Kelas Kerajinan Tangan

Jurnalis : Mryna Butar Butar (He Qi Selatan), Fotografer : Mryna Butar Butar (He Qi Selatan)
 
 

foto
Kelas kerajinan tangan yang diadakan di Jing Si Books & Café Blok M ini terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. Setiap orang dapat ikut belajar dengan gembira.

Sejak Jing Si Books & Café Blok M dibuka, berbagai kegiatan hadir memberikan warna pada tempat berkumpulnya relawan He Qi Selatan ini. Setiap hari Sabtu pukul 14.00-16.00 WIB, relawan He Qi Selatan mengadakan kelas kerajinan tangan gratis dan terbuka untuk umum. Pada kelas tersebut, peserta yang hadir diajarkan merajut dan membuat hiasan souvenir dari manik-manik yang dibimbing oleh relawan Tzu Chi sendiri.

 

Pada tanggal 16 Juni 2012,  pembimbing kelas tersebut adalah Henny Shijie untuk merajut dan She Siang Shijie untuk kerajinan manik-manik. Pada kelas merajut, tingkat keterampilan peserta berbeda-beda sehingga bimbingan lebih bersifat individual.  Peserta belajar membuat macam-macam  rajutan, seperti topi, bandana, syal, hiasan bunga kecil untuk baju dan lain-lain. Pada kelas kerajinan manik-manik, peserta hari ini belajar membuat hiasan berbentuk buah  nenas.  

She Siang Shijie belajar membuat souvenir dari manik-manik sejak setahun yang lalu dari seorang guru di ITC Mangga Dua. Ia mengetahui kursus tersebut dari seorang temannya yang juga relawan Tzu Chi.  Kini ia juga menjadi relawan dan telah ikut berbagai kegiatan Tzu Chi. Perannya di kursus saat ini sebagai pembimbing pengganti karena guru kerajinan manik-manik datang dua minggu sekali.

foto   foto

Keterangan :

  • She Sang Shijie (kanan) membimbing anak-anak saat mengerjakan kerajinan tangan yang menggunakan manik manic (kiri).
  • Salah satu hasil rajutan yang berhasil dibuat oleh relawan pada saat kelas kerajinan tangan (kanan).

Dalam buku Circle of Beauty karya Master Cheng Yen (Bab Pasangan yang Tulus) dikisahkan seorang penderita kanker stadium lanjut di RS. Tzu Chi, Hualien, Taiwan, awalnya mempunyai emosi yang sangat negatif dikarenakan marah dan rasa sakitnya. Ia marah karena tidak dapat menerima keadaannya. Akhirnya seiring dengan perjalanan waktu seseorang menyarankannya untuk belajar kerajinan tangan untuk mengalihkan pikirannya dari rasa sakit. Dengan susah payah ia berhasil menciptakan boneka-boneka yang membuat suasana bangsal tempat dirawat menjadi sangat indah.  Ia merasa bahagia karena bisa memanfaatkan sisa hidupnya. Suaminya walaupun emosi istrinya sering meluap, ia tetap setia terus mendampinginya dan mendukung usahanya belajar kerajinan tangan.

Melalui kisah tersebut, diharapkan pula setiap relawan dapat belajar untuk memanfaatkan setiap waktu dengan baik. Walaupun hanya melalui sebuah kegiatan kelas kerajinan tangan, namun jika dilakukan bersama-sama maka dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan sesama.  

  
 

Artikel Terkait

Seniman Bangunan

Seniman Bangunan

27 Agustus 2009 “Kita memindahkan batu saja adalah sebuah ibadah, apalagi menata batu menjadi rumah, menata bata menjadi rumah, tempat untuk berlindung,” jelas Habib. Ia kemudian membandingkan bekerja sebagai tukang bangunan dengan jihad.
Universitas Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Tzu Chi

Universitas Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Tzu Chi

24 Agustus 2020

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi University Taiwan, dan Tzu Chi University of Science & Technology Taiwan melakukan Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Indonesia (UI), Rabu 19 Agustus 2020.

Hati Seindah Musim Semi

Hati Seindah Musim Semi

31 Juli 2018
Insan Tzu Chi wilayah He Qi Barat 1 dan 2 mengadakan training Relawan Abu Putih yang ketiga, Minggu, 29 Juli 2018. Demi suksesnya acara, 70 Relawan Tzu Chi memikul tanggung jawab dalam acara tersebut. Salah satunya adalah relawan yang tergabung dalam barisan Seng Huo Zu (SHZ/ pelayanan).
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -