Dalam upacara pemandian rupang Buddha secara daring ini, walau memiliki perbedaan zona waktu, tetapi dengan serentak, semua orang menyatukan hati, hati yang paling tulus dan hormat. Bersama-sama melantunkan Gatha Pendupaan, dengan bersikap anjali, sebagai tanda akan dimulainya upacara pemandian rupang Buddha.
Tahun 2021 ini Tzu Chi merayakan hari jadi yang ke-55. Relawan sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen karena dengan adanya Tzu Chi, relawan bisa berbakti kepada masyarakat dan melatih diri. Perayaan hari jadi ke-55 tersebut berbarengan dengan Perayaan Waisak dan Hari Ibu Internasional.
Sehubungan dengan pandemi Covid-19, Tzu Chi Indonesia mengadakan perayaan tersebut secara online bersama dengan Aula Jing Si Hualian Taiwan, Wihara Chan Linji Huguo Taipei, dan Wihara Longshan Taipei. Meski berada di tempat yang berbeda-beda dan waktu yang berbeda pula, tetapi ada 1.233 orang berkumpul bersama dalam jaringan untuk berdoa agar semua wabah segera berlalu.
Dalam prosesi ini, Master Cheng Yen memberikan pesan:
Pada saat ini, di seluruh dunia, semua orang memperingati Hari Kelahiran Buddha, kita memperingati kelahiran Buddha 2500an tahun lalu. Kita juga memperingati Hari Ibu sebagai wujud syukur atas budi luhur ibu yang membesarkan kita. Kita juga bersyukur atas budi luhur semua orang yang telah menghimpun kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita. Serta bersyukur kepada semua orang dan semua makhluk yang telah bekerja sama dengan harmonis membuat dunia menjadi tentram dan damai.
Ajaran Buddha di dunia memang tak terlihat mata dan tidak dapat diraba, tetapi merupakan aliran jernih bagi jiwa kebijaksanaan. Semoga para relawan Tzu Chi di seluruh dunia memiliki semangat Boddhisatwa dunia seperti saat ini. Setiap orang adalah Boddhisatwa Dunia. Selama kita bisa memberikan perhatian dan bersumbangsih bagi dunia. Inilah makhluk yang memiliki cinta kasih berkesadaran.
Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, Hari Tzu Chi Sedunia diikuti para Sangha dan 1.233 orang berkumpul bersama dalam jaringan untuk berdoa agar semua wabah segera berlalu.
Terima kasih kepada semua orang yang penuh cinta kasih yang berkumpul saat ini. Tadi saya melihat pemandangan relawan Tzu Chi di seluruh dunia yang mengikuti upacara ini dimanapun berada. Saat ini, sebagian dari mereka berada di tengah malam, ada pula yang tengah berada pada waktu subuh, ada pula yang tengah berada di malam hari. Kita di Taiwan tengah berada pada pagi hari. Inilah Tzu Chi dunia dengan matahari yang tak pernah terbenam. Ini terwujud berkat dukungan Boddhisatwa sekalian.
Kita melihat kini orang-orang harus mengenakan masker. Semua orang tak berdaya. Ini adalah akibat dari karma kolektif semua makhluk. Kita berharap dapat mengubahnya dengan karma baik. Kegelapan bathin manusia menciptakan karma buruk.
Kita hendaknya menyebarkan Dhamma ke seluruh dunia dan menyosialisasikan vegetarisme karena mulut manusia berkaitan erat dengan alam dan kehidupan semua makhluk. Kita bisa beralih dari pola makan non vegetaris menuju vegetaris. Ini akan memungkinkan semua makhluk untuk hidup berdampingan. Ini bergantung pada sebersit niat dari kita semua.
Terima kasih atas sumbangsih Boddhisatwa sekalian. Terima kasih atas dukungan para sesepuh dunia Buddhisme. Beribu rasa terima kasih ini tak habis diucapkan. Saya mendoakan semua orang, setiap hari diliputi ketenteraman, senantiasa dipenuhi kebaikan, serta berkembang dalam berkah dan kebijaksanaan. Saya mendoakan semuanya. Terima kasih.
Melaksanakan Nasihat Master Cheng Yen
Master Cheng Yen memberikan pesan bagi seluruh peserta perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, Hari Tzu Chi Sedunia.
Pada doa bersama tersebut, Liu Su Mei Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengajak semua orang untuk berdoa bersama agar pandemi segera berakhir dan semoga semua orang sehat dan selamat.
Liu Su Mei menjelaskan sudah dua tahun ini, kita tidak bisa berkumpul bersama-sama untuk mengikuti upacara Waisak akibat pandemi Covid-19 yang terus menyebar. “Tahun lalu, tepat pada saat banyak negara mengalami kesulitan persediaan alat pelindung diri. Pada saat itu, belum ada vaksin, sehingga kita melewati Hari Waisak dengan pikiran yang penuh kecemasan. Sekarang sudah ada vaksin, kita kira tahun ini kita sudah bisa mengadakan upacara waisak skala kecil. Kita telah mempersiapkan dengan senang hati. Tak disangka, kemarin kita menerima satu perubahan acara ini menjadi acara online,” jelas Liu Su Mei.
Liu Su Mei juga mengingatkan seluruh relawan untuk bersama melihat kondisi pandemi di India menjadi tak terkendali. Dunia mengkhawatirkan datangnya gelombang ketiga. Pemerintah juga melakukan pembatasan mudik dalam rangka Idul Fitri. Ini juga dilakukan demi menghindari ledakan jumlah kasus.
“Dunia ini bagaikan satu desa yang saling terhubung. Kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus, jangan lega mengira bahwa karena kita sudah divaksin, kita tak perlu takut. Protokol kesehatan ini juga harus tetap kita jalankan dengan baik demi menjaga diri dan orang lain,” kata Liu Su Mei.
Liu Su Mei mengajak seluruh relawan, murid-murid Master Cheng Yen di Indonesia menjadi murid yang patuh kepada nasihat Master Cheng Yen, mendoakan semoga semuanya sehat, selamat, penuh berkah dan segala sesuatu berjalan dengan lancar.
Pada acara pementasan adaptasi Sutra beberapa hari lalu, pembawa acara DaAi TV Cu Chi mewakili semua orang mendoakan Master Cheng Yen, semoga Master sehat selalu dan memohon Master untuk terus membabarkan Dhamma. Master Cheng Yen menjawab: Saya sudah berbicara selama 55 tahun, berapa banyak yang kalian dengar. Kalau saya terus lanjut berbicara apakah ada gunanya.
“Kalimat sederhana ini menggungah hati kita, mengingatkan kita supaya kita bisa berinstropeksi. Sebagai murid berapa banyak yang kita telah kita dengar, kita jalankan nasihat Master Cheng Yen,” lanjut Liu Su Mei.
Master Cheng Yen berpesan jika setiap orang berdisiplin diri, bervegetaris, menghormati dan melindungi kehidupan, menjaga kelestarian alam, barulah bisa meredam bencana dan wabah penyakit.
“Semoga kita semua, murid-murid di Indonesia menjadi murid yang patuh kepada nasehat Master Cheng Yen. Terima kasih shixiong shijie, hari ini telah mengikuti upacara yang diadakan secara online. Saya mendoakan semoga semuanya sehat, selamat, penuh berkah dan segala sesuatu berjalan dengan lancar. Gan en,” tutup Liu Su Mei.
Khidmat Walaupun Terbatas
Sanny bersyukur bisa mengikuti Doa Bersama Waisak dengan anaknya.
Jusni Lina, salah satu peserta online zoom merasakan keharuan dan sangat kental suasana Waisak yang dilaksanakan dengan penuh khidmat.
“Walau masih di masa pandemi, terlihat ketulusan semua orang untuk berdoa bersama, mengikuti protokol dengan suasana yang sederhana. Meskipun yang hadir orang-orang tertentu dan sedikit jumlahnya dibandingkan tahun sebelumnya, namun tidak mengurangi rasa khidmatnya. Semua orang bersatu hati berdoa semoga pandemi cepat berlalu. Doa Master Cheng Yen dan para tetua dari pimpinan wihara lain juga terus menyerukan tulus bervegetaris supaya pandemi cepat berlalu,” pungkas Jusni Lina merasakan suasana waisak seperti sedang berada di sana.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Sanny “Perayaan waisak yang sederhana tapi hikmat. Kita bisa mengikuti prosesi acara waisak secara virtual bersama dengan shixiong shijie yang lain, apalagi live dengan Tzu Chi Taiwan dan para Sangha, juga bersama dengan Master Cheng Yen,” kata Sanny bersyukur bisa mengikuti Doa Bersama Waisak dengan anaknya.
Editor: Metta Wulandari