Kecemasan yang Hilang
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto Delilah dan putranya Lewi. Demi mengobati putranya, Delilah rela meninggalkan kampung halamannya di Biak, Papua dan menemani putranya berobat di Jakarta. |
| ||
Berobat di Jakarta Bermodalkan surat Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) maka operasi pun dilakukan. Kehidupan orang tua Lewy memang sangat sederhana. Ayahnya Herman Pelupessy (30) yang asal Ambon bekerja sebagai supir angkota jurusan Yolindari – Ufu dengan penghasilan sehari-hari yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga ini. “Harga bahan makanan di Biak mahal,” terang Delilah. Sukses operasi pertama, Lewy pun disarankan untuk menjalani operasi kedua saat usianya 6 bulan. Di rumah sakit yang sama dan ditangani oleh dokter yang sama Lewy pun kembali menjalani operasi. Dengan kondisi demikian, Delilah harus sangat berhati-hati jika Lewy harus buang air besar. “Biasanya saya bersihkan dan beri bedak supaya tidak lecet,” terang Delilah. Meski begitu, Lewy tumbuh normal seperti anak-anak lainnya. Tidak ada pantangan baginya untuk makan apapun. Namun Delilah dan suaminya belum tenang seratus persen, sebab dokter mengingatkan mereka agar Lewy kembali dioperasi 3 – 5 tahun lagi.
Keterangan :
Ingat Pesan Dokter Setelah melengkapi berbagai persyaratan yang dibutuhkan, pada bulan Oktober 2010 Lewy dan Delilah berangkat ke Jakarta. Selama di Jakarta, mereka tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Untuk pengobatan Lewy, relawan mengantar dan mendampinginya di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Setelah melalui berbagai pemeriksaan medis, pada tanggal 31 Januari 2011 Lewy menjalani operasi pertamanya di RSCM Jakarta. Cukup lama proses operasi ini karena sebelumnya Lewy harus menjalani serangkaian tes praoperasi. “Karena terburu-buru saya tidak membawa riwayat kesehatan Lewy, jadi dokter memeriksa kondisi Lewy dari awal lagi,” kata Delilah. Tapi Lewy masih belum bisa kembali berkumpul bersama ayahnya di Biak, karena ia harus menjalani operasi kedua agar lubang anusnya bisa berfungsi normal. Tanggal 22 Maret 2011, Lewy kembali dioperasi. Operasi ini pun berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. “Jadi sekarang Lewy bisa buang air sendiri, tidak perlu repot seperti dulu lagi,” kata Delilah senang, “Saya langsung kirim kabar ke Biak dan bapaknya senang sekali.”
Keterangan :
Menjadi Donatur Tzu Chi Sebagai ungkapan rasa syukurnya, Delilah kini menjadi donatur Tzu Chi. Ia sudah dua kali (setiap bulan) menyisihkan uang yang diterima dari suaminya di Biak untuk turut menebarkan cinta kasih melalui Tzu Chi. “Saya sudah dibantu Tzu Chi, saya juga mau bantu orang lain,” kata Delilah menjelaskan alasannya berdana. Hok Cun dan Sofie, relawan Tzu Chi yang kerap mendampingi Lewy berobat pun menyatakan kekagumannya atas semangat dan perjuangan Delilah dalam mencari kesembuhan putranya. “Orangnya selalu bersemangat, positif, dan tidak mudah putus asa,” puji Hok Cun. Dan rupanya sikap-sikap positif itulah yang kemudian menurun pada Lewy. Jauh dari ayah dan keluarga besarnya, Lewy tetap menjadi seorang anak yang ceria dan bersemangat menjalani hari-hari pengobatannya. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Meneladani Bodhisatwa
07 November 2011 Inti ajaran Buddha adalah menolong semua makhluk. Kita harus mempraktikkan ajaran ini. Jadi, kita harus memiliki tekad yang teguh untuk memurnikan dunia ini. Kita harus membangun ikrar luhur dan mempertahankannya.Perubahan yang Lebih Baik untuk RSCK Tzu Chi
28 November 2018Tidak terasa waktu cepat berlalu, Kamp Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi sampai juga pada gelombang III. Kamp kali ini tidak kalah meriah dari kamp gelombang I dan II yang digelar beberapa bulan yang lalu. Kamp yang diselenggarakan pada 24-25 November 2018 di Aula Jing Si Tzu Chi Center, Jakarta ini diikuti sebanyak 97 karyawan. Kamp gelombang III ini merupakan gelombang terakhir dari kamp karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi.