Kehidupan Kedua untuk Deny

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoDeny sedang berbagi cerita kepada para relawan Tzu Chi tentang bagaimana ia menjalani pengobatan penyakitnya di Malaysia.

 

Rabu, tanggal 7 Oktober 2009, pukul 17.30 wib, Deny Gunawan sudah tak ada di ruang kedatangan internasional Bandara Internasional Soekarno-Hatta.  Delapan relawan Tzu Chi yang dipimpin oleh Lulu Shijie yang berangkat dari Kantor Cabang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia datang terlambat karena begitu macetnya jalan tol bandara sore itu. Di sana, Lulu dan tujuh relawan lainnya segera menemui adik Deny, Novita Sari yang sudah menunggu relawan yang telah berjanji akan menyambut kepulangan Deny.

 

Saat itu, Deny sudah menunggu di dalam mobil yang diparkir di halaman bandara. Maka relawan pun menemui Deny di sana. Setelah transplantasi, Deny kini memang terlihat lebih kurus, tidak segemuk saat baru saja selesai menjalani kemoterapi. Namun, kini ia sudah lebih sehat dan bugar daripada sebelumnya. Deny lantas menyalami Lulu dan relawan Tzu Chi lainnya. Sewaktu relawan belum datang, Deny memilih menunggu di dalam mobil, karena dokter telah mengingatkan agar ia menjaga kondisi lingkungannya tetap bersih dan sehat.

Karena tidak memungkinkan berbincang-bincang lepas di halaman parkir, relawan Tzu Chi pun berinisiatif untuk berkunjung ke rumah Deny di daerah Koja, Jakarta Utara. Lagi-lagi, relawan Tzu Chi baru tiba di rumah Deny pukul 20.30 wib dikarenakan macetnya jalan tol di Jakarta akhir-akhir ini.

Semua Berawal di Tahun 2008
Awalnya, menurut diagnosa dokter, penyakit yang diderita oleh Deny adalah Talasemia. Pada saat itu pun terjadi pembengkakan di limpanya. Dokter juga menyarankan agar Deny melakukan operasi pengangkatan limpa karena dikhawatirkan jika tidak diangkat maka akan membesar di dalam tubuh, lalu pecah dan membahayakan jiwanya. Ketika itu, semua dokter masih mendiagnosis ia terkena Talasemia, namun setelah beberapa bulan operasi, kondisinya tidak kunjung membaik. “Sama saja seperti semula, malahan makin lama-makin buruk,” ungkap Deny menggambarkan kondisinya saat itu.

foto  foto

Ket : - Ayah Deny (berbaju putih) berseri-seri gembira melihat anaknya telah pulih dari sakit yang dideritanya.              Karena harus tetap berusaha, ayah Deny tidak bisa menjenguk putra tercintanya sewaktu menjalani              pengobatan di Malaysia. (kiri).
          -  Senyum dan kehangatan kini makin terasa di keluarga Deny. Berkat donor dari adiknya, Tata (berbaju abu-              abu) yang cocok saat pengetesan, Deny dapat menjalani transplantasi dengan cepat dan membaik.(kanan)

Sejak saat itu, berkat bantuan dan dukungan saudara serta teman-temannya, ia memberanikan diri melakukan tes kesehatan di Malaysia. Di sana, dari hasil diagnosa dikatakan ia terkena kanker kelenjar getah bening. Dokter di Malaysia mengatakan, mungkin karena tidak ada tanda-tanda atau telah menyebar terlalu dalam, diagnosa penyakitnya menjadi berbeda dengan yang di Indonesia.  Sebelum menjalani transplantasi, Deny terlebih dahulu dikemoterapi selama 5 bulan sebanyak 6 siklus. Tujuan dari kemoterapi ini adalah untuk mematikan sel-sel kanker di dalam tubuh, sedangkan transplantasi sendiri adalah untuk membersihkan penghasil sel kanker itu.

Bagi Deny yang dilahirkan tanggal 27 Desember 1981 ini, transplantasi dirasakan lebih berat dilalui dibanding kemoterapi. Menurutnya lagi, kondisinya saat ini memang belum terlalu fit benar. Untuk kembali pulih membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut dokter, satu hingga dua tahun. Untuk transplantasi sendiri, waktu yang dibutuhkan adalah 4 bulan. “Perasaannya senang, gembira, dan berusaha terus agar cepat sembuh, jaga diri semoga ya bisa sesuai dengan apa yang diharapkan,” tutur Deny berbinar-binar.

Jodoh dengan Tzu Chi

Awalnya Deny hanya menjalani kemoterapi, namun dokter yang merawat lantas menyarankan ia menjalani transplantasi. Setelah tanya kiri-kanan, dibutuhkan dana yang cukup besar untuk itu. Sejak saat itu, berkat bantuan pamannya dan semua teman-temannya, setelah tanya sana sini, akhirnya ia pun berjodoh dengan Tzu Chi. “Jodoh dengan Tzu Chi, untuk bisa dan bertemu dengan Tzu Chi, awal-awal tidak kepikiran sama sekali,” pungkasnya. Saat mendengar dokter menyarankan untuk transplantasi, Deny sempat merasa putus asa. Rumah keluarganya pun hampir dijaminkan ke bank untuk mendapatkan dana transplantasi.

foto  foto

Ket : - Berawal dari usul Lulu Shijie, Deny dan keluarga pun bersumbangsih kepada sesama dengan mengikuti              program celengan bambu dan daur ulang. Uniknya, karena di rumahnya banyak galon air mineral, satu dari              galon itupun digunakan sebagai pengganti celengan. (kiri).
         - Kini Deny telah dapat tersenyum gembira. Parasnya sudah jauh lebih segar dibanding saat ia belum              memulai pengobatan dan sesaat setelah menjalani transplantasi. Semua ini berkat perhatian dan doa dari              keluarga dan teman-temannya.(kanan)

Lulu sendiri mulai menangani Deny sejak bulan Maret 2009 lalu. Tzu Chi sendiri sebelumnya pernah menangani pasien dengan kondisi serupa dan berhasil. “Seneng bisa melihat Deny sudah mulai pulih, kelihatannya cukup baik, apalagi ia masih muda. Masih punya harapan yang besar,” tutur Lulu. Lulu juga berharap semoga Deny dapat melewati masa sulit ini dan ke depan bisa hidup lebih baik lagi dan membantu orang lain, walau sebelumnya Deny sesungguhnya sudah aktif di berbagai kegiatan sosial.

Celengan Bambu yang Unik
Deny yang telah dituliskan di atas memiliki kesukaan dalam kegiatan sosial dan bantu-bantu orang. Pada saat ia sakit dan tidak banyak beraktivitas, ia mulai berpikir apa yang bisa ia lakukan. “Kan tidak ada, paling sebisanya aja. Semampunya saja,” katanya. Maka, sampah-sampah (daur ulang yang tadinya dibuang begitu saja, oleh keluarganya pun lantas dikumpulkan. Begitu juga jika ada acara yang cukup besar. Hal ini menimbulkan kegembiraan dalam hati Lulu dan relawan Tzu Chi lainnya. Saat mereka berkunjung malam itu, terlihat keluarga Deny sudah mengerjakan daur ulang. “Mereka juga ada daur ulang, jadi (saya) juga merasa bahagia. Dengan seperti ini keluarganya juga aktif membantu orang lain. Orangtua dan adik-adiknya sudah melakukan daur ulang, bibit cinta kasih itu sudah tumbuh,” papar Lulu bahagia.

Lulu juga menyarankan agar keluarga Deny mulai membantu orang lain semampu mereka. “Tak terlalu besar, ya kita sebisanya aja lah, apalagi kita melihat yang lain lebih menderita dan susah,” ujar Deny. Maka ia pun berdana setiap hari, yang jika dahulu berdana hanya bulanan saja. Deny juga sempat membaca di sebuah buku Master Cheng Yen yang mengatakan bahwa berdana setiap hari, mengembangkan rasa cinta kasih supaya kita bahagia.

Jika umumnya celengan Tzu Chi terbuat dari bambu atau berbentuk mirip dengan bambu, berbeda dengan yang dimiliki oleh Deny. Ia memakai sebuah galon air. “Agak aneh sih pake galon memang. Kalau Tzu Chi biasanya pake celengan bambu. Bingung mau taruh di mana karena waktu itu tidak ada celengan bambu dan kebetulan di rumah banyak galon air yang tidak terpakai,” paparnya memberikan alasan.

Deny juga memiliki niatan tersendiri mengapa menggunakan galon air. Kalau menggunakan celengan bambu, hanya ia saja yang melihat, tapi kalau ini tentu saudara-saudara dan teman-teman yang datang pasti dapat melihatnya. Kalau mereka bertanya, “Itu apa tuh?” maka ia pun dapat menjelaskan artinya dan harapannya semakin banyak yang dapat berdana. “Dan mungkin karena itu, mereka datang untuk berdana di galon itu. Meskipun tidak besar jumlahnya,” pungkasnya.  

Hingga kini, masih terbersit keinginan di pikirannya sejak dan selama di Malaysia untuk membantu orangtuanya. Jika dahulu ia membantu di toko, kalau sekarang mungkin belum bisa, ia pun berencana membantu membuat susu kacang di pagi hari. Waktu sakit dahulu, ada seorang tetangga yang mengatakan bahwa susu kacang itu bagus, maka oleh orangtuanya Deny pun dibuatkan susu kacang. Dan lama-kelamaan untuk menambah penghasilan, susu kacang yang dibuat itu pun dijual keluar. Menurut penuturannya lagi, dari dahulu ia ingin bergabung di Tzu Chi, karenanya ia berharap setelah sembuh ia bisa bergabung dalam barisan relawan cinta kasih ini.

foto  foto

Ket : - Deny saat menjalani pengobatan di Malaysia. Berkat semangat dan dukungan dari banyak pihak, Deny pun              berangsur-angsur pulih kembali. (kiri).
          - Meski harus menghadapi rasa sakit dan penderitaan yang berat, Deny tetap mampu bertahan dan melawan              penyakit yang dideritanya. Kehidupan kedua baginya kini terbentang di hadapannya.(kanan)

Persahabatan Sejati
Selain dukungan dari keluarga dan saudara-saudaranya, dukungan juga mengalir dari teman-temannya di berbagai organisasi sosial antara lain dari teman-temannya di Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Bina Nusantara  Dhammavadanna (KMBD), juga Himpunan Mahasiswa dan Sarjana Tridharma (Himastri). Dukungan yang diberikan tidak saja berupa dana namun juga doa.

Bagi kedua orangtua Deny, Tan Tjan Nio dan Liem Tek Hoa (Hardi), melihat kondisi Deny saat ini memberi rasa lega. “Dulu kaya bayi juga, sudah seperti bayi. Makin lama makin kurus. Perutnya makin besar, sekarang kelihatannya lebih segar,” ujar Tan Tjan Nio. Harapannya, Deny lebih baik, berbakti sama keluarga. Ia juga bersyukur Deny banyak yang memperhatikan dan mendoakan kesembuhannya. Tan Tjan Nio juga semula tak pernah menyangka bahwa sakit Deny akan lama dan banyak menghabiskan biaya. Malam hari itu, kedua orangtua Deny mengucapkan banyak terima kasih kepada Tzu Chi melalui Lulu yang telah membantu pengobatan Deny hingga saat ini.

Selain kedua orangtuanya, berkat adanya donor yang cocok dari adiknya, Novita Sari, Deny dapat segera menjalani transplantasi. “Namanya juga sama saudara sendiri, masa koko (kakak laki-laki -red) sakit kita ga nolong apalagi saat itu sudah parah, apalagi mencari transplant itu susah,” ungkapnya. Waktu saat mau dites pun, Tata (panggilan Novita) sangat berharap semoga cocok. Dari awal ia sudah meniatkan di hati dan otaknya agar cocok. “Seneng banget lihat koko sudah sehat. Transplant kan seperti dikasih kehidupan kedua,” katanya penuh kebahagiaan.

Hikmah pertama yang dapat dipetik Tata dari kejadian ini adalah jika dahulu ia tidak terlalu dekat dengan Deny, kini ia menjadi makin dekat, begitu juga dengan keluarga. Ia pun berharap semoga kakaknya ini bisa lebih baik lagi ke depannya. Hikmah kedua baginya adalah, kita bisa melihat orang yang tadinya segar bugar dan tidak apa-apa, tiba-tiba bisa sakit. “Hidup ini seperti itu, bisa gampang berubah, harus diisi dengan yang lebih baik,” ungkapnya bijak.

Setelah berbicang-bincang selama selama 1 jam lebih, para relawan Tzu Chi kemudian berpamitan dan meninggalkan rumah Deny. Kini kehidupan kedua untuk Deny telah terbentang di hadapannya, dan semua orang yang mengenalnya tentu berharap ia dapat benar-benar pulih.

 

 
 

Artikel Terkait

Tsunami Selat Sunda

Tsunami Selat Sunda

11 Januari 2019
 Bencana tsunami melanda Banten dan Lampung Selatan (22/12/18), mengakibatkan ratusan orang meninggal, dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Sehari pascatsunami, relawan Tzu Chi Lampung segera memberikan bantuan untuk meringankan duka mereka yang sedang terkena musibah. Sementara di Jakarta,  Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi juga langsung bergerak menyalurkan 1.000 paket bantuan untuk membantu para korban di Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten pada tanggal 27 Desember 2018. 
Koin untuk Kemanusiaan

Koin untuk Kemanusiaan

16 Desember 2015
Paulus Moleonoto, Wakil Direktur Utama PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. (tengah) turut menuangkan celengannya bersama karyawan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis ini.
Jemuran untuk Pak Nasrul

Jemuran untuk Pak Nasrul

26 November 2010
Kelas Budi Pekerti (Tzu Shao Ban) Tzu Chi Pekanbaru baru seumur jagung. Namun dengan berjalannya waktu, kelas budi pekerti ini semakin diminati sehingga harus ada yang waiting list karena jumlah peserta hanya dibatasi sampai 32 anak saja.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -