Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Henry Tando, Khusnul Khotimah

 

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar istilah Kelas Menyalin Sutra? Menulis ulang isi Sutra yang umumnya beraksara Mandarin? Atau bagaimana jadinya kalau tidak mengerti Mandarin? Pertanyaan dan rasa penasaran seperti ini jugalah yang mendorong ratusan relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta berbondong-bondong mengikuti Kelas Menyalin Sutra yang digelar Tzu Chi Indonesia kemarin, Minggu siang, 25 Maret 2018 di Aula Jing Si.

Kelas Menyalin Sutra yang digelar untuk pertama kalinya ini mendapat respon cukup besar. Dari target 100-an peserta, yang datang ada sebanyak 304 orang. Tak semuanya relawan, ada juga masyarakat umum. Lalu seperti apa aktifitas saat menyalin Sutra ini?

Sebelum menyalin, relawan mendegarkan penjelasan Hendry Chayadi tentang arti kalimat dalam Sutra yang akan disalin. 

Ada buku khusus yang digunakan untuk menyalin, yaitu Buku Sutra Makna Tanpa Batas yang dicetak oleh Tzu Chi Indonesia untuk memudahkan relawan yang tidak mengerti Bahasa Mandarin. Dalam buku tersebut sudah ada tulisan dengan cetakan yang tipis. Relawan tinggal mengikuti garisnya dan menebalkan dengan pensil, bolpoin, atau kuas. Prinsip dalam menggoreskan atau menyalinnya cukup mudah, dari kiri ke kanan, atas ke bawah.

Kelas Menyalin Sutra ini dipandu oleh Livia Tjhin dan Hendry Chayadi, Relawan Komite Tzu Chi. Sebelum menyalin, Hendry menjelaskan terlebih dulu makna dari kalimat yang akan disalin agar peserta dapat meresapi isinya. Tak sekadar menggores di atas kertas, menyalin Sutra merupakan satu cara untuk memahami makna dari Sutra tersebut. Kelas menyalin ini juga merupakan kesempatan bagi relawan untuk menenangkan diri.

“Yang paling penting kita pelan-pelan. Jadi kita bisa kasih waktu untuk diri kita, pikiran kita, langkah selanjutnya apa. Menurut saya ini juga seperti kita dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita merencanakan sesuatu harus dengan hati yang tenang. Walaupun tidak bisa Mandarin, ikuti saja kaidahnya,” kata Hendry.


Buku yang digunakan untuk menyalin Sutra ini adalah buku Sutra Makna tanpa batas. Tidak harus menggunakan kuas yang biasa dipakai untuk membuat kaligrafi, relawan bisa juga menggunakan pensil.


Pada pertemuan perdana ini, relawan masih menyalin lirik lagu yang diambil dari isi Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra ini terdiri dari tiga bab. Durasi kelas menulis kali ini berlangsung hampir dua jam termasuk dengan penjelasannya sebelum benar-benar menyalin.

Banyaknya peserta, mendatangkan kebahagiaan bagi Hendry. Ini berarti relawan Tzu Chi Indonesia antusias mendalami Dharma atau ajaran Master Cheng Yen. Lalu mengapa harus dengan cara menyalin Sutra? Menyalin Sutra sebenarnya suatu cara atau metode saja. Untuk membabarkan suatu kebenaran, diperlukan banyak cara. Seperti juga dengan isyarat tangan, bukan sekadar pementasan, melalui isyarat tangan, seseorang dapat memahami arti lagu yang memuat ajaran yang baik. Begitu juga dengan menyalin Sutra.

Bagi Suherman, relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Barat 1, menyalin Sutra melatih ketenangan batinnya sehingga tetap jernih.

“Ini suatu kesempatan yang luar biasa buat saya. Menyalin Sutra penuh dengan ketelitian, pelan-pelan. Walaupun mata ada sedikit gangguan, pelan-pelan jadi bisa. Bukan lebih soal menulisnya ya, ada suatu kebahagiaan bisa kumpul bersama. Yang utama adalah memahami Dharma Master Cheng Yen,” ujar Suherman.


Bagi Suherman, relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Barat 1, menyalin Sutra melatih ketenangan batinnya sehingga tetap jernih.


Kelas perdana ini memang diikuti oleh peserta, baik yang mengerti Bahasa Mandarin maupun yang tidak, seperti Puspawati. Karena itu ia begitu bahagia dengan adanya kelas ini. 

Aura positif juga dirasakan Puspawati, relawan dari komunitas He Qi Utara 1.

“Saya merasakan hari ini sangat istimewa, ini kita seperti persamuhan Dharma ya. Waktu mau melafalkan Wu Liang Yi Jing, kita sama-sama belajar, ada aura positifnya, ternyata kita semuanya juga mempunyai hati yang benar-benar terbuka untuk Dharma Master. Saya sendiri tidak bisa Mandarin. Mandarinnya sedikit sekali ya makanya saat belajar ini merasakan sangat happy bahwa ternyata di sini juga dapat belajar,” ujarnya.

Senada dengan Puspawati, bagi Livia Tjhin, kelas menyalin Sutra ini memang memunculkan nuansa sukacita dalam Dharma. Ke depan diharapkan semua komunitas mengadakan kegiatan menyalin Sutra, serta bedah buku untuk lebih bisa mendalami Sutra Makna Tanpa Batas.  

“Master Cheng Yen, terhadap muridnya tidak ada permintaan lain, hanya berharap muridnya menjadi Bodhisatwa dunia dan mencapai ke-Buddha-an. Jadi diharapkan semua muridnya bisa memahami dan menyerap Dharma ke dalam hati agar bisa membimbing makhluk yang tak terhingga. Jadi yuk lebih semangat lagi, apalagi dengan kegiatan ini kita bisa menggalang Bodhisatwa untuk bergabung,” ujar Livia.


Liu Su Mei berharap semua relawan bersungguh-sungguh mendalami Sutra Makna Tanpa Batas.  


Untuk pertemuan berikutnya yakni bulan depan, Kelas Menyalin Sutra digelar khusus bagi yang mengerti Mandarin dengan menghadirkan guru kaligrafi. Sementara bagi relawan yang tak mengerti Mandarin akan ada kelas yang digelar di komunitas-komunitas. Kegiatan ini akan berlangsung sampai Januari 2019 di acara Pemberkahan Akhir Tahun.

Kepada para relawan yang hadir dalam Kelas Menyalin Sutra ini, Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei bercerita tentang pertemuannya baru-baru ini dengan Master Cheng Yen.

“Master mengungkapkan situasi yang sangat serius, beliau bilang murid-muridnya di Indonesia belum terhubung secara kuat dengan ajaran Jing Si. Waktu mendengar itu saya terkejut. Master melihat, di empat misi Tzu Chi relawan Indonesia sangat baik dan mandiri, sudah membina berkah, tapi belum mengembangkan kebijaksanaan. Master juga bilang bahwa selama beliau masih ada, murid-murid dari Indonesia sangat patuh, tapi kalau beliau sudah tidak ada, apakah masih tetap nurut? Jadi saat itu saya bilang ke Master, ya tetap kita akan patuh, kita akan terus mendengar nasihat Master,” kata Liu Su Mei.

Karena itu, Liu Su Mei berharap semua relawan bisa bersungguh-sungguh mendalami Sutra Makna Tanpa Batas, karena kalau tidak batin akan tetap terasa kosong, dan tidak akan terhubung dengan ajaran Master Cheng Yen.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

03 Juli 2018
Menyambut HUT Bhayangkara ke-72 yang jatuh pada 1 Juli 2018, Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Kepri, Polri Satgas Nusantara dan TIMA (Tzu Chi Internasional Medical Association) Indonesia bekerja sama menyelenggarakan Baksos Kesehatan Operasi.
Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta

Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta

26 Maret 2018

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar istilah Kelas Menyalin Sutra? Menulis ulang isi Sutra yang umumnya beraksara Mandarin? Atau bagaimana jadinya kalau tidak mengerti Mandarin? Pertanyaan dan rasa penasaran seperti ini jugalah yang mendorong ratusan relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta berbondong-bondong mengikuti Kelas Menyalin Sutra yang digelar Tzu Chi Indonesia kemarin, Minggu siang, 25 Maret 2018. 

Belajar dari Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas

Belajar dari Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas

22 Mei 2018

Pada Sabtu, 19 Mei 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan kelas menyalin Sutra Makna Tanpa Batas untuk pertama kalinya, sebanyak 31 relawanikut berpartisipasi pada kegiatan ini.


Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -