Relawan Tzu Chi yang hadir sebagai pendonor melakukan tes darah dan HB sebelum mendonorkan darah.
Pada tanggal 14 Desember 2024, relawan komunitas He Qi Muara Karang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta, melaksanakan kegiatan Donor Darah. Kegiatan ini diselenggarakan di Tzu Chi Hospital, Lantai 8, Ruang Serbaguna dari pukul 8.00 hingga 13.00 WIB. Pendonor Darah kali ini yang mendaftar sebanyak 172 orang, baik melalui google form maupun walk in. Sedangkan yang berhasil mendonor sebanyak 125 orang. Sebanyak 24 relawan komunitas, 12 relawan dari Tzu Chi Hospital dan 6 relawan dari Tzu Chi School yang ikut berkontribusi dalam kesuksesan kelancaran kegiatan ini.
Menjelang Natal, para relawan Tzu Chi memutuskan untuk membawa semangat dan kegembiraan Natal ke kegiatan donor darah ini. Saat para pendonor datang, mereka disambut oleh relawan yang memakai topi Santa Klaus, ada juga yang memakai bando tanduk rusa. Salah satu anggota PMI pun tertarik untuk ikut menggunakan aksesoris tersebut. Dengan relawan-relawan yang membawakan kehangatan Natal, para pendonor yang awalnya cemas menjadi lebih santai. Tak hanya sekadar relawan-relawan dan anggota PMI, dekorasi ruang serbaguna juga dikelilingi dekorasi-dekorasi Natal. Di setiap meja bisa ditemukan pohon Natal berukuran mini dan juga kereta kecil yang membawa hadiah dan dilapisi kain berwarna merah sehingga menambah kehangatan Natal untuk kegiatan donor darah hari ini.
Tanaya (kiri) murid Tzu Chi School kelas 9 Joy, umur 15 tahun, pada saat melayani jadi bermanfaat bagi orang lain dan merasa kehangatan dari pendonor yang datang, berasa happy.
Seorang anak kecil bernama Haagen Louie (kanan) sedang menemani ibunya setelah berdonor darah, dengan perhatian menanyakan keadaan ibunya.
Ada beberapa kesan pendonor, salah satunya Melliza, baru pertama kali berdonor darah di Tzu Chi Hospital, merasa kehangatan dari suasana Natal ini. “Sangat menginspirasi banget. Bagus temanya Christmas, jadi happy. Sejak datang saja, sudah disambut relawan dan petugas PMI dengan aksesoris Natal, jadi kita tidak tegang, lebih santai dan lebih rileks. Senang melihat suasana yang berbeda,” kata Melliza. “Moment Christmas ini bukan saja dirayakan oleh umat Kristen, namun kita juga ikut merayakan, seperti di kantor, kita ada saling tukar kado. Momen ini sering dinanti-nantikan oleh semua karyawan,” lanjutnya.
Salah satu anak yang hadir mendampingi ibunya berdonor darah, juga memiliki kisah yang mengharukan. Anak ini merupakan anak kelas 1 SD dari Sekolah Tzu Chi bernama Haagen Louie. Dari awal hingga selesai berdonor, anak ini turut antusias terhadap ibunya, dia bertanya apa ibunya baik-baik saja? apakah sakit? dan juga terlihat penasaran terhadap proses donor darah. Kepolosan dan kebaikan anak kecil ini terhadap ibunya menginspirasi para relawan dan anggota PMI sendiri.
Selain itu ada, Tanaya murid Tzu Chi School kelas 9 Joy, umur 15 tahun. Baru pertama kali ikut kegiatan Donor Darah sebagai relawan di bagian alur (mengantar pendonor dari keluar lift menuju ke ruangan Donor Darah). “Lumayan seru walaupun capek, senang juga, dapat ucapan terima kasih dari pendonor, pada saat melayani jadi bermanfaat bagi orang lain dan juga merasa kehangatan”, tutur Tanaya.
Melliza merasakan kehangatan nuansa Natal, dari datang, sudah disambut dengan senyuman ramah dan dekorasi Natal, sehingga membuatnya rileks dan tidak tegang.
Tim suvenir memakai aksesoris Natal dan memegang suvenir dari PMI yang akan diberikan kepada pendonor sebagai ungakapan rasa terima kasih dan agar pendonor juga bisa kembali stamina.
PIC kegiatan Donor Darah kali ini, Lydia berkata, “Saya sangat senang karena semua dapat berjalan dengan baik. Relawan yang membantu juga sangat sigap, para pendonor juga datang ontime begitu juga dengan PMI, sehingga semua bisa dimulai dan selesai ontime. Pendonor yang sukses sebanyak 125 pendonor dan gagal sebanyak 47 pendonor dari target 150 pendonor.”
Lydia juga menambahkan bahwa Desember adalah bulan yang bahagia, dimana bertepatan dengan Natal sehingga pada kesempatan Donor Darah kali ini, relawan juga memberikan sedikit ornamen Natal, dan para relawan juga menggenakan aksesoris Natal baik yang beragama Nasrani maupun yang di luar Nasrani. “Ini juga membuat keindahan, walaupun berbeda keyakinan kita tetap bisa bersatu hati,” ucap Lydia.
Editor: Metta Wulandari