Kemantapan Hati Akwet Menjadi Keluarga Tzu Chi Lampung
Jurnalis : Ivon, Junaedy Sulaiman (Tzu Chi Lampung) , Fotografer : Junaedy Sulaiman, Ivon (Tzu Chi Lampung)Djoni, atau sering disapa Akwet, pria kelahiran Tanjung Karang, 29 Juni 1969 ini merupakan salah satu relawan Abu Putih yang aktif dalam kegiatan Tzu Chi baik dalam Misi Kesehatan, ataupun Amal. Akwet juga sudah cukup lama bergabung dengan Tzu Chi, yakni sejak tahun 2005, namun hanya kegiatan-kegiatan besar saja.
“Saya gabung dulu waktu ada operasi katarak, saya sering ikut,” ungkap pria berkacamata itu. Ada cerita menarik yang membuatnya ingin menjadi bagian dari keluarga Tzu Chi Lampung.
“Dulu, waktu ada pembagian beras seluruh Bandar lampung tahun 2005, saya melihat Pak Herman (Ketua Tzu Chi Lampung sekarang), meskipun dia sudah tua tapi mau angkat-angkat beras dan di kegiatan lain bantuin nenek-nenek (dituntun). Di situ saya merasa kecil, sangat kecil. Itulah awal saya tertarik ikut di Tzu Chi,” ungkap Akwet.
Meskipun sudah lama bergabung dengan Tzu Chi, ia baru dilantik menjadi Abu Putih (AP) pada 17 Desember 2017 lalu. Baginya yang penting adalah bekerja. Selain aktif dalam kegiatan amal, ia juga sering mencari donatur untuk membantu Tzu Chi dalam pembangunan, amal dan administrasi, termasuk untuk pembangunan gedung Tzu Chi yang baru. Dengan mengajak orang lain berdana, berarti sudah menumbuhkan jiwa Bodhisatwa dalam diri kita maupun orang lain, menurut hematnya.
Pada kegiatan bakti sosial pengobatan degeneratif beberapa waktu lalu, Akwet juga sempat mengobrol dengan salah satu pasien, yakni Ibu Mursa (80) yang menderita hipertensi, kolesterol dan mag. Akwet sempat memberikan semangat untuknya agar mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter sehingga cepat sembuh.
Pada basksos pengobatan degeneratif yang ketiga ini, ada 112 pasien termasuk lama dan baru. Di dalamnya disisipkan pembagian Celengan SMAT. Junaedy Sulaiman, salah satu relawan Tzu Chi mensosialisasikan celengan tersebut, yakni penggunaan dari bantuan yang disumbangkan kepada Tzu Chi.
“Bagi siapa pun yang ingin membantu Tzu Chi melalui celangan ini, maka diperbolehkan untuk mengambil, nanti kalau sudah penuh boleh dituangkan ke kantor kami, berapa pun dananya yang penting didasari dengan rasa ikhlas,” ungkap Junaedy.
Antusiasme sangat terlihat pada para pasien, khususnya kaum ibu. “Saya mau ambil satu mbak, ya kalau pulang pasar suka ada uang sisa, bisa dimasukkan ke celengan,” ungkap salah satu pasien.
Antusias pasien juga dapat dilihat dari banyaknya yang mengambil celengan yakni sebanyak 45 orang. Setelah sebagian mengambil celengan, sebagian yang masih antri juga diajak oleh relawan untuk melakukan Shou You yang berjudul “Satu Keluarga”, sehingga peserta dapat lebih mengenal Tzu Chi.
Kegiatan baksos pengobatan degeneratif ini merupakan salah satu hal yang membuat Akwet merasa ingin terus bergabung dengan Tzu Chi.
“Hal yang paling membuat saya yakin untuk bergabung dengan Tzu Chi adalah karena cinta kasihnya, menolong tanpa memandang, tanpa batasan dan terus menyebarkan cinta kasih,” imbuh Akwet.
Editor: Stefanny Doddy