Keluarga Oma Nelly
Jurnalis : Apriyanto , Fotografer : Apriyanto, Johny Johny saat datang mengunjungi Oma Nelly. Rasa ibanya muncul ketika melihat Oma Nelly terbaring di tempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa. | Menjelang tengah malam, Nelly Winata yang telah berusia 90 tahun merasakan kalau kantung kemihnya sudah terisi penuh. Ia pun langsung bangkit dari tidurnya untuk buang air kecil. Sambil berdiri, Oma Nelly, begitu ia biasa dipanggil kemudian memasukkan telapak kakinya ke dalam sandal karet. Letak telapak kakinya yang tidak pas di sandal membuat badannya tidak seimbang dan Oma Nelly pun terjatuh. Badan sisi kanan adalah bagian yang tepat menindih ubin. Rasa sakit langsung dirasakan Oma Nelly pada pangkal pahanya. Karena tidak ada orang di sekitarnya, Oma Nelly berusaha sendiri membangunkan dirinya ke atas ranjang, setelah itu ia baru berteriak meminta pertolongan. |
Christina Winata— keponakannya— adalah anggota keluarga pertama yang mendengar teriakan Oma Nelly. Saat dihampiri, bibinya sudah terbaring di atas ranjang dengan kondisi kesakitan. Thomas Winata, Linawati Djayadi, dan Petrus Winata semuanya terbangun melihat keadaan Oma Nelly. Mereka adalah adik dan saudara ipar Oma Nelly. Oma Nelly adalah anak tertua dari 8 bersaudara. Adiknya yang kelima adalah Thomas Winata yang sudah berusia 80 tahun. Adik bungsunya Petrus Winata berusia 68 tahun, sedangkan Linawati Djayadi adalah istri dari Thomas yang kini sudah berusia 65 tahun, dan kelima saudara lainnya sudah pergi menghadap Yang Maha Kuasa. Mereka semua hidup rukun dalam satu atap yang merupakan rumah warisan dari orangtua mereka. Terkendala Usia Pengobatan hari itu yang tidak memberikan kepuasan mendorong Christina mencari alternafif lain pengobatan untuk bibinya. Berdasarkan informasi dari salah satu umat gereja, akhirnya Christina membawa bibinya berobat ke ahli patah tulang di daerah Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat. Tetapi sayang sesampainya di sana, ahli patah tulang itu juga mengatakan bahwa usia Oma Nelly yang sudah lanjut sulit untuk dilakukan penyambungan tulang. Kembali dengan perasaan kecewa mereka pun pulang. Namun di benak Oma Nelly, ia masih menggantungkan harapan untuk sembuh. Teringat Relawan Tzu Chi Hari itu tanggal 6 Juni 2009, Johny yang sedang melakukan bakti sosial di Pulau Batam menerima telepon dari Oma Nelly yang mengabarkan kalau ia sedang sakit karena terjatuh. Tanggal 7 Juni Johny sudah kembali ke Jakarta dan esok harinya ia segera mendatangi rumah Oma Nelly untuk melihat keadaannya. Pertama kali Johny datang, kondisi Oma Nelly sudah cukup memprihatinkan. Jangankan untuk berdiri, membangunkan badannya saja sudah sangat sulit karena dirundung oleh rasa sakit. Maka Johny menyarankan agar Oma diajukan untuk mendapatkan bantuan pengobatan dari Tzu Chi. Hari itu juga Johny mengisi formulir permohonan bantuan dan menanyakan kembali seputar pendapatan dan pengeluaran keluarga sebagai persyaratan administrasi permohonan bantuan. Ket : - Kondisi Oma Nelly saat pertama dijumpai oleh Johny. Lukanya yang dibiarkan membuat badan Oma Nelly Setelah itu, pada 9 Juni 2009, Johny terlebih dahulu membawa foto rontgen dan foto Oma Nelly untuk dikonsultasikan ke dokter Lutvi, ahli tulang di Kemayoran, Jakarta Pusat. Melihat hasil rontgen dan foto Oma Nelly yang nampak masih sehat, dokter Lutvi berkata, “Ini Omanya kan masih seger, kenapa mesti dikerem? Walaupun sudah 90 tahun, layaklah dibantu.” Pernyataan dokter Lutvi memberikan perasaan optimis pada diri Johny. Maka ia segera menginformasikan kepada keluarga Oma Nelly agar secepatnya membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari RT, RW, kelurahan, dan kecamatan setempat. Dalam diri Johny memang terbesit rasa iba dengan kondisi Oma Nelly beserta keluarganya yang menderita. “Satu hal yang membuat saya empati adalah melihat kondisi Oma dengan usianya yang sudah 90 tahun ia masih harus mengurusi adik-adiknya yang juga sudah manula. Satu hal lagi adalah melihat kondisi Oma yang terus terbaring tanpa pengobatan yang menyebabkan ia sulit bergerak dan menjadi sering mengandalkan orang lain,” aku Johny. Selain itu Johny juga merasa salut dengan pengorbanan Christina yang menjadi satu-satunya tulang punggung di keluarga itu. Setiap hari Christina harus pergi bekerja ke kantornya di Muara Baru Ujung, Penjaringan, Jakarta Utara sebagai staff accounting. Di perusahaan ini Christina sudah mengabdikan dirinya selama 10 tahun. Waktu luang yang ia miliki pada Sabtu dan Minggu ia gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti mengepel, mencuci pakaian, dan menguras bak mandi yang tidak bisa diselesaikan oleh orangtua dan pamannya. Kasih untuk Keluarga Dahulu yang menjadi tulang punggung di keluarga ini adalah ayahnya, Opa Thomas. Tetapi semenjak ayahnya pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Angkatan Darat pada tahun 1984, kehidupan keluarga hanya bergantung dari uang hasil pensiunan. Lama kelamaan uang hasil pensiun ini tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Keadaan ini mendorong Oma Linawati untuk berjualan gado-gado di depan rumahnya. Sampai kira-kira di tahun 2007, sebuah kecelakaan menimpa Oma Linawati. Sepulang dari pasar saat hendak menaiki ojek ia terjatuh hingga menyebabkan lengan kanannya patah. Cidera pada lengan kanan membuat Oma Linawati tidak lagi memungkinkan untuk berdagang gado-gado. Sejak itulah Christina menggantikan posisi orangtuanya sebagai tulang punggung keluarga. Ket : - Sewaktu mengunjungi Oma Nelly, Johny tidak hanya memantau kondisi kesehatan Oma Nelly saja, Biaya pengobatan yang tinggi dan kondisi keluarga yang tidak mampu mendorong Johny untuk segera menuntaskan permohonan bantuan pengobatan ini agar segera terealisasi. Maka setelah semua persyaratan terpenuhi dan permohonan bantuan pengobatan itu disetujui pada 22 Juni 2009, Oma Nelly berhasil dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Berbagai tes laboratorium dijalankan oleh Oma Nelly, mulai dari tes darah sampai tes paru-paru. Karena kondisinya memungkinkan untuk dioperasi akhirnya tanggal 26 Juni 2009, operasi penggantian mangkuk tulang pinggul Oma Nelly berhasil dilaksanakan. Meski sudah berusia lanjut tetapi semangat Oma Nelly untuk sembuh sangatlah besar. Setelah operasi berakhir, Oma Nelly dengan cepat siuman dari tidurnya lantas menampakkan wajah yang ceria. Pada 6 Juli 2009, Oma Nelly sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit dan melanjutkannya dengan berobat jalan. Kini keadaannya sudah menunjukkan perbaikan, meski jalannya masih membutuhkan tongkat tetapi kondisinya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Keceriaan dalam keluarga ini pun kembali berseri dengan munculnya senyum-senyum lepas dari wajah-wajah senja. Christina menilai semua ini adalah ujian yang harus dijalankan. Ia percaya semua ujian ini pada akhirnya akan ada jalan keluarnya. Yang membuatnya tabah menjalani hidup ini karena keyakinannya kepada Tuhan. “Saya tahu apa pun yang saya jalanin ini adalah rencana Tuhan dan saya tahu Tuhan akan memberi yang terbaik buat saya. Jadi saya tidak pernah takut, saya tidak pernah khawatir, saya jalani aja, karena saya tahu sesulit apa pun, pasti Dia (Tuhan –red) akan buka jalan untuk saya,” terang Christina. | |
Artikel Terkait
Screening Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Bersama-Sama Membantu Sesama
21 Maret 2016Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111 akan digelar pada 18-20 Maret 2016 mendatang. Menjelang tahap screening seminggu sebelumnya, relawan Tzu Chi menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan berbagai pihak terkait untuk mendukung jalannya baksos.
Pekan Amal Tzu Chi 2015 : Bazar untuk Pembangunan Rumah Sakit
31 Oktober 2015 Pekan Amal Tzu Chi disambut antusias oleh semua orang, buktinya sebanyak 200 stan berpartisipasi dalam kegiatan ini yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti sembako, pakaian, makanan, hingga kendaraan motor.Berbagi Keceriaan Natal di Panti Asuhan Vita Dulcedo Pematang Siantar
20 Desember 2023Menyambut Natal, para relawan Tzu Chi di Komunitas Xie Li Pematang Siantar berkunjung ke Panti Asuhan Vita Dulcedo. Walaupun hujan, tidak menyurutkan langkah kaki relawan dalam menyebarkan cinta kasih.