Keindahan Budaya Tzu Chi
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando (He Qi Utara), Himawan SusantoPara peserta perayaan Waisak juga dapat menikmati pameran poster Budaya Humanis Tzu Chi. Relawan Tzu Chi tengah menjelaskan tentang Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi kepada pengunjung. |
| ||
Mulai dari kisah mengenai latar belakang Master Cheng Yen (selaku pendiri Tzu Chi) mendirikan Tzu Chi, hingga apa saja yang telah dilakukan oleh Tzu Chi di Indonesia terangkum indah dalam rangkaian Poster Pameran Budaya Kemanusiaan Tzu Chi, yang dipamerkan dalam acara Pemandian Buddha Rupang Perayaan Waisak tanggal 9 Mei 2010, di lokasi pembangunan Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 143 poster yang terdiri dari Sejarah Tzu Chi, Sejarah Tzu Chi Indonesia, dan berbagai misi seperti amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan dipamerkan. Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi menjelaskan tujuan dari diadakannya pameran poster tersebut. “Pameran poster ini supaya kita bisa memberitahu kepada donatur, relawan, ataupun teman-teman dari relawan yang akan bergabung ke Tzu Chi. Ini sekaligus juga memperlihatkan apa yang sudah Tzu Chi lakukan di Indonesia. Kita mengajak sesama untuk bisa bergabung mengikuti barisan relawan Yayasan Buddha Tzu Chi,” tambahnya. Ungkapan serupa juga disampaikan oleh Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang mengatakan bahwa selain perayaan Waisak pameran poster yang turut diadakan juga bertujuan agar masyarakat makin mengenal Budaya Kemanusiaan Tzu Chi, juga mengetahui kehidupan Master Cheng Yen. Sejak berdiri 44 tahun silam, hingga kini Tzu Chi telah tersebar di lebih dari 40 negara. ”Pameran ini bertujuan agar masyarakat mengenal sejarah Tzu Chi, mengetahui apa yang dilakukan para insan Tzu Chi di Indonesia, ataupun di negara-negara lain. Dengan mengumpulkan cinta kasih semuanya, kita mengajak lebih banyak orang ikut bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi, dan menyambut seruan budaya humanis ini,” katanya.
Ket : - Pameran poster budaya humanis yang diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, diikuti oleh lebih kurang 1.700 pengunjung. (kiri) Yong Xin Zuo (Bekerja dengan hati) “Kami berharap dalam waktu yang ada, bisa memberikan hasil yang terbaik supaya pameran budaya kemanusiaan (Poster Tzu Chi-red) ini bisa mengenalkan Tzu Chi kepada masyarakat dengan tampilan yang mencerminkan budaya kemanusiaan itu sendiri, sekaligus agar dapat dinikmati oleh para relawan Tzu Chi,” tutur Ivana dari Tim Media Cetak Tzu Chi. Tidak hanya dari tim media cetak, persiapan juga sangat didukung oleh pihak Pulau Intan, selaku kontraktor yang menangani proses pembangunan Aula Jing Si. Wendy Kuncoro, Project Manager Pembangunan Aula Jing Si dari PT Pulau Intan Baja Perkasa Konstruksi, menjelaskan bahwa persiapan gedung untuk penyelenggaraan acara waisak tersebut, dilakukan selama lebih kurang satu bulan. Dalam kondisi gedung yang belum selesai, persiapan ini memang tidaklah mudah. “Segala kegiatan Tzu Chi, kita tahu kalau itu demi kemanusiaan dan mengandung unsur humanis, maka Pulau Intan juga akan mendukungnya,” tutur Wendy. Ia menambahkan, pihaknya berusaha untuk mempersiapkan lahan yang lapang, dan bersih, “Kami sengaja mempersiapkan satu bulan sebelumnya, karena mengantisipasi titik-titik yang rawan bocor. Kita tidak bisa prediksi cuaca, takut hujan, nanti air malah kemana-mana, itu juga ga baik.” Untuk menjaga kebersihan area yang akan digunakan, pihak Pulau Intan juga menunda beberapa pekerjaan. “Seperti untuk daerah yang dipakai untuk upacara, sengaja kita sterilisasi terlebih dahulu, agar kebersihannya tetap terjaga.” Penundaan pekerjaan tersebut dilakukan selama lebih kurang satu minggu sebelum acara dilangsungkan.
Ket : - Selama lebih kurang dua minggu, Tim Media Tzu Chi mempersiapkan pameran poster kebudayaan Tzu Chi, mulai dari mempersiapkan materi poster, hingga dekorasi, mereka lakukan dengan sepenuh hati. (kiri) Ditanya mengenai kegiatan Waisak dan Pameran Budaya Kemanusiaan Tzu Chi, Wendy mengungkapkan rasa kagumnya. “Kegiatan hari ini menurut saya sangat luar biasa. Karena ini merupakan pertama kalinya saya melihat kegiatan segini besar dilakukan di sebuah proyek. Dan yang lebih spesial lagi adalah, kegiatan ini dibuka untuk umum, dan saya melihat banyak sekali masyarakat umum yang tertarik dan bersedia untuk turut hadir dalam acara ini. Saya salut, Tzu Chi bisa menggerakkan hati banyak orang,” ucapnya. Perpaduan antara Keindahan dan Informasi Perpaduan harmonis antara dinding batu dengan panel-panel putih berhias tanaman hijau, memberi nafas tersendiri dalam pameran kali ini. “Walaupun pamerannya berada di bangunan setengah jadi, tapi keindahannya tetap terasa,” tutur Ike Nindiya Ashadi, salah satu mahasiswi STAB Negeri Sriwijaya yang hadir dalam acara tersebut. Ia menambahkan kalau dirinya sudah langsung merasa kagum sejak awal mengikuti kegiatan Waisak, hingga kegiatan pameran. “Di awal upacara Waisak saja kita bisa melihat budaya yang sangat indah. Perpaduan antara keteraturan, keindahan, dan penghormatan yang begitu besar kepada Buddha. Sedangkan dalam pameran poster, tidak hanya keindahan foto yang menarik perhatian mata, namun juga saya melihat banyak melihat fungsi edukasi di sana. Banyak informasi baru yang bisa kita peroleh, terutama dalam misi pelestarian lingkungan,” tegas Ike. Selain Ike, Lee Bie, salah satu pengunjung pameran yang berasal dari Daan Mogot baru, yang mengetahui kegiatan ini dari internet, mengaku sangat kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh Tzu Chi. “Setelah saya lihat poster-poster di sini ternyata sudah banyak sekali yang dilakukan oleh Tzu Chi di Indonesia,” tegasnya. Hal itu membuatnya semakin tertarik untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Dulu ketika pada saat Tzu Chi melakukan kegiatan di Bandung, saya pernah menjadi relawan, namun hal tersebut tidak saya teruskan saat pindah ke Jakarta. Tapi setelah 3 tahun di Jakarta, saya mulai mengikuti perkembangan Tzu Chi kembali dan merasa semakin terpanggil untuk kembali aktif menjadi relawan,” ucap Lee Bie mantap. Lee Bie menambahkan, dirinya sangat tertarik kepada stan pelestarian lingkungan yang menjadi stan favorit hari itu. Di sana ia mengaku banyak mendapatkan informasi yang berguna. “Kita yang tadinya hanya mengetahui kalau ada pelestarian lingkungan, namun tidak terlalu memahami bagaimana melakukannya, bisa melihat secara langsung. Seperti tas dari bungkusan kopi yang cantik, atau cara membuat pupuk, enzim, dan sabun dari sampah sayuran maupun dari buah-buahan. Jadi sekarang kita juga bisa melakukan pelestarian lingkungan dari rumah kita masing-masing.”
Ket : - Tidak hanya Tim Media Cetak Tzu Chi, puhak kontraktor pembangunan Aula Jing Si, PT Pulau Intan juga sudah mempersiapkan tempat untuk penyelenggaran kegiatan sejak satu bulan lalu. (kiri) Menggalang Hati Seluruh Insan Tidak hanya Tony, Pui Sudarto, selaku Presiden Directur dari Pulau Intan, juga memutuskan untuk turut serta berperan aktif dalam Tzu Chi. “Setelah bekerja sama dengan Tzu Chi dalam proyek pembangunan Aula Jing Si, saya melihat banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh Tzu Chi,” ucap Pui Sudarto. Pui Sudarto menambahkan, dirinya merasa sangat tersentuh dengan perhatian yang diberikan oleh relawan Tzu Chi kepada para karyawannya. “Pembangunan Aula Jing Si mengutamakan budaya. Para pekerja di sini bukan hanya bekerja tapi juga diajarkan bagaimana untuk hidup sehat, budaya disiplin, mencuci piring, menghabiskan makan, mencuci tangan, dan bahkan mereka mendapat sebutan khusus dengan ‘seniman bangunan’, hal ini yang menggugah hati saya akan Tzu Chi,” ungkapnya. Tidak hanya itu, Pui Sudarto mengakui bahwa Tzu Chi juga mengutamakan pelestarian lingkungan dalam proses pembangunan Aula Jing Si. “Proyek kita hijau. Para seniman bangunan dan para relawan Tzu Chi bersama-sama menanam tanaman organik sebagai penghijauan. Semua dilibatkan, bahkan para seniman bangunan juga mengumpulkan celengan bambu, dan diserahkan ke pusat untuk didonasikan kepada Tzu Chi. Semua dilibatkan, sehingga rasa memiliki bangunan ini sangat besar, sehingga semua bekerja dengan lebih baik,” tegas Pui Sudarto, yang mengaku tengah menerapkan budaya serupa dalam proyek Pulau Intan lainnya. “Semangat yang baik ini harus terus kita sebarkan,” tambahnya.
| |||