Kembali pada Pelatihan Diri

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* Peserta pelatihan komite Tzu Chi ini datang dari 7 kantor perwakilan/penghubung Tzu Chi Indonesia. Mereka rata-rata sudah berkecimpung dalam dunia Tzu Chi lebih dari 3 tahun lamanya.

“Tzu Chi Indonesia punya banyak kelebihan, para relawannya punya hati yang lapang dan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. Tapi.. kekurangan kita adalah kita kurang memahami maksud didirikannya Tzu Chi oleh Master Cheng Yen. Kita harus lebih banyak membaca dan mempelajari buku-buku Tzu Chi,” kata Liu Su-mei, Ketua Tzu Chi Indonesia di awal Pelatihan Komite, 19 Juli 2008 lalu.

Delapan puluh enam relawan Tzu Chi mengikuti pelatihan komite di Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, ITC Mangga Dua, Jakarta. Mereka datang dari 7 kantor perwakilan/penghubung Tzu Chi di kota-kota besar Indonesia yaitu Makassar, Surabaya, Medan, Bandung, Batam, Pekanbaru, dan Tangerang. Rata-rata para anggota komite ini sudah lebih dari 3 tahun bersumbangsih dalam dunia Tzu Chi. Bahkan, ada pula yang sudah 10 tahun bergabung.

Menjadi Vegetarian Demi Lingkungan
Tema yang banyak dibahas dalam pelatihan terkait perlunya menjaga lingkungan dengan cara menjadi vegetarian. Dalam setahun terakhir, cukup banyak diantara peserta yang memang telah mulai menjalani hidup vegetarian. Menurut Lu Lian-zhu, “Saat kita banyak mensosialisasikan tentang pelestarian lingkungan, dengan sendirinya kita akan menyadari pentingnya menjadi vegetarian.” Relawan yang menekuni data-data mengenai kerusakan lingkungan dan cara pelaksanaan daur ulang ini bahkan mengaku ngeri dan takut dengan kondisi bumi yang semakin rusak.

foto   foto

Ket : - Pelatihan yang bertujuan mengajak para komite untuk lebih memahami tujuan misi kemanusiaan Tzu Chi ini
           diikuti oleh 86 anggota komite Tzu Chi Indonesia dari berbagai daerah. (kiri)
         - Di awal pelatihan, para peserta melakukan pradaksina dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan hati
           hingga dapat menyerap materi pelatihan dengan baik. (kanan)

Namun, mengubah gaya hidup memang tidak semudah membalik telapak tangan. “Terus terang kalo vegetarian saya tidak berani ikrar. Tempat tinggal saya bukan di kota, jadi agak susah cari makannya,” tutur Becky Chiang yang datang dari Surabaya dengan 7 relawan yang lain. Namun ia berharap, semoga jodoh menjadi seorang vegetarian cepat sampai. Ia tertegun mendengar penuturan Jia Wen-yu yang sewaktu membawakan materi menjelaskan bahwa peternakan merupakan salah satu industri yang mengakibatkan pencemaran terbesar terhadap lingkungan.

Sementara itu Harmanto, relawan dari Tzu Chi Tangerang memandang topik vegetarian sangat relevan untuk diangkat pada momen-momen seperti ini. “Saat ini di masyarakat kan lagi bicarakan global warming, jadi untuk (kita) bicarakan vegetarian sangat tepat. Kalo terkait masa depan bumi kita, (banyak orang) kan lebih tersentuh,” ungkapnya.

foto   foto

Ket : - Seperti sebuah keluarga, para komite bersantap siang bersama. Menu yang disajikan adalah menu
           vegetarian. Cukup banyak diantara komite Tzu Chi yang memang telah menjalani hidup vegetarian dalam
           keseharian mereka. (kiri)
         - Sepanjang hari, para peserta pelatihan dengan tekun mencatat materi yang disampaikan pada buku
           mereka. (kanan)

Lebih Giat Melatih Diri
Tiga orang relawan dari Tzu Chi Singapura ikut menjadi pemateri dalam pelatihan ini. Mereka adalah Ji Yu, You Yu, dan Chien Yu. Ketiga relawan dari negeri seberang ini berbagi cerita tentang bagaimana Tzu Chi berjalan di Singapura serta sistem pelaksanaan “4 in 1” di sana. Sistem “4 in 1” selama 3 tahun terakhir menjadi kendaraan Tzu Chi untuk menggerakkan relawan komunitas. “4 in 1 adalah sistem yang memiliki kesetaraan antar relawan, bukan hirarki,” ujar You Yu. Ia juga mempresentasikan pengelompokan relawan sesuai perannya masing-masing. Becky, yang sehari-hari lebih banyak mengurus administrasi di kantor Tzu Chi Surabaya, dalam pengelompokan tersebut mengetahui bahwa dirinya masuk dalam kelompok A1. Sepanjang presentasi berlangsung, tampak para komite tekun mencatat dalam buku mereka.

Terhadap manfaat pelatihan ini, Like menuturkan, “Saya merasa semua itu dasarnya di diri kita sendiri. Yang paling pertama adalah melatih diri sendiri lebih dulu, memperbaiki sikap. Kalau tidak, bagaimana kita bisa mempengaruhi orang lain.” Relawan yang telah cukup lama menjadi anggota komite Tzu Chi ini juga merasa dirinya lebih termotivasi dalam pelatihan ini, sebab ia melihat kemajuan dalam diri relawan lain yang hari itu menjadi pemateri. “Karena kita melihat kemajuan orang lain, kita ikut terpacu, ingin menyusul juga,” Like melanjutkan, “Dalam banyak hal kita sudah terlambat. Misal untuk penyelamatan bumi kita juga sudah terlambat, begitu juga usia kita sudah tidak keburu. Belajar teori saja sudah tidak mudah, apalagi harus mempraktekkannya.”

foto  

Ket : - You Yu dari Tzu Chi Singapura mempresentasikan pelaksanaan "4 in 1" di Singapura dimana para relawan
           dikelompokkan sesuai peran mereka.

Hal senada juga disampaikan Aliong, “Tembok paling utama itu di He Qi –tingkatan kedua dalam sistem “4 in 1” yang bertanggung jawab mengarahkan pelaksanaan misi Tzu Chi. Kita harus memberikan support dan ketentraman batin (bagi relawan). Jangan cuma sekadar membantu keluar, tapi ke dalam ada (tumbuhkan) spiritual dan Dharma, dari situ kita baru ada kekuatan.” Sebagaimana pisau paling tajam di dunia tetap sesekali perlu diasah, maka pelatihan ini mengingatkan kembali para relawan mengenai makna di balik segala kegiatan yang dilakukan Tzu Chi. Hari untuk re-charge rasanya merupakan istilah yang lebih tepat bagi para komite ini selama mengikuti pelatihan, sebelum kembali pada kesibukan menjalankan misi kemanusiaan.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisatwa

Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisatwa

16 Mei 2012 Hari Perawat Internasional akan segera tiba. Di RS Tzu Chi, Kita dapat melihat cinta kasih universal yang indah dan jernih serta hati yang tulus. Para perawat tidak terpengaruh oleh berbagai berita media massa.
Dukungan Moril Saat Duka Merundung

Dukungan Moril Saat Duka Merundung

27 Desember 2018
Relawan Tzu Chi menggelar doa bersama di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang untuk mengenang Almarhum WS. Teguh Soetrisno, ayah dari Teguh Ika Rohyani, guru budaya humanis SD Cinta Kasih Tzu Chi, dan Teguh Rachmawati, relawan Tzu Chi yang meninggal karena tsunami Selat Sunda.
Cerminan Bagaimana Rakyat Indonesia Hidup Bergotong-royong

Cerminan Bagaimana Rakyat Indonesia Hidup Bergotong-royong

06 Mei 2021

Sebanyak 1.000 paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 disalurkan melalui Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Penyerahan bantuan digelar di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Menteng Jakarta Pusat, Rabu 5 Mei 2021.

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -