Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)


Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melaksanakan kelas budi pekerti yang bertemakan Tahun Baru Imlek. Sebanyak 33 siswa-siswi berpartisipasi pada kegiatan ini.

Pada Minggu, 20 Januari 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan rutin setiap bulannya yaitu kelas budi pekerti. Pada pertemuan kali ini, para Xiao Tai Yang diberikan tema yang berkaitan dengan Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada bulan Februari 2019. Bagi etnis Tionghoa, Tahun Baru Imlek merupakan bagian penting dari perayaan tradisi karena pada saat itu, kita bisa berkumpul bersama keluarga untuk melepas rindu selama satu tahun.

Tapi tahukah asal usul Tahun Baru Imlek itu darimana? Masih banyak orang yang belum mengetahui asal usul Imlek tersebut. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kemudian memberikan pengetahuan tentang sejarah Imlek kepada para siswa-siswi kelas budi pekerti pada pertemuan kali ini. Sebanyak 33 siswa-siswi yang berpartisipasi pada kegiatan ini.


Para siswa-siswi kelas budi pekerti tampak tertawa saat melihat tayangan animasi Upin-Ipin yang menceritakan asal usul tahun baru Imlek.

Kegiatan pun diawali dengan membacakan sepuluh sila Tzu Chi dan dilanjutkan dengan isyarat tangan. Setiap kegiatan kelas budi pekerti, relawan selalu memberikan satu kata perenungan Master Cheng Yen dalam bentuk kertas yang akan ditempelkan para siswa-siswi dibuku mereka untuk dijadikan pedoman atau motivasi dalam kehidupan. Kali ini, Kata Perenungan Master Cheng Yen yang bertulisan "Panjatkan ikrar baik, ucapkan kata kata baik dan lakukan perbuatan baik sepanjang tahun," akan ditempelkan oleh para siswa-siswi di buku mereka masing-masing.

Setelah itu, Sukmawati Mama membawakan materi tentang asal usul Imlek kepada para siswa-siswi. “Imlek biasanya identik dengan apa?” Tanya Sukmawati Mama kepada para siswa-siswi. Berbagai jawaban yang diucapakan para siswa-siswi, ada yang menjawab "Angpao, Petasan, Barongsai". Mereka semua pun sudah tahu biasanya Imlek itu identik dengan apa, tapi saat ditanya asal usul imlek, mereka tampak kebingungan. Melihat ekspersi para siswa-siswi yang kebingungan, Sukmawati Mama pun memberikan sebuah tayangan film animasi Upin-Ipin yang menceritakan tentang asal usul Imlek.


Daai Mama sedang mengajarkan para siswa-siswi cara pembuatan kerajinan tangan yang akan berbentuk babi sesuai dengan tahun baru 2019 yang merupakan tahun Babi Tanah menurut penanggalan Cina.

Ceritanya, pada zaman dahulu ada seekor hewan yang dinamakan Nian yang artinya tahun dalam bahasa Mandarin. Nian selalu muncul diawal tahun Cina dan memangsa hewan-hewan ternak dan anak-anak. Maka para penduduk pun mempunyai ide, menaruhkan sejumlah makanan yang akan disajikan dan ditaruhkan di depan pintu rumah pada setiap tanggal 1 diawal tahun Cina.

Cara tersebut akan ampuh menyelamatkan mereka dari Nian yang siap memangsa. Pada suatu hari ada penduduk melihat Nian berlari ketakutan saat bertemu dengan seorang anak yang memakai kostum berwarna merah. Sejak saat itulah warga tahu Nian takut pada segala hal atau benda yang berwarna merah. Adat pengusiran Nian akhirnya berkembang menjadi suatu perayaan tahun baru Imlek yang identik dengan warna merah.


Hanzwarrens Chiarieyoe (8) menunjukan hasil kerajinan tangan dalam kelas budi pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Setelah melihat tayang animasi tentang sejarah Imlek, kegiatan pun dilanjutkan oleh Lissa Mama. Para siswa-siswi diberikan kertas warna untuk membuat kerajinan tangan yang berbentuk babi sesuai dengan tahun baru 2019 yang merupakan tahun Babi Tanah menurut penanggalan Cina. Salah satu siswa yang bernama Hanzwarrens Chiarieyoe (8) sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan kali ini. "Saya ga suka babi karena saya shio harimau,"kata Hanzwarrens sambil tertawa. Walaupun ia tidak suka babi tapi saat kerajinan tangan yang berbentuk babi tidak bisa dibawakan pulang, ia pun tampak sangat kecewa. Sebelum kegiatan kelas budi pekerti berakhir, relawan menanyakan, apakah mau ikut kegiatan-kegiatan Tzu Chi? Para siswa-siswi dengan sangat antusias menjawab "Mau." Hanzwarrens Chiarieyoe pun juga ikut menjawab. "Saya mau juga, saya mau," ucapnya.


Editor: Arimami Suryo A


Artikel Terkait

Berbakti Kepada Orang Tua, Berkah Terbesar dalam Kehidupan

Berbakti Kepada Orang Tua, Berkah Terbesar dalam Kehidupan

18 Januari 2023

Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Barat 1 dan Barat 2 mengadakan kelas Budi Pekerti di Gedung Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Minggu, 8 Januari 2023. 

Pentingnya Persahabatan

Pentingnya Persahabatan

02 Desember 2015

Minggu, 29 November 2015, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kelas Tzu Shao dengan tema “Persahabatan”. Sebanyak 50 peserta mengikuti kegiatan ini. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membentuk karakter dan kepribadian yang lebih baik.

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

01 Februari 2018
Minggu, 28 Januari 2018 merupakan hari pertama mereka mengikuti kelas bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi di Tebing Tinggi. Kelas baru bimbingan budi pekerti diikuti oleh 50 siswa dan didampingi orang tua.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -