Kehangatan Cinta kasih Komunitas

Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Alice, Stephen Ang, Supardi Oei, Teksan Luis (He Qi Utara)
 

foto
Relawan Tzu Chi saling memberikan perhatian dan kehangatan cinta kasih kepada relawan yang rumahnya juga terkena dampak banjir.

“Dengan memberi perhatian pada orang lain, sama artinya dengan memberi perhatian pada diri sendiri. Dengan membantu orang lain, sama artinya dengan membantu diri sendiri,” kata perenungan Master Cheng Yen.

Kilas balik sebelumnya, mengenai jalinan jodoh dengan keluarga Budi Kosasih dan Jenny. Salah satu warga Pluit Murni, Jakarta Utara yang pada tahun 2013, lalu pernah dibantu oleh relawan Tzu Chi untuk membersihkan rumahnya yang terkena banjir setinggi hampir 2 meter. Saat itu relawan saling gotong royong membersihkan ruangan dan mengangkat barang-barang besar dan berat yang telah terendam air untuk dipindahkan di luar rumah. Hampir 2 jam relawan bersama Budi dan Jenny melakukan pembersihan rumah. Walau bukan pertama kali terkena banjir namun mereka tetap merasa bersyukur.

Awal Januari 2014, setahun sudah sejak peristiwa banjir lalu, relawan kembali berkunjung ke rumah Pak Budi. Dalam kesempatan itu Supardi Shixiong bersama relawan lainnya mengajak Budi untuk hadir dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2013 di Aula Jing Si PIK. Pada awalnya Budi tidak ingin hadir, namun di tengah perbincangan Opa Agus (87) papa dari Budi yang juga mengetahui adanya acara ini ingin sekali datang ke Aula Jing Si. Jalinan jodoh baik ini terbentuk karena dulunya Opa Agus sempat tinggal di sebuah Panti di Tangerang dan sering dikunjungi oleh relawan Tzu Chi. Dikarenakan usianya yang sudah tua maka Budi pun setuju untuk menemani papanya. Supardi Shixiong kemudian menawarkan diri untuk menjemput mereka berdua pada hari H acara.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan kembali mengunjungi rumah Pak Budi setelah setahun sejak terjadinya banjir besar di Jakarta 2013 lalu (kiri).
  • Pak Budi dan Opa Agus mengikuti acara Pemberkahan Akhir Tahun 2013 dengan penuh khidmat dari awal sampai selesai acara (kanan).

Minggu, 12 Januari 2014 hujan turun cukup cukup lebat di wilayah Jakarta Utara. Pukul 13.30 WIB Supardi Shixiong tiba di depan rumah Budi dan ternyata papanya sudah siap dengan berpakaian sangat rapi. Sesaat setelah acara Pemberkahan Akhir Tahun usai, Melliza Shijie berkesempatan untuk mendampingi Budi dan Opa Agus. Pak Budi mengungkapkan bahwa melalui acara ini diingatkan untuk mawas diri, menjaga ucapan serta perilaku dan menghormati orang tua. Menurutnya di Tzu Chi ini ada nilai saling menghormati dan memperhatikan antar sesama, seperti membungkuk 90 derajat. Nilai-nilai tersebut yang pernah dilakukan oleh orang-orang jaman dulu, kini dibangkitkan kembali oleh Tzu Chi. Juga melalui acara ini Budi menyadari dirinya masih ada kesombongan terhadap orang lain dan juga papanya. Terkadang masih tidak sabar dalam menghadapi orang tua. Opa Agus yang juga hadir dalam acara ini berpendapat semua panduan terhadap menjalani hidup ada di 37 Faktor Mencapai Pencerahan. Beliau sangat menikmati acara ini, terlihat dari senyumnya yang damai dan bahagia.

Dalam perjalanan pulang, Pak Budi yang berkeyakinan nasrani sempat bertanya kepada Supardi Shixiong mengapa di Aula Jing Si ini tidak terlihat seperti wihara tempat ibadah pada umumnya yang terdapat rupang dan sembahyang hio di dalamnya. Dengan penuh cinta kasih, Supardi Shixiong pun berusaha menjelaskan filosofi yang ada di Tzu Chi. Di saat itulah Supardi Shixiong menyadari mengapa di awal Pak Budi tidak ingin datang ke Aula Jing Si. Satu hal yang membuat Supardi Shixiong terkesan di hati adalah ketika sampai di rumah, Pak Budi berkata “Pak Athong (panggilan Supardi Shixiong) kalau ada undangan acara Tzu Chi jangan sungkan untuk mengundang kami.”  Ternyata apa yang insan Tzu Chi lakukan, apa yang insan Tzu Chi tampilkan telah menyentuh hati Budi dan membuka mata hati beliau.

foto  foto

Keterangan :

  • Kunjungan dari relawan Tzu Chi disambut dengan kegembiraan oleh relawan dan warga sekitar yang terkena banjir (kiri).
  • Ketika setiap orang membangkitkan cinta kasih dan bekerja sama, maka korban bencana akan pulih lebih cepat (kanan).

Minggu, 26 Januari 2014, dimulai dari pukul 08.00 WIB sebanyak 19 relawan komunitas Hu Ai Pluit berkumpul di Jing Si Books & Café Pluit untuk bersama-sama mengunjungi dan memberikan perhatian kepada relawan komunitas yang terkena dampak banjir beberapa saat lalu. Kami pun mulai bergerak menyelusuri komplek rumah di wilayah Pluit Murni. Teriknya matahari pagi tidak menyurutkan semangat relawan yang berjalan kaki dari satu rumah ke rumah berikutnya dan melihat kondisi lingkungan sekitar. Sebanyak 9 keluarga relawan yang kami kunjungi pada hari itu membuat relawan menyadari betapa bersyukurnya dan bahagianya dapat hidup berdampingan dalam kondisi yang sehat dan aman.

Salah satu tempat yang juga kami kunjungi adalah rumah Budi. Ketika hendak menuju rumahnya, kami berpapasan dengan Opa Agus yang baru saja pulang dari gereja. Melihat kedatangan relawan biru putih dari jauh beliau langsung menyambut dengan tangan beranjali. Relawan Tzu Chi melihat kondisi rumahnya yang juga sempat terendam banjir. Beruntung air di rumah sudah surut dan bersih kembali. Opa Agus terlihat gembira dan semangat menceritakan karirnya di masa muda sebagai seorang wartawan. Ternyata wawasan dari Opa Agus sangat luas, tak henti-hentinya beliau berbagi kalimat bijak yang sangat menginspirasi kepada semua relawan. Seakan masih terus ingin beramah tamah namun waktulah yang memisahkan kami semua. Karena masih harus mengunjungi rumah relawan lainnya kami pun pamit dengan Budi dan Opa Agus dan saling berterima kasih satu sama lain. Semoga jalinan jodoh ini akan terus berlanjut dan cinta kasih dari mereka akan terbangkitkan.

Ketika insan Tzu Chi sepenuh hati memberi penghiburan pada mereka yang tua, muda, dan sebatang kara di daerah tempat tinggalnya, dapat terasa suasana yang sangat hangat. Rasa antusias ini merupakan penggerak cinta kasih, sumber daya yang tidak akan ada habisnya dalam memberikan perhatian. Apabila setiap orang bersikap dingin bagaikan gunung es kepada orang lain, maka akan menghadang cinta kasih yang sebenarnya dimiliki. Oleh karenanya, jika setiap orang banyak memberikan rasa antusias ini, maka mereka dapat “mengembalikan moralitas masyarakat” yang kental di daerah tempat tinggalnya. (Ilmu Ekonomi Kehidupan: 297).

  
 

Artikel Terkait

Penuangan Celengan Bambu dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Penuangan Celengan Bambu dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional

20 Mei 2019

Bertempat di SD Eka Tjipta Rantau Panjang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, para guru, siswa dan relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan 2 melaksanakan upacara Hari Pendidikan Nasional, Kamis, 2 Mei 2019.

Perwujudan Cinta Kasih Universal

Perwujudan Cinta Kasih Universal

12 Juni 2017

Kamis, 8 Juni 2017 relawan Tzu Chi Biak mengadakan kegiatan buka puasa bersama anak-anak dari Pondok Pesantren Hidayatullah, Pondok Pesantren Baabusalam, dan Panti Asuhan Pancasila. Dalam kegiatan ini, sebanyak 96 paket Ramadhan dibagikan kepada anak-anak dari pondok pesantren, panti asuhan dan masjid Syuhada Angkasa.

Sumbangsih Nyata dan Berkesinambungan Bagi RSKI Galang

Sumbangsih Nyata dan Berkesinambungan Bagi RSKI Galang

28 Desember 2020

Tiap Sabtu pagi, Tzu Chi Batam menerima kue cinta kasih dari para donatur. Kue cinta kasih tersebut kemudian diisi ke dalam 400 kotak kertas yang juga ditempelkan ucapan doa dari segenap keluaga besar Tzu Chi. Kotak-kotak tersebut kemudian dikemas dan dibawa ke RSKI Galang dan dibagikan oleh tenaga kesehatan ber-APD lengkap kepada para pasien di RSKI Galang.

Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -