Kembalinya Sebuah Harapan (Bagian 1)
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Rusli Chen, Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)Ayu besar dalam keluarga yang menggantungkan hidup pada hasil menarik becak motor Syaiful, ayahnya. Di tengah kesulitan hidup, Ayu mengidap tumor kista yang menyebabkan perutnya membesar. |
| ||
Seorang Ayu di mata ayahnya, Syaiful Lubis, adalah anak yang penurut dan pengertian. “Ayu tidak pernah minta apapun karena dia tahu kondisi orang tuanya yang tidak mampu. Semua yang kita suruh kerjakan, pasti dikerjakan, tidak pernah menolak,” ujar Syaiful dengan mata berkaca-kaca. Ayu sendiri adalah anak ke-5 dari 8 bersaudara. Semua saudaranya tinggal bersama orang tuanya kecuali kakak perempuan Ayu yang sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Tebing Tinggi. Kedua saudaranya yang tertua sudah tidak melanjutkan pendidikannya dengan alasan kemauan belajar yang kurang. Maka saat ini mereka hanya bisa bergantung kepada orang tua. Sedangkan saudara Ayu yang lainnya tetap melanjutkan sekolahnya dan bekerja paruh waktu di tempat pembuatan pot bunga yang ada di sekitar rumahnya untuk membiayai sekolah sendiri dan membantu ekonomi keluarga. Becak Tempat Menggantungkan Hidup
Ket : - Ayu baru duduk di bangku SMP, namun tumor kista di rahimnya membuat perutnya membesar seperti orang yang sedang mengandung.(kiri) Pada tahun 80-an, di mana becak motor tidak begitu banyak, pendapatan Syaiful cukup lumayan sehingga berani meminta istrinya yang bekerja di pabrik rokok untuk berhenti dan konsentrasi menjaga anak-anak di rumah. “Dulu uang sewa becak masih bisa tertutupi, lumayanlah dulu itu,” jelasnya. Tak disangka, setahun demi setahun berlalu, anak semakin banyak dan beban keluarga semakin berat. Meskipun demikian, sedikit demi sedikit penghasilannya ditabung dan pada tahun 2002, akhirnya Syaiful berhasil membeli sebuah becak motor yang baru seharga Rp 7.000.000,-. Tahun 2007, dimana becak bermotor menjamur di kota Medan, persaingan antar penarik becak semakin ketat dan berimbas kepada pendapatannya yang menurun drastis. Ditambah lagi dengan penetapan peraturan daerah yang baru, bahwa semua becak lama harus diremajakan maka Syaiful mau tidak mau, harus menjual becak motornya seharga Rp 400.000,- . Mulailah lagi Syaiful dari nol dengan mencicil becak motor baru dengan dengan down payment Rp 2.000.000,- dan membayar cicilan sebesar Rp 630.000,- per bulan selama 3 tahun. Kondisi anak-anak yang tumbuh semakin besar dan tuntutan ekonomi semakin tinggi ditambah dengan pendapatan yang semakin menurun dan tidak menentu membuat Syaiful seringkali mengalami kesulitan dalam membayar cicilan becak motornya. Cobaan Berat untuk Ayu Setelah Ayu dibawa pulang ke rumah, Ayu kembali bersekolah tetapi dengan kondisi perut yang semakin membesar. Keterbatasan biaya membuat Syaiful memutuskan untuk mengobati Ayu dengan metode alternatif. “Di mana ada anjuran dari teman, saya pasti membawa Ayu ke sana untuk berobat. Pokoknya supaya Ayu sembuh,” ujar Syaiful. Ramuan-ramuan yang pahit terpaksa diminum oleh Ayu. Efek-efek samping dari ramuan-ramuan tersebut, terkadang membuat Ayu menjadi pusing dan muntah-muntah tetapi demi menuruti anjuran dari orang tuanya, dia tetap menjalankannya. Perut yang membesar juga membuat Ayu kesulitan untuk buang air besar sehingga ada kalanya harus menggunakan obat pencahar untuk melancarkannya. Ada salah satu kerabat Syaiful yang tinggal tidak jauh dari rumahnya bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit menganjurkan agar Ayu untuk diperiksa kembali. Akhirnya baru diketahui bahwa yang membuat perut Ayu semakin membesar adalah tumor di rahimnya. Jalan satu-satunya untuk menyembuhkan Ayu adalah dengan cara operasi. Dengan hubungan yang baik antara kerabat Syaiful dengan pihak rumah sakit tersebut, maka Ayu mendapat keringanan biaya. Yang menjadi permasalahannya adalah meskipun biayanya sudah dikurangi, jumlahnya masih termasuk tinggi dan satu-satunya jalan untuk menutupinya adalah dengan menjual becak yang masih dicicil tersebut. Mendengar kalau untuk membayar biaya operasinya, becak ayahnya harus dijual, Ayu menolak untuk operasi. Ayu menyadari kalau nasib saudara-saudaranya di rumah, semuanya bergantung dari becak tersebut. Ayu pun terus mengikuti anjuran ayahnya untuk berobat dengan cara alternatif dan tetap berharap dapat sembuh.
Ket : - Ayu tak nampak takut menghadapi operasi. Ia sempat menolak dioperasi ketika mengetahui ayahnya akan menjual becak demi biaya operasi. Tapi kini, biaya operasi itu dibantu oleh Tzu Chi. (kiri) Seberkas Cahaya Harapan Setelah dilakukan rapat, diputuskan bahwa Ayu harus segera diperiksa oleh dokter spesialis kandungan untuk mengetahui jenis penyakit yang dideritanya. Para relawan pun menemani Ayu untuk diperiksa. Ayu yang ditemani oleh kedua orang tuanya tidak merasa takut dan hanya tersenyum. Dokter yang memeriksanya merasa terkejut di umur yang baru beranjak 14 tahun sudah mengidap tumor kista yang panjangnya berukuran 31cm. Tumor dengan ukuran yang lumayan besar tersebut, membuat Ayu kesulitan untuk buang air besar karena telah menghimpit usus besarnya. Dokter menganjurkan agar segera dilakukan tindakan operasi kalau tidak nantinya akan membuat usus besarnya membusuk dan akan muncul penyakit lainnya. Ayu tidak merasa takut sewaktu mendengar bahwa dirinya harus dioperasi agar dapat segera sembuh. Dan yang tidak membuatnya khawatir adalah ayahnya tidak perlu menjual becaknya untuk membiayai operasi tersebut sehingga Ayu langsung setuju untuk dioperasi. Meskipun Ayu sudah setuju untuk dioperasi, pemeriksaan demi pemeriksaan tetap dilakukan. Setelah ditetapkan tanggal untuk dioperasi, Ayu beserta kedua orang tuanya tiba di rumah sakit tersebut pukul 06.45 Wib karena waktu operasinya adalah pagi hari itu juga pada pukul 10.00 Wib. Para relawan pun senantiasa menemani Ayu dan kedua orang tuanya. Di usianya yang masih muda, Ayu tidak terkesan takut atau khawatir kalau dirinya sebentar lagi hendak dioperasi. “Ngak takut. Biasa aja,” ujar Ayu sewaktu ditanya oleh relawan apakah dirinya takut atau tidak. | |||
Bersambung ke Bagian 2 | |||
Artikel Terkait
Menuangkan Kreatifitas Melalui Lomba Mewarnai
05 September 2016Jamban Sehat Tzu Chi, untuk Sanitasi yang Lebih Baik
01 Maret 2022Pembangunan jamban sehat di Banyumas dilakukan sebanyak 226 jamban di 24 desa. Program Jamban Sehat di Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari Program Pembangunan 3.500 Jamban Sehat di Jawa Tengah.