Kehangatan Cinta Kasih para Trainer
Jurnalis : Virny Apriliyanty, Fotografer : Halim Kusin (He Qi Barat), Henry Tando (He QI Utara), Stephen Ang (He Qi Utara)Sebanyak 125 orang memenuhi ruangan Xi She Ting, Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada 15 - 16 November 2014 untuk mengikuti kamp Zhen Shan Mei yang ke-2.
Master Cheng Yen selalu berkata bahwa insan Tzu Chi seluruh dunia merupakan satu keluarga besar. Tak perduli ras, suku, negara atau agama apapun, kita semua adalah keluarga besar Tzu Chi. Cinta kasih sesama keluarga itulah yang begitu saya rasakan dalam kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei ke-2. Bertempat di Jing Si Tang, kamp yang penuh kenangan ini diadakan pada 15-16 November 2014.
Seperti training dan kamp Tzu Chi pada umumnya, relawan selalu diberikan materi-materi yang bermanfaat guna berkegiatan di Tzu Chi. Kamp Zhen Shan Mei kali ini pun demikian. Saya sebagai relawan Zhen Shan Mei dari He Qi Barat, mendapatkan begitu banyak pengetahuan baru yang luar biasa bermanfaat bagi saya. Namun, selain segala pengetahuan baru tersebut, saya juga mendapatkan hal lain yang tidak bisa dinilai harganya, yaitu kehangatan, keteladanan, dan cinta kasih.
Para pembicara untuk kegiatan Kamp Zhen shan Mei adalah trainer dari Taiwan : (Kiri ke kanan: Xiao Hui Ru, Zhuang Hui Zhen, Lai Rui Ling, dan Zhang Yi Hong (kanan))
Adalah Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Xiao Hui Ru, Lai Rui Ling, dan Zhuang Hui Zhen yang menjadi narasumber sekaligur trainer pada kamp kali ini. Mereka semua adalah bagian dari tim Daai TV Taiwan atau ada juga yang merupakan Zhen Shan Mei dari Taiwan. Ke-limanya, khusus datang jauh-jauh dari Taiwan ke Jakarta untuk memberikan pelatihan bagi relawan Zhen Shan Mei Indonesia.
Dalam sharing ini, saya bukan ingin membahas satu per-satu materi mereka yang tentunya luar biasa, tapi saya lebih ingin berbagi tentang pengalaman saya selama 2 hari berada dekat dengan para trainer. Saya ingin berbagi mengenai kenangan luar biasa yang mereka berikan kepada kami semua, Zhen Shan Mei Indonesia.
Tim He Qi Barat melakukan perencanaan terlebih dulu mengenai tema liputan yang akan diambil untuk dijadikan karya dalam sesi praktek di Kamp Zhen Shan Mei ke-2.
Mereka semua mengajarkan saya begitu banyak hal, terutama dari sikap dan tindakan mereka. Salah satunya adalah senyuman yang tidak pernah lepas dari wajah mereka. Master Cheng Yen pernah berkata bahwa senyuman adalah bahasa wajah yang paling indah. Keindahan itulah yang selalu saya temukan setiap kali berpapasan atau setiap kali mereka naik ke panggung untuk berbagi cerita. Senyuman yang penuh dengan ketulusan dan keceriaan yang meneduhkan hati, mungkin itu kalimat yang bisa menggambarkan senyuman mereka.
Mereka semua adalah senior dan orang-orang professional di bidang Zhen Shan Mei. Tapi, mereka mengajarkan kami semua dengan penuh kerendahan hati dan kesabaran. Mereka mengajarkan hal-hal kecil sampai hal-hal detail. Dari setiap materi dan cerita mereka, saya semakin merasa bahwa menjadi Zhen Shan Mei adalah sebuah ladang berkah yang luar biasa. Kami, Zhen Shan Mei menjadi mata, telinga dan kaki Master Cheng Yen. Kami mengukir sejarah Tzu Chi dan mewakili orang lain menjelajahi dunia Tzu Chi.
Para Trainer memberikan perumpamaan secara detail mengenai cara peliputan yang baik dan benar kepada para peserta kamp
Kehangatan bagai satu keluarga bisa saya rasakan lewat pengajaran dan pesan-pesan yang mereka berikan. Tak banyak mungkin relawan yang bisa berbicara secara langsung dengan mereka lantaran kendala bahasa. Tapi komunikasi tidak harus dilakukan melalui bahasa lisan. Pada saat praktek, kita bisa melihat bagaimana relawan Tzu Chi dan para Trainer berkomunikasi dengan bahasa tubuh dan mungkin juga bahasa hati. Trainer memberikan masukan dan relawan dengan senang hati menerima dan mendengarkan.
Tak ada ketegangan atau kekakuan dalam kamp ini, setiap sesi terasa menyenangkan dan nyaman diikuti. Walau baru pertama kali bertemu para Trainer, saya bisa merasakan kehangatan dan ketulusan cinta kasih dari mereka semua. Saya percaya, keluarga tak harus berdasarkan hubungan darah. Tzu Chi telah mempertemukan saya dengan keluarga baru berisi orang-orang luar biasa yang disebut relawan, dan salah satunya juga tentu para trainer dari Taiwan.
Dari tulisan ini saya ingin secara tidak langsung menguncapkan banyak sekali Gan En kepada para Trainer dari Taiwan yang begitu luar biasa membimbing Zhen Shan Mei Indonesia. Gan En karena kamp ini menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran para trainer. Gan En untuk ilmu dan pengalaman yang kalian bagikan. Gan En sudah menyempatkan hadir untuk bisa menjalin jodoh yang luar biasa dengan Zhen Shan Mei Indonesia.
Semoga para Trainer juga merasakan ketulusan dan sambutan hangat dari relawan Tzu Chi Indonesia. Kami, Zhen San Mei Indonesia akan bersama-sama dengan Zhen San Mei seluruh dunia, mengabadikan sejarah dan menjadi perekam budaya humanis Tzu Chi.
Zhen San Mei !! Go ! Go ! Go !
Artikel Terkait
Jeli Menggenggam Kesempatan
18 November 2014 Kamp yang berlangsung pada 15-16 November 2014 ini merupakan program lanjutan yang digelar pada April 2014 lalu. Antusiasme muncul ketika seluruh relawan sudah masuk ke dalam kelompok dan duduk bersama, karena materi yang akan diberikan dilakukan oleh para trainer dari Taiwan.Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi
21 November 2014Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainer – trainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.
Kehangatan Cinta Kasih para Trainer
18 November 2014Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Xiao Hui Ru, Lai Rui Ling, dan Zhuang Hui Zhen yang menjadi narasumber sekaligur trainer pada kamp kali ini. Mereka semua adalah bagian dari tim Daai TV Taiwan atau ada juga yang merupakan Zhen Shan Mei dari Taiwan. Ke-limanya, khusus datang jauh-jauh dari Taiwan ke Jakarta untuk memberikan pelatihan bagi relawan Zhen Shan Mei Indonesia.