Kelas Senyuman Terindah
Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Erich KusumaPermainan memindahkan koin ini sepertinya mudah, namun setelah dimainkan ternyata memindahkan koin senilai 200 rupiah dari jempol ke jempol ini sullit dan membutuhkan kekompakan serta kepercayaan. |
| |
Pukul 8.30 Wib, aku tiba di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di Mangga Dua Jakarta. Teman-teman yang datang sudah begitu banyak dan bagusnya PRku bisa selesai tepat pada waktunya, meski kedatanganku sedikit terlambat tapi untung kelas masih belum dimulai, sehingga aku masih bisa mengikuti kelas dari awal pelajaran dan acara. “Hey Russel, sini-sini. Barisanmu ada disini,” ajak Raymond. Sambil tersenyum dan sedikit tertawa Raymond memanggilku. Raymond adalah salah satu teman yang aku kenal di kelas Budi Pekerti. Langsung saja aku mengikuti barisan Raymond. Setiap barisan yang ada, begitu rapi, dan dengan keadaan tetap rapi kami masuk ke dalam ruangan kelas. Acara pun dimulai dengan menyanyikan lagu “Gan En”. setelah itu Shigu-shigu mengajarkan kami isyarat tangan. Nah, bagian ini nih yang aku suka, sambil bercanda dengan si Raymond aku belajar isyarat tangan, itung-itung biar ga ngantuk, tariannya juga asik dan mudah dimengerti. Selain belajar isyarat tangan Shigu-shigu juga mengajak kami bermain menggunakan koin dua ratus rupiah. Cara mainnya kita harus bisa memindahkan koin saja sih. Tetapi koinnya harus kita taruh di jempol kita, lalu kita pindahkan ke jempol teman kita yang ada di sebelah kita, sekilas memang sepertinya mudah, akan tetapi setelah dilakukan ternyata lumayan rumit juga.
Ket : -Suasana permainan anak kelas Budi Pekerti yang begitu seru membuat para orangtua menjadi penasaran dan ikut mencoba memainkannya. (kiri) Tanpa terasa kelas Budi Pekerti sudah hampir sampai di penghujung acara dan sekarang adalah jam makan siang. Kebetulannya lagi aku juga sedang lapar berat. Acara makan pun dimulai, seperti pada kelas-kelas Budi Pekerti yang aku ikuti sebelumnya, kita diarahkan ke ruang makan dengan suasana yang rapi dan teratur. Lapar. Mi spageti berselimutkan saus tomat yang manis dan jamur di atasnya membuatku semakin lapar. Setelah ada isyarat dari Dui Fu Mama (relawan pendamping-red), aku langsung minta bagianku, dan langsung makan mie spagetinya. Aku sudah menghabiskan tujuh mangkok spageti, hebat kan? Aku sangat suka sekali mengikuti kelas Budi Pekerti ini, selain banyak teman-teman yang asik, aku juga mendapat banyak pelajaran yang menarik. Selain kelas Budi Pekerti untuk anak-anak SD, pada hari yang sama kelas untuk anak SMP dan SMA (Tzu Zhao) pun diadakan di tempat yang sama. Pada kelas Budi Pekerti kali ini, anak-anak diajak bagaimana berdiri menggunakan satu kaki, dan menulis menggunakan kaki. Jadi inti dari kegiatan kali ini adalah anak-anak diajarkan dan merasakan langsung kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mereka yang terlahir tidak sempurna ataupun mengalami kecelakaan hingga kehilangan salah satu anggota tubuh. Setelah merasakan bagaimana susahnya menulis dan berdiri menggunakan satu kaki, anak-anak diajak menonton sebuah acara yang menceritakan kegigihan seseorang yang cacat sejak lahir. Di wajah mereka terlihat jika mereka begitu tersentuh dengan semangat dan kegigihan orang yang terlahir cacat tetapi masih tetap mau berusaha hingga bisa sukses.
Ket : -Anak-anak kelas Budi Pekerti begitu rapi dan teratur berbaris menuju ke ruang kelas mereka (kiri) Pada sesi sharing, relawan Tzu Chi menghadirkan Mulyono shixiong ke dalam kelas. Kehadiran Mulyono shixiong di tengah acara membuat aku dan teman-teman seolah melihat sosok yang ada di televisi muncul di hadapan kami, apalagi setelah tahu dan merasakan betapa susahnya menjadi orang yang tidak sempurna. Kenapa bisa begitu? Ya, Mulyono shixiong sendiri hadir di tengah kelas juga dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna. Dalam acara sharing ini, Mulyono shixiong menjelaskan bahwa kondisinya saat ini bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan karena kecelakaan pada saat dia masih kecil. Sebuah kecelakaan membuat Mulyono shixiong harus kehilangan tangan kanannya bahkan hampir saja merenggut nyawanya. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat hidup Mulyono shixiong. Sejak saat itulah, Mulyono shixiong berusaha untuk terus hidup dan berkembang hingga saat ini. Di tengah kekaguman teman-teman, Mulyono shixiong juga memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya sedikit tentang dirinya. Seorang temanku begitu antusias ingin memberikan komentar, Andreas namanya. Andreas yang berumurnya 11 tahun dan duduk di kelas 6 SD sekolah Dharma Suci mendapat kesempatan untuk bertanya dan sempat mengingatkan Mulyono shixiong agar lebih berhati-hati di lain waktu mengingat hobi Mulyono shixiong salah satunya adalah menyelam di laut. “Hati-hati loh kalo suka menyelam. Berbahaya. Nanti bisa seperti yang penjinak binatang di TV itu, kan dia juga gara-gara menyelam,” kata Andreas temanku. Spontan seisi ruangan menjadi penuh dengan tawa mendengar komentar Andreas yang begitu polos. Di akhir, Mulyono shixiong bersama senyumnya yang khas memberi semangat kepada aku dan teman-teman agar bisa lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah. Spontan kami pun memberikan tepuk tangan meriah dan tatapan kagum sambil mengantar Mulyono shixiong keluar ruangan. Gan En.
| ||
Artikel Terkait
Sushi Vegetarian untuk Orang Tua Tercinta
23 Desember 2024Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Pekanbaru selalu menghadirkan materi-materi yang tak membosankan. Kali ini para murid diajak untuk berkreasi membuat Sushi Vegetarian yang akan dipersembahkan kepada orang tua mereka.