Kebijaksanaan Boddhisatwa Dalam Pendidikan Anak

Jurnalis : Suyanti Samad (HeQi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad dan Tjhin Men Hao (HeQi Pusat)

foto
Murid budi pekerti memberikan lukisan curahan hati kepada mama papa, dan memeluk erat mama papa setelah memberikan lukisan tersebut pada mama papa.

Anak adalah bibit bagi keluarga, tumbuh kembang dalam masyarakat dan berkontribusi kepada negara. Sejak kecil anak harus dibekali pendidikan. Pendidikan adalah suatu proyek harapan bagi setiap orang. Untuk memajukan masyarakat, diperlukan pendidikan. Untuk mencapai keharmonisan masyarakat, diperlukan moralitas dan etika. Jika hanya memiliki ilmu pengetahuan tinggi dan keahlian maju tanpa disertai adanya etika dan moralitas, maka masyarakat ini akan menghadapi bahaya.

Lingkungan sekolah yang serba maju dan lengkap dengan berbagai teknologi dan berpedoman pada realitas. Dengan adanya pendidikan budi pekerti, kita bisa membina bibit murni yang memiliki sopan santun, bijaksana, dan berkemampuan bersaing sehingga bisa menjadi harapan baru masyarakat. Dalam mendidik anak agar diperoleh berpuas hati, bersyukur, penuh pengertian dan bertoleransi, diharapkan setiap orang bisa mencintai dan menghormati dirinya sendiri.

Pendidikan yang diharapkan oleh Master adalah pendidikan yang berlandaskan cinta kasih dan berbudaya humanis. Adalah mewujudkan kehidupan yang bermakna luhur, mengenal budi luhur orang tua, tahu membalas budi, menyempurnakan hidup dengan berbakti tanpa penyesalan, menjunjung tinggi sikap berbakti sebagai dasar dari segala perbuatan baik, menghormati orang tua seperti menghormati Buddha. Pendidikan harus dimulai dari tata krama yang baik tentang cara jalan, makan, duduk dan berinteraksi dengan orang lain, yang terpenting adalah bagaimana menjalani kehidupan dengan baik.

Belajar Saat melakukan, Melakukan Saat Tercerahkan
Orang tua adalah contoh panutan bagi anak, guru adalah contoh teladan bagi murid. Adalah menggunakan kebijaksanaan Boddhisatwa  untuk mengajari anak sendiri dan menggunakan cinta kasih ibu untuk mencintai anak-anak sedunia. Bila sejak dini, kita bisa menghargai waktu dan menanam benih kebajikan pada anak, setiap saat akan terkikis kemelekatan, keegoan dan kebodohan bathin, sehingga dapat tercerahkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Minggu 9 Feb 2014, He Qi Pusat mengajak orang tua murid Budi Pekerti, Er Tong Ban and Tzu Shao Ban ke Kantor ITC Mangga 2 Lt. 6. Ria Sulaeman Shijie, seorang relawan senior menjelaskan Sejarah Berdirinya Tzu Chi kepada para orang tua murid Pekerti (kiri).
  • Petrus Julus, sangat senang dan tersentuh hati pada acara gathering keakraban orang tua murid dengan relawan Daai Mama. Awalnya ia hanya menitip anaknya di kelas budi pekerti. Anaknya sangat berbakti, menghormati dan menjunjung tinggi pada orang tua (kanan).

“Ada dua hal yang tidak bias ditunda dalam kehidupan adalah berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan,” kutipan kata perenungan Master.

Minggu siang 9 Februari 2014 pada pukul 15.00 wib, minggu kedua bulan Februari tahun 2014, relawan Daai Mama mengajak orang tua murid Er Tong Ban dan Tzu Shao Ban, berkumpul bersama dalam acara keakraban antara orang tua murid dengan Daai Mama di ITC Mangga 2 lantai 6.

Tujuan gathering ini adalah mengajak orang tua murid berpartisipasi menjadi relawan Daai Mama dan mengajak orang tua murid mendampingi anaknya saat kelas budi pekerti berlangsung dan mengembangkan anak kelas budi pekerti menjadi harapan Master, jelas Ria Sulaeman Shijie, yang baru membantu di Daai Mama. Pada pukul 14.30 wib, orang tua murid sudah antri di bagian pendaftaran. Mereka disambut dengan wajah yang bahagia dari para relawan Daai Mama. Sedangkan murid budi pekerti yang datang bersama mama papa, diajak ke ruang sebelah, mereka diminta melukis curahan hati. Sambil menunggu acara dimulai, orang tua murid diajak mengisi form pendataan orang tua murid kelas budi pekerti, dengan didampingi oleh relawan Daai Mama.

Anak-anak yang ikut kelas budi pekerti Tzu Chi, banyak yang berubah dari sifat buruk menjadi seorang anak yang berbakti. Michael Ferrari, anak dari Anwar Djaja dan Briani M, dulunya sangat nakal. Mamanya ingin anaknya bisa ikut kelas budi pekerti dengan harapan dapat menjadi seorang anak berbakti. Perubahan sikap Michael mulai terlihat setelah anaknya masuk di kelas budi pekerti. Kakak kedua dari Michael, Nikki Natasi (20 tahun) yang datang di acara gathering ini, mendampingin mamanya, memiliki cita-cita mulia. Selain memiliki hobbi di bidang kuliner (tata boga), Nikki sangat menyukai anak kecil. Di usia yang belia ini, ia ingin mendampingi anak-anak kecil di kelas budi pekerti. Relawan Daai Mama sangat senang mendengarnya dan menyambut niat baik.

foto  foto

Keterangan :

  • Murid Budi Pekerti yang datang bersama mama papa, diajak ke ruang sebelah, mereka dibimbing oleh Ria Sulaeman, belajar Isyarat Tangan Satu Keluarga (kiri).
  • Maria Shijie, sebagai MC Gathering hari ini, didamping oleh Fie Lan shijie, mengajak murid di Budi Pekerti memperlihatkan Lukisan curahan hati mereka kepada mama papa (kanan).

Gathering ini dibuka dengan isyarat tangan Xing Fu De Lian (Wajah yang Bahagia) dari tim shou yu. Dilanjutkan dengan pengenalan Tzu Chi dan video Gui Yang Tu (Lukisan Kambing Bersujud). Adalah anak kambing berlutut sambil memejamkan mata, mengenang budi saat menerima susu, menghormat membungkuk diri dengan posisi kedua kaki berlutut. Adalah sifat alami anak kambing mengandung kebenaran. Kita memiliki jiwa kebijaksanaan, seharusnya bisa menjunjung tinggi sikap berbakti dan  membalas budi luhur orang tua, menghormati orang tua seperti menghormati Buddha.

Detik-detik puncak gathering ini adalah saat anak-anak masuk dalam ruang acara, berdiri di depan panggung, memperlihatkan lukisan curahan hati kepada mama papa, dan memberikan lukisan curahan hati kepada orang tuanya. Air mata kegembiraan mulai terlihat di setiap mama papa saat anaknya memberikan lukisan tersebut dan disambut dengan pelukan hangat dari mama papa. Kemudian anak-anak menampilkan isyarat tangan Satu Keluarga dan mengajak orang tua murid berisyarat tangan bersama.

Petrus Julus (60 tahun) menitip anak kedua di Er Tong Ban di He Qi Timur dan anak pertama di Tzu Shao Ban di He Qi Pusat. “Awalnya saya hanya menitipkan anak saya di kelas budi pekerti. Sebelumnya saya pernah diundang relawan Daai Mama He Qi Timur. Di acara tersebut terdapat sesi dimana anak-anak berlutut di depan papa mama, menyuguhkan secangkir teh kepada papa mama, dan memeluk papa mama. Saat itu saya menitikan air mata gembira dan terharu. Hal ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Demikian juga acara hari ini, saya sangat senang sekali, sangat menyentuh hati saya. Anak saya melukiskan curahan hatinya, dan memeluk saya. Acara hari ini di luar dugaan saya, lebih bagus, lebih menyentuh dari acara yang pernah diadakan oleh He Qi lain,” ujarnya.

Berbeda dengan Jason Tanof Shixiong. “Anak-anak mengalami perubahan sikap lebih baik. Sekarang anak pertamanya lebih sayang, mau menemani neneknya tidur. Anak kedua lebih peduli dan memisahkan barang-barang daur ulang,” jelasnya. Acara ini ditutup dengan mengajak orang tua murid menjadi salah satu donator dalam program Celengan SMAT, dan diikuti oleh 22 orang tua murid dan didampingi oleh 9 relawan pendamping DaAi Mama di setiap meja, serta relawan lainnya.


Artikel Terkait

Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen

Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen

22 Agustus 2017
Minggu, 13 Agustus 2017, kelas budi pekerti Er Tong Ban Senior (Kelas 5-6 SD) dan Tzu Shao (SMP dan SMA) Tzu Chi Pekanbaru mengadakan pertemuan kedua.
Bertenggang Rasa Terhadap Sesama

Bertenggang Rasa Terhadap Sesama

10 Oktober 2018

Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang pentingnya setiap orang bertenggang rasa. Banyak sekali manfaat jika setiap orang saling bertenggang rasa terhadap sesama, seperti hidup rukun dan damai, saling peduli dan tercipta kesatuan.

Wujud Bakti Kepada Orang Tua

Wujud Bakti Kepada Orang Tua

12 April 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Budi Pekerti dengan tema I Love My Family pada Minggu, 9 April 2017 yang diikuti oleh 43 anak-anak, 32 orang relawan dan para orang tua.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -