Keindahan Keluarga Tzu Chi
Jurnalis : Chensuning (Tzu Chi Batam), Fotografer : Chensuning (Tzu Chi Batam)Acara sosialisasi Tzu Ching pada hari Minggu, 10 Agustus 2014 di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Batam yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswi dari berbagai universitas di Batam.
Pada Tanggal 10 Agustus 2014, Tzu Ching Batam mengadakan kegiatan sosialisasi Tzu Ching. Pukul 08.30 Wib relawan sudah berkumpul di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Batam untuk melakukan persiapan seperti menyusun meja kursi, makanan, dan latihan isyarat tangan. Tepat pukul 10.15 Wib, Kegiatan dimulai dengan kata sambutan dari Yuli Shijie dan Agus Shixiong selaku MC dari kegiatan sosialisasi Tzu Ching ini yang berterima kasih atas kehadiran para peserta. Setelah itu, terdengarlah sebuah lagu selamat datang untuk menyambut kedatangan peserta. Acara pun dimulai setelah MC memimpin semua yang ada di ruangan itu untuk berdiri dan bersikap anjali untuk memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen. Kegiatan di lanjutkan dengan 6 orang Tzu Ching melakukan isyarat tangan Mars Tzu Ching dengan semangat.
Para peserta mendengarkan dengan konsentrasi ketika Dewi Shijie menjelaskan Kisah Tzu Chi dan Tzu Ching. Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan yang didirikan oleh Master Cheng Yen pada tahun 1966, berpusat di Hualien. Tzu Ching adalah generasi penerus dari Tzu Chi yang nantinya diharapkan akan dapat mewarisi misi dan visi Tzu Chi. Di dalam kegiatan sosialisasi Tzu Ching ini tersimpan sebuah harapan kepada mereka yang datang agar bisa bergabung menjadi Tzu Ching yang mempunyai hati Bodhisatwa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala hal serta bersikap bijaksana dalam mengatur waktu.
Dewi Shijie menjelaskan tentang kisah Tzu Chi dan Tzu Ching.
Harapan Master terhadap Tzu Ching adalah manfaatkan waktu luang diluar sekolah untuk melakukan kegiatan Tzu Chi, memupuk hati dan perasaan yang berwelas asih, dan berinteraksi dengan orang- orang yeng berlatar belakang budaya dan perilaku yang beraneka ragam.
Bersama-sama Memanggul Bakul Beras Bagi Dunia
Anak
muda di masa kini seharusnya membangkitkan tekad agung dan membangun ikrar
agung. Kalian harus menjadi Bodhisatwa muda bagi dunia. Bodhisatwa adalah orang
yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Setiap orang memiliki cinta kasih.
Cinta individu yang penuh ego dapat membawa banyak penderitaan. Jadi, hidup ini
sangat rumit, kita tidak tahu berapa lama hidup kita. Namun, manusia terus
menciptakan ruang hidup yang sempit. Sungguh, ini sangat tidak berarti. Jika
setiap orang dapat mengubah cinta individu menjadi cinta kasih berkesadaran,
maka baik terhadap keluarga, kehidupan, maupun pribadi tertentu, orang-orang
bisa memiliki harapan yang lebih luas. Mereka bisa melihat banyak hal dengan
jelas dan tahu bahwa panjang pendeknya hidup mereka bukanlah masalah besar.
Peragaan isyarat tangan Mars Tzu Ching yang dibawakan oleh relawan Tzu Ching.
Jika manusia hidup dalam ketersesatan, maka usia panjang malah akan menciptakan lebih banyak karma buruk. Sebaliknya, meski hidup tidak lama, tetapi jika manusia dapat mengembangkan dan memperdalam makna hidup mereka, maka kehidupannya akan sangat bermakna. Karena itu, semua orang harus giat melatih diri dan bersungguh hati memahami tekad dan misi hidup mereka. Tentu saja, untuk mengembangkan diri ke dalam, kita harus membina Empat Ikar Agung. Yang pertama adalah menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas. Ketahuilah bahwa populasi manusia semakin bertambah sehingga mengakibatkan pemanasan global dan ketidakselarasan empat unsur. Akibatnya, manusia mengalami penderitaan tak terbatas. Karena itu, kita harus berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas dan melenyapkan kekotoran batin yang tiada akhir. Itu karena hati semua orang diliputi oleh kekotoran batin.
Manusia banyak membangkitkan niat buruk, tidak tahan hidup menderita, dan selalu ingin hidup dalam kemewahan. Karena itu, kita harus melenyapkan noda batin terlebih dahulu. Tentu saja, untuk membimbing semua makhluk, kita harus mempelajari semua pintu Dharma. Kita harus terus mempelajari ajaran Jing Si dan menyatukannya dengan ajaran Buddha. Ketika bebas dari noda batin, kita akan tahu untuk mengemban tanggung jawab bagi dunia. Untuk bersumbangsih bagi semua orang dan mengemban tanggung jawab bagi dunia, kita harus lebih banyak mempelajari Dharma. Dengan memiliki Dharma, kita baru bisa membimbing orang lain. Ini disebut membimbing orang dengan Dharma.
Kita mempelajari Dharma untuk membimbing orang lain. Inilah yang disebut mempelajari semua pintu Dharma yang tak terhingga. Karena makhluk hidup berjumlah tak terbatas dan memiliki noda batin tak terhingga, maka kita harus mempelajari berbagai cara untuk mengatasi masalah mereka. Inilah kebijaksanaan dari ajaran Buddha. Jadi, Bodhisatwa muda sekalian, tidak peduli kelak kalian berada dalam lingkungan seperti apa, kalian harus membina cinta kasih berkesadaran dan jangan sampai kehilangan arah. Kita harus membangkitkan tekad dan ikrar agung untuk sungguh-sungguh membimbing semua makhluk di dunia.
Santo Shixiong menjelaskan ke peserta tentang kegiatan Tzu Chi yang akan datang agar dapat di ikuti oleh para peserta.
Banyak orang di dunia hidup dalam penderitaan. Jadi, tidak boleh kurang seorang pun dari kalian dalam mengemban tanggung jawab ini. Namun, untuk dapat membimbing dan memedulikan semua makhluk di dunia, kita harus terlebih dahulu melenyapkan noda batin sendiri, berusaha mengurangi nafsu keinginan, dan berusaha untuk tidak bertemperamen buruk karena temperamen yang buruk bisa melukai orang lain. Kita harus berusaha membina kebijaksanaan sendiri. Kebijaksanaan hanya bisa diperoleh melalui ajaran Buddha. Karena itu, kita harus mendengar ceramah pagi dan lebih banyak mempelajari ajaran Buddha agar kita bisa menggunakan Dharma yang bagaikan air untuk menjernihkan batin kita. Kita juga harus berikrar untuk mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Setiap orang harus berikrar untuk mencapai kebuddhaan. Buddha tidak jauh dari kita. Buddha ada di dalam hati kita selama kita bisa melenyapkan noda batin dan menjernihkan batin sendiri dengan menggunakan ajaran Buddha.
Sesungguhnya, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, kita tidak perlu pergi jauh-jauh untuk mencari Buddha. Dia ada di dalam hati kita. Tentu saja, kita harus lebih banyak mendengar Dharma, baru dapat mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Inilah ajaran Jing Si. Tentu saja, mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus membangkitkan tekad dan ikrar untuk bersumbangsih di tengah umat manusia. Tentu saja, dalam bersumbangsih di tengah umat manusia, kita harus memiliki cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih. Setiap orang dari kalian bisa menghafalnya. Jadi, cinta kasih agung berarti memberi kebahagiaan bagi semua orang. Welas asih agung berarti memiliki rasa empati terhadap orang lain. Sukacita agung berarti mempraktikkan Catur-samgraha-vastu untuk membimbing diri sendiri dan orang lain. Keseimbangan batin agung berarti dapat bersumbangsih tanpa pamrih. Semua ini sangat sederhana dan bisa diterapkan. Asalkan Anda memahami kebenaran, maka tiada hal yang tidak bisa dilakukan.
Materi berikutnya disambung oleh Jessica Shijie tentang seragam keluarga besar Tzu Chi dan budaya humanis. Budaya humanis adalah budaya interaksi antar manusia sebagai teladan dan diwariskan turun temurun. Prinsip budaya humanis Tzu Chi yaitu bersyukur, menghormati dan mencintai. “Kita harus bersyukur menghormati dan mencintai orang yang kita bantu karena mereka telah memberikan kita peluang untuk melakukan kebajikan” ujar Jessica Shijie.
Tanpa Terasa waktu sudah menunjukkan jam11.30 Wib yaitu menunjukkan jam makan siang. Relawan membawa para peserta untuk memakan makanan yang sudah disiapkan tadi pagi. Setelah 30 menit, kegiatan dilanjutkan lagi dengan isyarat tangan Ren Shi Ni Zhen Hao (Senang Mengenal Anda) oleh Tzu Ching, suka cita para peserta terlihat jelas saat MC mengajak para peserta untuk mengikuti gerakan isyarat tangan.
Sukacita para peserta terlihat jelas saat di ajak untuk mengikuti isyarat tangan senang mengenal anda.
Selanjutnya, Dukman Shixiong menjelaskan tentang pelestarian lingkungan. Cara melestarikan lingkungan yaitu dengan menggunakan 5R, yaitu: Refuse (menolak sesuatu yang bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan), Reduce (mengurangi pemakaian barang yang tidak di perlukan dan menghemat pemakaian), Reuse (menggunakan kembali apa saja yang bisa digunakan), Repair (memperbaiki barang yang masih bisa di perbaiki dan menggunakan kembali) dan yang terakhir adalah Recycle. Dukman Shixiong juga menjelaskan yel-yel 10 jari daur ulang. Agar peserta lebih mengerti tentang kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Ching maka diputarkan berita Tzu Ching selama tahun 2013 dan 2014 dan Santo Shixiong juga menjelaskan kegiatan kedepannya yang akan dilakukan Tzu Chi agar dapat diikuti peserta.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.15 Wib berakhirnya kegiatan sosialisasi Tzu Ching, kegiatan ini pun diakhiri dengan foto bersama dan setiap peserta mendapatkan kantong ramah lingkungan sebagai souvenir. Dengan dibaginya kantong tersebut, diharapkan para peserta dapat mengurangi pemakaian kantong plastik.