Kembalinya Intan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya Intan dengan ditemani ayahnya kembali mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi di Singkawang. Sebelumnya, pada tahun 2008, mata sebelah kiri Intan dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi. |
| ||
Dari 5 anak Jong Thian Kong (57) dan Ratifah (51), yaitu: Joni Jong (26), Jodi Jong (23), Dedi Dores (20), Desi Ratnasari (18), dan Intan Sari (16), hanya anak-anak laki-laki dan ayah mereka saja yang terbebas dari penyakit katarak. Entah mengapa, semua wanita anggota keluarga ini memiliki penyakit yang sama: katarak. Perjuangan Memperoleh Kesembuhan Sabtu, 29 Oktober 2010, Jong Thian Kong datang kembali ke Baksos Kesehatan Tzu Chi. Tetapi kali ini ia tidak membawa istri dan Desi putrinya, ia hanya membawa Intan putri bungsunya ke RS Tentara Singkawang untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-71 yang kembali diadakan di Kota Seribu Kuil ini. Jika dua tahun lalu mata kiri Intan yang bermasalah, kali ini mata kanan Intan yang terkena katarak. “Dia sering ngeluh penglihatannya agak kabur kalau di sekolah,” terang Jong. Karena itulah Jong yang berprofesi sebagai petani ini tak menyia-nyiakan kesempatan ketika mendengar kabar akan adanya baksos kesehatan lagi dari saudaranya yang tinggal di Kota Singkawang. Setelah dinyatakan lolos screening seminggu sebelumnya (tanggal 22 Oktober 2010), akhirnya pada tanggal 29 Oktober 2010 mata kanan Intan dioperasi kataraknya. “Tak terkiralah senangnya. Anak dan istri saya kan sekarang dah bisa lihat semuanya,” ungkap Jong, “banyak-banyak terima kasih sama Tzu Chi, dah menolong keluarga saya.” Minggu, 30 Oktober 2010, Intan menjalani pemeriksaan pascaoperasi katarak. Gadis yang pendiam dan pemalu ini akhirnya dapat bernapas lega karena salah satu kendalanya dalam menuntut ilmu telah tertangani. Selama menjalani pengobatan di Singkawang, Jong dan Intan menetap di rumah salah satu kerabatnya di Singkawang. “Kalau langsung pulang takutnya nanti ada apa-apa di jalan. Sudah jauh-jauh berobat nanti malah nggak ada hasilnya kan sayang,” kata Awaludin Tanamas, relawan Tzu Chi Jakarta yang masih teringat dengan Intan dan keluarganya. Awaludin pun berkesempatan memberi perhatian pada Intan.
Keterangan :
Selain jalinan jodoh yang baik, upaya Jong untuk mencari kesembuhan bagi istri dan kedua anaknya memang patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, keluarga yang tinggal di Desa Satong yang jaraknya 67 km dari Kabupaten Ketapang ini hidupnya sangat bersahaja dan terpencil. Untuk menuju Singkawang, jika menggunakan speed boat saja mereka harus menempuh perjalanan selama 6 jam. “kalau naik (kapal) Feri lebih lama lagi, jam 4 sore berangkat, jam 5 pagi baru sampai,” kata Jong. Karena ongkos naik speed boat yang cukup mahal –mencapai 200 ribu rupian – maka Jong memilih naik kapal Feri yang hanya bertarif Rp 45.000. “Nanti pun masih harus naik mobil lagi sekitar 6 jam,” terangnya. Penderitaan keluarga ini awalnya diketahui oleh Bong Fa Lin, relawan Tzu Chi Jakarta yang asal Ketapang. Setelah dilakukan survei maka diputuskan bahwa keluarga Jong Thian Kong memang layak untuk dibantu. Kini, istri dan anak Jong Thian Kong sudah dapat melihat dengan normal. Beban keluarga ini pun sedikit berkurang, apalagi ketiga anak laki-lakinya kini sudah bekerja, sebagai sopir dan buruh bangunan. “Kalau untuk makan sehari-hari kami cukuplah, ada dari hasil kebun dan juga anak-anak sudah kerja. Tetapi kalau untuk biaya operasi (katarak) kami masih belum mampu,” ungkap Jong saat menunggui Intan di depan ruang operasi. Kurang lebih menunggu hampir 2 jam, akhirnya Intan pun keluar dari ruang operasi. Mata kanan Intan berbalut perban. Dengan tertatih-tatih Intan berjalan menghampiri ayahnya dengan dibimbing dua relawan Tzu Chi. Baksos yang Ketiga Kalinya di Singkawang
Keterangan :
Tepat saat Intan memeriksakan kondisi matanya pascaoperasi, di halaman RS Tentara juga sedang berlangsung acara pembukaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-71. Baksos ini merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan TNI (Kodam XII Tanjungpura) dalam rangka HUT TNI ke-65. Dalam baksos yang dilaksanakan dari tanggal 29-30 Oktober ini berhasil dioperasi sebanyak 164 pasien katarak, 45 pasien pterygium. Dr. Andi, Kepala RS Tentara menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak, khususnya Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mendukung kegiatan baksos ini. “Ini merupakan bentuk kepedulian nyata dari sesama anak bangsa untuk meringankan beban mereka yang kurang mampu. Sudah sepantasnya kita yang mampu membantu yang kurang mampu,” katanya. Sementara itu, Tetiono, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Singkawang menyampaikan rasa syukurnya karena sudah 3 kali ini Kota Singkawang menjadi tempat pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Ini tentunya merupakan jodoh yang baik, di mana kita dapat membantu sesama yang membutuhkan pertolongan,” kata Tetiono. Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei yang datang bersama para relawan dari Jakarta lainnya. Dalam kesempatan itu Tetiono juga mengajak semua pihak untuk mau melakukan pelestarian lingkungan. Dalam kesempatan ini hadir pula Walikota Singkawang Hasan Karman. Menurut walikota, sudah 3 kali baksos dilaksanakan di Singkawang, dan hal ini tentunya sempat memicu “kecemburuan” dari kota-kota lain di wilayah Kalimantan Barat. Menurutnya, ada beberapa faktor sehingga Singkawang menjadi pilihan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk melaksanakan baksos kesehatan. “Di Singkawang ada fasilitas rumah sakit dan sarana prasarana yang mendukung,” tegasnya. Hasan Karman yang juga pernah berkunjung ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta ini menyambut baik dan mendorong kegiatan-kegiatan seperti ini ditambah intensitasnya. “Masyarakat kita masih banyak yang membutuhkan bantuan,” katanya, “ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga membutuhkan partisipasi banyak pihak, dan Tzu Chi adalah bagian dari kepedulian itu.” Dalam kesempatan itu, mewakili masyarakat Kita Singkawang, Hasan Karman menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas sumbangsih Tzu Chi ini, “Salam untuk Master Cheng Yen, kami masyarakat Kalbar (kalimantan Barat) sangat berterima kasih dengan adanya bakti sosial kesehatan ini.” | |||