Kehidupan Herry yang Berubah

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Videografer: Clarissa R.
Meski hidup dengan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan, Herry tetap ceria dan bersemangat menjalani aktivitas sehari-hari. Saat ditemui di rumahnya di Jl. Manggis 2/B5/Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat pada 4 September 2020 lalu, Herry sedang di ditemani Handy (34), adik Herry, dan kedua orang tuanya di ruang tamu berukuran 1.5 x 3 M². 

Tidak tampak sedikitpun kesakitan seperti yang dibayangkan orang yang melihat foto Herry yang Handy (34) berikan kepada tim redaksi.

Sambil duduk bersila beralaskan tripleks, Herry tengah menonton TV, sedangkan Handy mulai bercerita awal mula penyakit yang diderita kakaknya.

"Sejak umur tiga puluh tahun itu pada langit-langit mulutnya ada bolong, dia merasa ini seperti sakit gigi biasa saja. Di tahun 2018 lama kelamaan gusi di mulutnya makin membengkak," tutur Handy.


Linna Burhan (kanan) ketika mengunjungi keluarga Keluarga Herry Cahyadi yang menderita tumor di gusi. Herry (kedua dari kanan) masih memerlukan berobat jalan dan harus menjalani operasi kembali.

Tjoa Eng Hoi, sang ayah dan Handy pun lalu membawa Herry ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Di rumah sakit Cipto ini dokter mengambil sedikit benda yang menonjol di dalam rongga mulut Herry, untuk proses biopsi (pengambilan sampel) untuk diobservasi. Dari hasil biopsi itu dokter menjelaskan jika benjolan di rongga mulut Herry ini adalah sejenis kanker yang sudah membesar.

Dokter di RSCM Jakarta kemudian menjelaskan bahwa Herry harus segera dioperasi (pengangkatan benjolan). Namun karena kehidupan ekonomi keluarga Tjoa Eng Hoi yang sangat terbatas maka keluarga memutuskan untuk membawanya ke RS. Dharmais yang lebih dekat dengan rumah. “Transportasinya (ke RS Cipto Mangunkusumo) cukup mahal karena kami harus menggunakan transportasi online, karena kakak saya ini nggak bisa naik kendaraan umum,” jelas Handy.

Handy (kedua dari kanan) adik Herry Cahyadi saat ini mengurus segala keperluan Herry mulai dari kontrol ke dokter hingga merawat Herry di rumah pascaoperasi.

Saran dokter, Herry harus segera operasi di tahun 2019, namun Herry merasa takut untuk menjalani operasi. Dokter mengatakan proses pengangkatan tumor ini 50 % tingkat keberhasilannya. Pada akhirnya pada bulan Juni 2020, Herry memberanikan diri untuk menjalani operasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.

“Awal Herry memutuskan mau dioperasi terus terang keluarga sangat sedih, kita sekeluarga sangat khawatir kehilangan Herry, namun tak ada jalan lain kita sekeluarga harus mengikhlaskan Herry demi kebaikan dirinya,” tutur Handy.

“Kondisi saya sangat menyedihkan, saya tidak menyangka anak saya ini kena kanker. Saya berusaha menguatkan Herry, saya lihat dia sangat sedih. Harusnya dia (saat ini bisa) bantu keluarga, tapi karena begini saya ikhlas. Yang saya sayangkan anak saya sakit dan saya kena PHK,” ujar Tjoa Eng Hoi dengan suara bergetar.

Tjoa Eng Hoi selalu berpesan kepada Herry untuk tabah dan sabar dalam menerima penyakit ini, terus semangat. “Sekarang kamu berdoa kepada Tuhan minta supaya di bantu agar sehat, sebenarnya saya nggak tahan melihat anak saya seperti ini,” tutur Tjoa Eng Hoi sambil menangis tersedu.

Yang lebih menyedihkan lagi, pada saat akan dioperasi Herry sempat menelepon papanya dan keluarga di rumah untuk berpamitan. Herry pamit dan mohon maaf apabila operasinya gagal dan tak dapat bertemu lagi dengan keluarganya. “Saya berdoa sama Tuhan supaya anak saya diberi perlindungan,” ujar Tjoa Eng Hoi.

Setelah menjalani operasi dan Herry masih diberi kesempatan hidup, Tjoa Eng Hoi sangat berterima kasih kepada Tuhan, karena sampai saat ini ia masih bisa mengurus putranya tersebut. “Saya sangat bersyukur saat ini dia sudah sehat begini, bisa makan lagi,” ungkapnya. Saat ini Herry bernapas melalui tenggorokan yang dilubangi oleh tim medis. Lewat lubang di tenggorokan itu pula Herry makan dan minum.

Bertemu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi


Kondisi wajah Herry sebelum dioperasi dan ketika Herry datang ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di PIK, Jakarta Utara.

Di tengah masalah berat yang tengah dihadapinya, keluarga ini seolah menemukan cahaya terang di ujungnya. Handy yang aktif di gereja pada saat itu bertemu dengan seorang kawan gerejanya yang mengetahui bahwa Herry sedang sakit dan sangat membutuhkan bantuan. “Kawan saya ini relawan Tzu Chi, dan ia menyarankan untuk mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,” ungkap Handy. Pada bulan Juni 2020 lalu, Handy dan Herry kemudian memutuskan untuk datang Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.

Di Tzu Chi center Handy dan Herry diterima langsung oleh staf Yayasan bagian Bakti Amal. Di masa pandemik ini sebenarnya bagian Bakti Amal Tzu Chi meminimalisir untuk menerima permohonan bantuan karena di masa pandemi covid 19 ini relawan menghindari untuk keluar rumah. ”Sekitar dua mingguan datang relawan Tzu Chi ke rumah Herry, yaitu Linna Burhan dan timnya yang datang langsung ke rumah Herry.

Linna Burhan dan relawan komunitas He Qi Barat lainnya datang untuk melihat langsung kondisi Herry dan keadaan keluarganya. Herry awalnya bekerja sebagai karyawan swasta, dan menjadi tumpuan keluarga. Handy juga tidak bekerja, jadi saat ini yang masih bekerja adalah adik bungsunya saja.

“Pertama kali saya datang di bulan Juni 2020 saya melihat kondisi Herry sangat mengenaskan, fisiknya begitu lemah dan kondisi wajahnya begitu bengkak, saya sangat sedih melihatnya,” ujar Linna. Linna merasa Herry perlu dibantu, selain kondisi Herry yang sakit, keadaan ekonomi keluarga Herry sangat menderita. “Saya dan relawan He Qi Barat mengadakan meeting untuk membantu Herry. Memang kondisi Covid-19 itu tidak memungkinkan, tapi ya (tetap) harus kita bantu,” ujar Linna.


Tjoa Eng Hoi (Ayah Herry) menerima relawan Tzu Chi dengan sukacita. Tjoa Eng Hoisangat berterima kasih dan bersyukur denga kehadiran relawan Tzu Chi yang selalu emberi semangat kepada Tjoa Eng Hoi dan juga Herry untuk selalu sabar dan bersyukur atas apa yang sudah diberikan.              

Linna Burhan sangat bersyukur, ia diberi kesempatan untuk mendampingi Herry. Linna mengatakan dalam setiap kunjungan ke rumah Herry, ia selalu memberikan semangat kepada Herry. “Kamu harus tabah menghadapi cobaan ini, karena kehidupan ini semua tidaklah kekal, kamu harus banyak berdoa,” saran Linna.

Pendampingan Kedatangan relawan Tzu Chi di keluarga Herry ini menjadi satu berkah untuk untuk relawan Tzu Chi dan Herry agar ia bisa semangat untuk kesembuhannya. Linna berharap Herry segera sehat lagi bisa melakukan kegiatan kebaikan untuk orang lain. “Saat ini kondisi ekonomi keluarga Herry sangat memprihatinkan, Papanya sudah tidak kerja lagi, jadi saat ini Tzu Chi ada bantu biaya hidup keluarga Herry dan membantu biaya transportasi Herry ke rumah sakit serta susu dan sembako”ujar Linna.

Tjoa Eng Hoi sangat berterima kasih atas bantuan dan kehadiran relawan Tzu Chi. “Relawan Tzu Chi hadir di tempat saya, sangat terima kasih.Saya memohon kepada Tuhan supaya relawan Tzu Chi diberi keberkahan. Saya juga sangat bersyukur, sangat gembira, dan saya sangat terimakasih banyak kepada Yayasan Buddha Tzu Chi” tutur Tjoa Eng Hoi. 

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Kehidupan Herry yang Berubah

Kehidupan Herry yang Berubah

08 September 2020

Herry Cahyadi (38), pemuda asal Tanjung Duren, Jakarta Barat, tetap tegar meski kondisi wajah dan fisiknya sangat berubah. Anak pasangan Tjoa Eng Hoi (65) dan Mahadjah Zaleha (60) ini menderita tumor di gusinya. 

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -