawan langsung bergerak dan mobil-mobil pengangkut barang mulai merapat di depan pintu masuk. Shijie-shijie (panggilan untuk relawan wanita, red.) tidak mau kalah dengan shixiong-shixiong (panggilan untuk relawan pria, red.) dalam hal mengangkat barang-barang dari mobil ke area pameran. Tak seorang pun relawan yang berpangku tangan. Semuanya bersemangat menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam waktu yang singkat, semua barang-barang yang tadinya memenuhi mobil pengangkut sudah berhasil diturunkan. Malam itu, relawan hanya bertugas menyulap sebuah area yang kosong menjadi sebuah area yang bertajuk Dunia Tzu Chi. Karena panggung dan karpet sudah ditata sehari sebelumnya. Di salah satu sudut, terlihat beberapa relawan sibuk membuat tumpukan kardus-kardus yang nantinya akan menjadi tempat untuk memajang pernak-pernik pameran. Di sisi lain, relawan-relawan terus sibuk untuk mendekor ruangan dengan tanaman-tanaman serta bambu-bambu. Ada 10 batang bambu di area pameran sebagai perlambang 10 tahun Tzu Chi Medan. Jika kita perhatikan, bambu memiliki korelasi dengan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengatakan bambu adalah identik dengan budaya Asia. Bambu sendiri memiliki filosofi yang cukup dalam. Dalam bahasa Hokkian bambu disebut Tek yang nadanya hampir sama dengan Kong Tek (pahala, red.). Kemudian setiap batang bambu pastilah beruas-ruas, yang dalam bahasa Hokkian disebut Cat, dalam bahasa mandarin disebut Jié yang nadanya mirip dengan Jiè (sila, red.), dimana setiap relawan harus menjalankan Shí jiè (10 sila, red.). Master Cheng Yen juga melambangkan batang bambu yang kosong di bagian dalamnya laksana hati manusia yang hendaklah kosong. Semakin tinggi bambu, pastilah akan merunduk, ini melambangkan manusia yang hendaknya tidak menyombongkan diri. Setelah dinding-dinding penyekat terpasang di kedua sisi area pameran, relawan yang bertugas menggantungkan poster-poster terus berdiskusi agar nantinya poster-poster tersebut dapat terpampang dengan baik di dinding-dinding penyekat tersebut sehingga indah untuk dilihat. Dua buah televisi datar pun dipasang yang nantinya akan menampilkan foto-foto serta video-video jejak langkah Tzu Chi Medan.
Keterangan :
Dalam pameran ini, hampir 99 persen bahan yang digunakan adalah berasal dari relawan atau depo daur ulang. Karpet yang dipakai, diperoleh dari depo daur ulang. Panggung yang digunakan adalah sebagian panggung yang pernah digunakan sewaktu acara Pemberkahan Akhir Tahun. Pernak-pernik yang dipajang semuanya adalah kepunyaan dari relawan-relawan. Tanaman-tanaman hias dipinjamkan oleh salah satu keluarga yang pernah dibantu oleh Tzu Chi. Sound System juga merupakan milik dari salah satu relawan. Di sinilah budaya hemat yang digaungkan oleh Master Cheng Yen diterapkan sehingga untuk melaksanakan sebuah pameran, hampir tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Meski terkadang kita melihat sebuah pekerjaan yang dilakukan itu adalah sebuah pekerjaan yang sederhana dan mudah tetapi di dalam berkegiatan Tzu Chi, setiap relawan tidak serta merta menonjolkan kepiawaiannya melainkan harus merendahkan hati bergotong royong dan saling berdiskusi. Inilah salah satu cara melatih diri dalam Tzu Chi. Master Cheng Yen selalu mengingatkan setiap insan Tzu Chi agar senantiasa bersatu hati agar semuanya dapat berjalan dengan baik. Waktu terus bergulir dan relawan terus bekerja. Sebagian relawan masih sibuk menata, sebagian lagi sibuk menyapu lantai dan menyimpan barang-barang yang tidak lagi terpakai ke gudang penyimpanan. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari, dan akhirnya semuanya pekerjaan selesai. Meski peluh membasahi tubuh, wajah ceria senantiasa tercitra di wajah setiap relawan. Tak disangka sebuah pameran dapat dirancang dan ditata oleh insan Tzu Chi sendiri. Seperti kata Master Cheng Yen, jangan pernah pandang kecil diri sendiri, karena diri sendiri memiliki kemampuan yang tak terbatas. Di sinilah kita dapat melihat karya nyata dari masing-masing relawan. Penataan pameran ini ternyata lebih cepat satu hari dari perkiraan karena pamerannya sendiri akan dibuka pada tanggal 13 Oktober 2012 tetapi tanggal 12 Oktober 2012 dini hari telah selesai dikerjakan. Sebuah bukti dari kebersatuan hati dalam bergotong royong dari semua insan Tzu Chi demi kesuksesan dari Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan. | |||
Artikel Terkait
Acara Keakraban dan Apresiasi kepada Guru Sekolah Cinta Kasih
29 Desember 2016Menjelang berakhirnya kegiatan belajar mengajar tahun 2016, para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng melakukan kegiatan gathering guru. Beberapa guru yang baru saja pulang dari studi banding di kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan berbagi pengalaman. Ada banyak hal di sana yang bisa diterapkan di lingkungan sekolah.
Praktik Nyata Melindungi Kebersihan Lingkungan
08 November 2016Semangat Menempa Pendidikan Walau Kurang Pendengaran
01 Desember 2022Relawan Tzu Chi mendukung penuh pendidikan Rachell, seorang anak penerima beasiswa Tzu Chi yang menderita tunarungu. Dari dukungan ini, relawan ingin memperbaiki kehidupan keluarga keluarga dan mewujudkan cita-cita Rachell.