Keindahan Tim Zhen Shan Mei
Jurnalis : Yunita Margaret (He Qi Utara), Fotografer : Joe Suati (He Qi Utara)
|
| ||
Dengan haru Juliana Shijie menyampaikan bahwa trainingnya sangat berkesan selain karena ada translator ke bahasa Indonesia juga sangat cocok bagi relawan 3 in 1 Indonesia. Di Taiwan tim dokumentasi tidak hanya dari staff DAAI TV tetapi juga dari relawan yang kebanyakan di antara mereka sudah berusia lanjut tapi semangat mereka begitu kokoh sehingga kekuatan relawan 3 in 1 di sana sangat terasa. Aktivitas relawan 3 in 1 terdiri dari foto, video, dan tulisan. Ketiga hal ini tergabung menjadi satu dalam pembuatan suatu berita. Relawan 3 in 1 mencatat sejarah jejak langkah Master Cheng Yen di segala penjuru dunia dengan berpegang pada prinsip Zhen (benar), Shan (bajik), dan Mei (indah). Kemudian untuk menghidupkan suasana, sharing diselingi pemutaran lagu relawan 3 in 1, Zhen Shan Mei Zi Ge. Juliana Santy Shijie melanjutkan sharingnya mengenai relawan di daerah Jiayi (Taiwan) yang awalnya jumlah mereka sangat sedikit, tapi sekarang sudah berkembang karena relawan yang baru mendapat pendampingan, tidak dilepas begitu saja sehingga menambah jumlah relawan. Ada juga kisah seorang shigu yang mulanya tidak bisa komputer dan matanya tidak begitu baik kadang mengeluarkan darah tapi tidak membuat semangatnya mundur malah bertambah teguh. Semua saling memberi semangat dengan adanya pendampingan terus menerus. Setelah kegiatan selesai, dokumentasi langsung dikerjakan pada hari itu juga. Mereka juga mengadakan bedah buku bersama setiap bulan untuk lebih memahami Dharma Master Cheng Yen. Seorang Shigu menyampaikan selain sangat penting untuk selalu mendampingi, juga harus mencatat ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Master tahu pekerjaan relawan 3 in 1 cukup berat, tapi Master membutuhkan kita untuk mencatat sejarah Tzu Chi. Hanya yang paling Master khawatirkan adalah kebijaksanaan muridnya tidak bertumbuh. Shigu itu mengatakan Master sering merasa bersalah kalau melihat ada relawan yang terbebani, tapi Master sudah menjalankan Tzu Chi dan tidak dapat berhenti. Untuk itu Master meminta kita menonton ceramahnya agar mendapat nutrisi batin. Jadi ketika menulis kita memperhatikan bagaimana membuat cerita yang dapat menjadi teladan bagi orang lain. Ketika foto juga dapat menggambarkan kebaikan dan semangat Tzu Chi. Dalam melakukan tugas selalu memberikan yang terbaik, sesuai dengan misi 3 in 1 yaitu menjadi saksi jaman sekarang, menulis sejarah bagi umat manusia, dan menjilid kitab Tzu Chi. Memantapkan Langkah dan Berikrar Bersama
Keterangan :
“Kita ada satu bumi untuk dijaga bersama, ada satu Master untuk kita ikuti Dharmanya sepenuh hati, ada satu kehidupan untuk kita mantapkan posisi dan satu kesempatan untuk menjalankan misi,” sambung Juliana Shijie. Lalu ada pesan dari shifu yang perlu diingat adalah urutan 3 in 1, 4 in 1, 4 ikrar agung, dan terakhir saat ada tugas lakukan saja. Empat ikrar agung adalah bertekad membimbing semua makhluk yang tak terhingga, bertekad melenyapkan noda batin yang tiada akhir, bertekad mempelajari metode Dharma yang tak terbatas, bertekad mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Master pernah bercerita dan mengibaratkan dirinya seperti kerbau yang berjalan masuk ke hutan, ada banyak ilalang. Master jalan lebih dahulu menginjak ilalang tersebut sehingga membentuk jalan setapak yang dapat dilewati orang tapi lama kelamaan tumpukan ilalang yang terseret itu semakin banyak, jadi Master seperti membawa gerobak yang berat karena itu butuh bantuan dari kiri, kanan dan belakang, tidak boleh kurang seorang pun, kamu, saya, dan dia. Artinya, kita harus saling membantu, memberi semangat, saling sharing karena dari sharing selain dapat menginspirasi orang lain, kita sendiri juga akan mendapat feedback yang berharga. Sebagai relawan dan dalam kehidupan sehari-hari kita harus selalu ingat budaya humanis dan berpegang pada sila Tzu Chi. Dalam bekerja selalu melakukan yang terbaik, tidak perlu takut jalan masih panjang. Seperti kata perenungan Master, “Asal ada tekad jangan khawatir tidak ada kekuatan. Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, maka tidak ada hal yang mustahil di dunia ini.” Setelah mendengar sharing, kemudian relawan yang hadir juga berkesempatan untuk sharing dan menyampaikan perasaan ataupun pengalaman masing-masing. Beberapa relawan mengatakan masih perlu banyak belajar lagi karena sering menemukan kendala ketika meliput. Ada juga relawan yang menanyakan bagaimana cara memunculkan mood untuk menulis? Hadi Pranoto Shixiong memberi semangat, “Tidak usah khawatir, semakin banyak belajar nanti akan lancar dengan sendirinya dan tiap orang akan memiliki ciri khas tulisannya.” Sedangkan untuk menulis acara yang di lapangan kita harus mempersiapkan dahulu bahan yang akan diliput dan materi pertanyaan. Hadi Shixiong juga mengatakan penulis yang baik harus bisa menulis di mana saja dan kapan saja. “Justru kitalah yang memunculkan mood, bukan menunggu mood datang,” tuturnya. Walau begitu kita tidak perlu memaksakan diri semua harus sempurna. Hadi Shixiong juga memberi 3 jurus jitu yaitu : melihat/mengamati, belajar contoh alur dari tulisan orang lain, menambahkan ciri khas masing-masing. Sharing dari Ivana Shijie mengatakan bahwa sejak awal berangkat kegiatan kita sudah harus membuka semua indra untuk mengamati dan merasakan, jika ada kejadian yang kurang bagus kita jangan terpengaruh, jadi dalam pikiran kita sudah ada catatan cerita, sehingga dapat menghidupkan perasaan. Berdasarkan pengalamannya, tulisannya yang dinilai bagus oleh orang lain adalah tulisan yang ketika berkegiatan mendapat perasaan yang sangat berkesan, sehingga tulisan kita dapat menggugah orang lain, mendidik, dan menginspirasi. Begitu seru mendengar sharing relawan tidak terasa waktu berlalu dengan cepat dan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sebelum acara ditutup Henry Shixiong mengajak untuk selanjutnya dapat menyiapkan moment berkumpul, sharing dan berikrar bersama supaya memantapkan hati kita memupuk lebih banyak karma baik. Ajakan tersebut disambut baik oleh relawan dan kemudian kembali bernyanyi bersama lagu Zhen Shan Mei Ze Ge. Setelah itu acara ditutup dengan memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen. | |||
Artikel Terkait
Kegiatan Pelestarian Lingkungan di Pluit Timur
28 Maret 2018Sumbangsih Mahasiswa, Staf, dan Dosen STABN Sriwijaya Melalui Celengan Bambu
30 November 2021Mahasiswa, staf, dan dosen STABN Sriwijaya melakukan penuangan celengan bambu. Melalui program ini mereka memiliki kesempatan untuk berbagi dengan sesama.