Kelas Tzu Shao: Temukan Dopamin Alami Tanpa Gadget!

Jurnalis : Beverly Clara (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly Clara, Jarren Daphne, Mie Li (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Siswa-siswi Tzu Shao dan relawan berfoto bersama dengan penuh keceriaan, mengingat sudah lama sejak terakhir kali mereka mengunjungi pantai.

Di era sekarang, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, pernahkah Anda terlintas untuk sejenak melepaskan diri dari layar dan menikmati alam tanpa gangguan notifikasi? Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memiliki solusinya! Mereka mengadakan kelas budi pekerti Tzu Shao dengan tema Digital Detox di Pantai Ketam. Tujuannya adalah untuk menghadirkan dopamin jangka panjang, bukan dari scrolling media sosial, tetapi dari kebersamaan dan permainan seru di alam.

Konsep digital detox ini mengajak anak muda untuk beristirahat dari ponsel dan fokus pada pengalaman nyata. Selama kegiatan, peserta dilarang menggunakan gadget dan diajak bermain di alam bersama teman-teman. Dengan cara ini, kebahagiaan yang lebih tahan lama dapat tercipta, sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh likes atau komentar di media sosial.

Pada tanggal 20 Oktober 2024, sebanyak 35 peserta yang terdiri dari siswa-siswi Tzu Shao dan relawan berkumpul di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pukul 09.00. Mereka berangkat menuju Pantai Ketam dengan menggunakan bus kayu. Meskipun hujan badai melanda Karimun malam sebelumnya, cuaca di hari itu cukup nyaman dan sejuk.

Siswa-siswi Tzu Shao dan anak-anak yang hadir bermain permainan klasik “Ayam dan Serigala”.

Setelah permainan yang menguras energi, kegiatan dilanjutkan dengan permainan santai sambil duduk membentuk lingkaran. Kali ini, permainan yang dimainkan adalah "Angin Bertiup."

Sepanjang perjalanan, relawan dan siswa-siswi Tzu Shao saling bercanda dan bernyanyi bersama. Musik pun diputar untuk menambah keceriaan di dalam bus, menciptakan suasana yang hidup.

Setibanya di Pantai Ketam, kegiatan dimulai dengan doa bersama. Relawan kemudian menyusun barang bawaan, menyiapkan konsumsi, dan menggelar tikar untuk berkumpul. Materi kelas juga disampaikan kepada siswa-siswi, membahas efek negatif dari dopamin jangka pendek akibat penggunaan media sosial berlebihan, serta cara memperoleh dopamin jangka panjang. Beberapa contohnya adalah menghabiskan waktu di alam, berolahraga, atau melakukan aktivitas bermakna bersama teman.

“Mumpung kita masih muda, saat ada waktu luang, sebaiknya kita beraktivitas seru dan bermakna bersama teman-teman. Nanti, saat kita tua, pasti kita akan mengenang momen-momen seru ini, bukan ‘Wah, dulu nenek kalau liburan asyik scroll TikTok.’ Nggak banget, kan?” ucap Beverly Clara, relawan yang membawakan materi.

Berbagai permainan seru telah disiapkan untuk menyambut peserta, mulai dari permainan klasik seperti Ayam dan Serigala hingga tantangan mengeja dengan pembelit lidah dalam tiga bahasa: Bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Dalam beberapa permainan, peserta yang kalah harus menerima hukuman berupa menari atau bernyanyi. Menariknya, hukuman ini menjadi ajang unjuk bakat, dengan beberapa peserta menunjukkan kemampuan bernyanyi dan menari yang mengesankan.

Peserta yang kalah dalam permainan harus bernyanyi atau menari. Salah satu peserta tampil bernyanyi sambil disemangati oleh peserta lainnya.

Sepanjang hari, tawa dan sorakan riuh mengisi udara Pantai Ketam, membuat suasana semakin meriah dan penuh kegembiraan.

“Kegiatan outdoor ini diselenggarakan agar anak-anak Tzu Shao bisa refreshing dari rutinitas di kantor. Selain itu, saya ingin memperkenalkan konsep dopamin, di mana dopamin jangka panjang diperoleh dari kegiatan bermakna seperti berolahraga, berkegiatan di alam, atau berinteraksi dengan sesama. Efeknya lebih tahan lama dan memberikan kebahagiaan yang lebih mendalam,” jelas Listania, koordinator Kelas Tzu Shao Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

“Harapannya, anak-anak Tzu Shao dapat memahami perbedaan ini dan mendapatkan momen bersama seharian tanpa gadget tetapi tetap bisa bersenang-senang,” lanjut Listania.

Seusai permainan dan matahari mulai berada di titik tertinggi, semua peserta antre untuk mengambil makan siang dengan hidangan lezat.

Setelah puas bermain, seluruh peserta berkumpul untuk menikmati makan siang. Hidangan kali ini terdiri dari kari Jepang dan katsu vegetarian, laksa goreng khas Karimun, melon, kelapa segar, milk tea, serta aneka camilan lainnya. Menikmati deburan ombak pantai sambil menyantap hidangan lezat benar-benar menciptakan momen nikmat yang tak terlupakan.

Para peserta pulang dengan kenangan manis dan pemahaman baru tentang pentingnya melepaskan diri sejenak dari layar. Semoga pengalaman ini menginspirasi mereka untuk lebih bijak menggunakan teknologi dan terus mencari kebahagiaan sejati dalam interaksi nyata dengan orang-orang di sekitar.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Di Kelas Budi Pekerti Belajar Tata Krama, dan Menggali Potensi Diri

Di Kelas Budi Pekerti Belajar Tata Krama, dan Menggali Potensi Diri

26 Juli 2024

Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Palembang kembali membuka kelas budi pekerti dalam misi pendidikannya pada Minggu, 14 Juli 2024. Dibukanya kelas budi pekerti ini diharapkan dapat membentuk anak-anak seutuhnya yang selalu bersyukur dan terus belajar menggali potensi diri.   

Terus Belajar dan Menanam Benih untuk Masa Depan

Terus Belajar dan Menanam Benih untuk Masa Depan

05 April 2021

18 murid Qing Zi Ban, 31 murid Tzu Shao Ban berkumpul secara daring untuk mengikuti kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat. Pengajaran ini bertujuan menanamkan ahklak, budi pekerti, prinsip kehidupan sedari dini agar kemudian hari dapat menjadi generasi yang mencerahkan dunia.

Bersama Dalam Momen Kemerdekaan

Bersama Dalam Momen Kemerdekaan

28 Agustus 2019

Sebulan sekali relawan komunitas He Qi Utara 1 mengadakan kelas pendidikan budaya humanis di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke. Pada 25 Agustus 2019, pertemuan itu diisi dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI yang ke-74. Sebanyak 20 relawan, 3 guru Tzu Chi School, 26 anak rusun, serta dibantu oleh 17 kakak- kakak dari organisasi Edukita bergembira bersama.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -