Kebersihan Pangkal Kesehatan

Jurnalis : Yuliana (He Qi Utara 1), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara 1)


Minggu, 10 Maret 2019 relawan komunitas He Qi Utara 1 mengadakan kelas budi pekerti di Rusun Cinta Kasih II Muara Angke, 25 anak yang hadir berbaris rapi menuju ke ruang kelas masing-masing.

Setiap bulan sekali diadakan kegiatan pendidikan budaya humanis di Rusun Cinta Kasih II Muara Angke, Jakarta Utara. Pada bulan yang lalu anak -anak sudah dibagikan baju seragam berwarna biru langit. Minggu, 10 Maret 2019 adalah pertama kalinya anak-anak datang mengikuti kelas dengan mengenakan seragam barunya. Ada sebanyak 17 orang relawan komunitas He Qi Utara 1 yang menjadi Daai Papa dan Mama untuk membimbing 25 anak yang hadir.


Tema kelas kali ini adalah “Pentingnya Kebersihan.” Daai Mama di kelas memperhatikan kebersihan kuku anak-anak. 

Sebelum jam 7.30 WIB, anak-anak sudah berkumpul di aula rusun dengan seragam barunya. Mereka tampil rapi, baju dimasukkan ke dalam celana atau rok, anak yang cewek rambutnya diikat atau dikepang dua, ada juga yang memakai sepatu, sehingga membuat penampilan mereka lebih rapi dan seperti anak sekolahan.

Mulai tahun ini anak-anak dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan umur dan tingkat sekolah. Dari usia paling kecil adalah Kelas Harmoni (usia TK), lalu Kelas Cinta Kasih (kelas 1-3 SD), dan Kelas Welas Asih (kelas 4 SD-SMP). Setiap kelas ada Daai Papa Mama yang mendampingi untuk belajar budaya humanis.


Suasana Kelas Harmoni, setelah belajar alat-alat kebersihan diri, para Daai Mama mengulang pelajaran dengan bertanya kembali ke anak-anak.  

Nancy sebagai salah satu PIC kelas pendidikan ini selalu mengajak semua Daai Papa Mama untuk meeting dan membahas materi kelas apa yang akan disampaikan kepada anak–anak. Hasil meeting bersama memutuskan bahwa tema yang diangkat untuk kelas kali ini adalah Pentingnya Kebersihan. Tujuannya agar anak–anak lebih sadar pentingnya kebersihan terutama diri sendiri dengan selalu memperhatikan penampilan yang rapi dan tidak kotor.

Anak-anak sudah berbaris rapi, para Daai Papa Mama lalu membawa mereka ke kelas masing-masing yang terletak tidak jauh dari aula. Sebelum memulai pelajaran, anak–anak dipimpin Daai Mama memberikan hormat kepada Master Cheng Yen terlebih dahulu dan setelah itu mereka diajak duduk hening selama 5 menit untuk menenangkan pikiran supaya lebih konsentrasi belajarnya.


Anak-anak di Kelas Welas Asih mengisi lembar kerja berupa teka teki silang yang berhubungan dengan tema “Kebersihan Diri dan Lingkungan." 

Di Kelas Harmoni dan Cinta Kasih dimulai dengan cerita Bertualang di Kerajaan Kuman. Daai Mama menceritakan kisah seorang anak bernama Pipi yang berpenampilan kotor, kumal, tidak mau mandi, kukunya panjang, dan rambut tidak pernah dicuci. Dengan penampilan begitu membuat Pipi tidak mempunyai teman karena dirinya banyak kuman yang menempel di badan. Setelah mendenger cerita, anak–anak diberikan lembar tugas. Mereka diminta untuk melingkari gambar berupa alat-alat kebersihan yang mereka pakai setiap hari, seperti pasta gigi, shampo, sabun, handuk, sikat gigi, dll. Agar anak-anak dapat lebih ingat lagi dengan peralatan kebersihan itu, mereka diminta menggambarkan yang telah dilingkarinya.


Daai Mama Minarni (kanan) dan Nancy (kiri) mengajarkan anak-anak isyarat tangan “Sebuah Dunia yang Bersih.”

Sementara itu di Kelas Welas Asih, anak-anak diberikan lembar kerja berupa teka teki silang yang berhubungan dengan “Kebersihan Diri dan Lingkungan”. Anak–anak merasakan gembira dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Di setiap lembar kerja ada Kata Perenungan Master Cheng Yen yaitu “Menambah Satu Kebiasaan Baik Artinya Mengurangi Satu Kebiasaan Buruk”. Dengan ada kata perenungan ini Daai Mama memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa setiap perbuatan yang baik pasti mendapat hasil baik untuk diri sendiri. Setelah itu anak-anak diminta menulis ulang kata perenungan itu sebanyak 5 kali.


Wilda Safira (berkerudung) mengaku gembira dengan seragam barunya.

Dari tema kebersihan diri, anak-anak makin mengerti kenapa tiap hari harus mandi dan gosok gigi, selalu menjaga kuku yang bersih agar kuman tidak menempel pada tubuh ini sehingga tidak gampang sakit.

Kemudian anak-anak Kelas Cinta Kasih dan Welas Asih melakukan latihan isyarat tangan Sebuah Dunia yang Bersih dan menyanyikan lagu Senyuman Terindah. Anak-anak terlihat gembira saat bernyanyi dan belajar isyarat tangan, walaupun kadang gerakan tangannya salah. Daai Mama dengan sabar memeragakan gerakan yang benar, anak-anak pun menurut saat diminta mengulang-ulang gerakannya hingga benar.


Sahwal Ardiansyah (kiri) setelah mengikuti kelas menjadi lebih semangat dan menyayangi orang tua. 

Hari pertama belajar dengan seragam baru dan pembagian 3 kelas membuat semuanya lebih fokus belajar. Wilda Safira, salah satu anak di Kelas Cinta Kasih yang sudah dua tahun mengikuti kelas ini menyambut gembira, “Bahagia dan gembira. Dengan seragam ini, saya keliatan rapi dan bersih,” tuturnya singkat.

Sementara itu Sahwal Ardiansyah dari kelas yang sama juga berkomentar, “Saya menjadi lebih semangat belajar. Yang saya dapat selama ikut kelas budaya humanis, lebih sayang terhadap orang tua dan lebih mengerti kebersihan lingkungan dan belajar menyanyi dengan isyarat tangan.”


Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Membangkitkan Cinta Kasih untuk Bumi Sejak Dini

Membangkitkan Cinta Kasih untuk Bumi Sejak Dini

31 Juli 2019
Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pada Minggu, 14 Juli 2019 mengusung tema pemilahan sumber daya dan menyanyangi, serta menghargai bumi. Sebanyak 24 murid qing zi ban besar, 27 murid tzu shao ban, dan 14 orang tua murid hadir mengikuti kelas yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6 ini. 
Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

26 Oktober 2015

Tahun ini kamp bimbingan diadakan selama dua hari, 24 - 25 Oktober 2015 di Jing Si Tang, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 270 anak mengikuti kegiatan ini. Di usinya yang genap 10 tahun ini, banyak kisah anak-anak yang terlibat di dalamnya. Bahkan relawan pendamping juga memiliki kesan yang mendalam.

Krayon Kehidupan

Krayon Kehidupan

15 November 2018

Krayon Kehidupan diangkat menjadi tema dalam penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan, Minggu 11 November 2018. Sebanyak 58 Xiao Pu Sa kelas lanjutan, serta 21 Xiao Pu Sa kelas baru hadir dalam penutupan kelas ini. Tak ketinggalan para orang tua juga hadir menyaksikan anak-anak mereka tampil dalam acara ini.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -