Kemeriahan Penutupan Kelas Kata Perenungan di Tzu Chi Medan

Jurnalis : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan)

Penampilan isyarat tangan lagu Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan (namaku adalah pemberani) oleh anak-anak Kelas Kata Perenungan tanpa didampingi relawan.

Tak terasa penghujung tahun 2023 sudah dekat dan Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) Tzu Chi Medan Mandala tahun ajaran 2023 telah sampai di hari penutupannya pada Minggu, 19 November 2023. Kelas ini diadakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Mandala dan dihadiri oleh 20 Xiao Pu Sa (9 Teen Class dan 11 Kids Class) beserta orang tua mereka dan didukung 19 relawan Tzu Chi di tim pendidikan.

Hujan deras di Minggu pagi itu tidak menjadi penghalang bagi anak-anak didik dan relawan untuk datang. Acara dimulai pukul 09.15 dan dibuka oleh Laivlie Kenizhi Gwee dari Teen Class selaku MC. Setelah penghormatan kepada Master Cheng Yen, dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Phei Yin selaku Ketua Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) tahun ajaran 2023 dan Ketua Misi Pendidikan Hu Ai (area) Mandala. Phei Yin menyampaikan terima kasihnya kepada orang tua murid yang mempercayakan anak-anak mereka bergabung dengan Kelas Kata Perenungan dan dukungan mereka selama ini. “Semoga xiao pu sa (murid) selalu mengingat apa yang telah dipelajari di dalam kelas dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” sambung Phei Yin.

Penutupan Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen (Jing Si Ban) 2023 ini dihadiri oleh 27 xiao pu sa (murid) beserta orang tua dan 19 relawan.

Murid-murid dan para orang tua kemudian diajak mendengarkan ceramah Master Cheng Yen berjudul “Melatih Kesabaran dan Melenyapkan Kebencian”. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen berpesan, kita hendaknya melatih diri untuk bersabar dan berlapang hati saat menemui perbedaan pendapat dan cara berpikir dengan orang lain agar tercapai kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup. Kita juga hendaknya tidak mengungkit kesalahanan di masa lalu sehingga kebencian yang timbul dari masalah-masalah tersebut dapat dilenyapkan.  

Kelas kali ini istimewa karena melibatkan murid-murid Kelas Kata Perenungan sebagai MC dan pengisi acara, seperti peragaan isyarat tangan lagu Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan (namaku adalah  pemberani) yang apik oleh anak-anak Kids Class dan Teen Class tanpa didampingi relawan. Juga ada penampilan solo Jovelyn Hutama dari Teen Class dengan menyanyikan lagu Shou Qian Shou (bergandengan tangan) yang mendapat sambutan meriah dari hadirin. Lagu ini mengandung pesan untuk jangan bersedih dengan pasang surut kehidupan karena kita memiliki teman-teman yang bergandengan tangan memberi semangat dan dukungan serta bersatu hati menghadapi badai dan angin. 

Jovelyn Hutama dari Teen Class menyanyikan lagu Shou Qian Shou (bergandengan tangan) mendapat sambutan meriah.

Pada sesi games (permainan) yang dipandu William Tandeas, anak-anak diajak berpartisipasi tanpa didampingi orang tua dan relawan. Ini untuk melatih anak-anak  mengandalkan diri sendiri, menambah kekompakan dan mempererat hubungan di antara para murid. Di penghujung acara, James Jayden Chandra dari Kids Class dan Justin Christian dari Teen Class berbagi kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang berkesan bagi mereka dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.

“Sesuai dengan tema kegiatan yaitu “Menerobos rintangan diri”, anak-anak didik dilibatkan untuk berpartisipasi dalam acara. Tujuannya untuk menggali potensi dan talenta dalam diri mereka sehingga anak-anak tidak meremehkan diri sendiri dan menyadari bahwa sebenarnya mereka memiliki potensi yang tak terhingga,” ujar Paulia, koordinator kegiatan.

Pada penutupan ini juga diberikan apresiasi kepada murid-murid yang berprestasi berdasarkan kategori absensi / kehadiran dan keaktifan di dalam kelas.

Sharing Inspiratif Gadis Difabel
Penutupan kelas tahun ini sedikit berbeda dibanding tahun lalu dengan menghadirkan seorang pembicara difabel yakni Marilyn Lievani. Marilyn menderita low vision (penglihatan terbatas) sejak lahir yaitu gangguan penglihatan yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan dan tidak dapat diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, pembedahan dan obat-obatan. Low vision tidak sama dengan kebutaan total yang tidak bisa melihat sama sekali. Low vision masih bisa melihat tapi dengan penglihatan yang rendah dan terbatas. Jika jarak baca mata normal sekitar 25 – 30 cm, jarak baca Marilyn hanya 5 cm sehingga harus dibantu dengan kaca pembesar dome magnifier.

Marilyn Lievani (kiri) menjelaskan kondisi penyandang disabilitas penglihatan/tunanetra melalui peragaan oleh anak Kelas Kata Perenungan dengan didampingi relawan Tony Honkley (kanan).

Untuk melihat jauh dibantu dengan teleskop monokuler (teleskop untuk satu mata). Hambatan penglihatan ini menyebabkan Marilyn harus menggunakan tongkat saat bepergian dan beraktivitas. Menurut dokter, penyebab gangguan penglihatan ini karena infeksi virus Rubella sejak masih dalam kandungan yang disebut Sindrom Rubella Kongenital (Congenital Rubella Syndrom / CRS). CRS juga menyebabkan gangguan pernafasan pada penderita sehingga dibutuhkan bantuan oksigen saat tidur.

Kondisi disabilitas yang diderita Marilyn menyebabkannya kerap dibully teman-teman dan orang-orang di sekitarnya, bahkan guru sekolahnya. Keterbatasan yang dimilikinya lantas tidak membuatnya menyerah dan melakukan hal biasa dalam hidupnya. Dengan semangat pantang menyerah dan niat yang tulus berbagi, pada tahun 2014 bersama dengan empat temannya yang semuanya tunanetra, Marilyn mendirikan Yayasan Pendidikan Dwituna Harapan Baru, lembaga pendidikan khusus untuk penyandang disabilitas ganda MDVI (Multi Disability with Visual Impairment), yaitu lebih dari satu disabilitas, misalnya tidak bisa melihat sekaligus tidak bisa mendengar, kecerdasan kurang, keterbelakangan mental, dan lain-lain, yang beralamat di Jl. Sei Batangserangan No. 75, Babura, Medan Baru.

Marilyn mendedikasikan dirinya sebagai pengajar di sana. Yayasan ini mendapat penghargaan DAAI Inspiration Award pada tahun 2016 dan The Best Innovation Award dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2019. Marilyn pernah hadir dalam program DAAI TV Mimpi Jadi Nyata dan sering diundang sebagai pembicara / motivator di universitas dan perusahaan.

Penyerahan apresiasi kepada murid-murid berprestasi berdasarkan absensi kehadiran dan keaktifan di dalam kelas oleh Ketua He Qi (wilayah) Jati, Lim Ik Ju (kiri).

Dengan gaya bahasa sederhana dan inspiratif, Marilyn berbagi pengalaman hidupnya dan menyampaikan pesan-pesan motivasi melalui Kisah Si Jari Kelingking. Sebagai jari paling ujung dan paling kecil, jari kelingking selalu diremehkan hingga merasa tidak percaya diri. Namun, pada situasi tertentu jari kelingking ternyata berguna dan dapat diandalkan.

“Demikian juga dengan manusia. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelemahan, tapi banyak yang tidak percaya diri dan menganggap remeh diri sendiri. Walaupun kita selalu diremehkan orang lain, tapi untuk hal-hal tertentu, jika ditempatkan pada posisi yang tepat, kita akan dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat,” kata Marilyn.

Marylin mengingatkan untuk selalu menanamkan kepercayaan diri dan kesadaran dalam diri mengenai kemampuan yang dimiliki dengan membentuk kebiasaan baik melalui empat cara, yaitu harus ada tindakan nyata (bukan hanya niat baik), sesuatu yang dapat memberi semangat untuk melakukan, memulai dari yang mudah dan sederhana serta harus ada tujuan / target yang jelas supaya termotivasi.

“Motivasi diri dapat muncul dari lingkungan yang positif dan adanya teman baik atau teman dekat. Selain itu, dengan memberikan dukungan motivasi kepada orang lain juga bisa memotivasi diri sendiri,” sambung Marylin.

Perubahan-perubahan Positif
Orang tua Xiao Pu Sa (murid) merasakan perubahan yang positif dalam diri anak mereka setelah bergabung dengan Kelas Kata Perenungan. Salah satunya Henny, ibu dari Justin Christian (3 SMA) dan Jocelyn (2 SMA), keduanya Teen Class, yang telah bergabung dengan Kelas Kata Perenungan sejak SD.

Merry Sudilan menyampaikan terima kasih kepada para orang tua murid yang senantiasa mendukung penuh Kelas Kata Perenungan dan kepada relawan pendidikan atas sumbangsihnya membimbing anak-anak.

“Saya mendaftarkan anak-anak di Kelas Kata Perenungan karena ingin memberikan lingkungan yang positif bagi mereka. Banyak perubahan yang tampak dari mereka berdua. Mereka lebih mandiri, mau membantu pekerjaan rumah tangga, lebih ramah terhadap orang lain, dan menghargai makanan. Gan en (terima kasih) shigu shibo yang telah mengajarkan hal-hal yang baik dan positif kepada anak-anak,” ungkap Henny.

“Kunjungan ke panti asuhan membuat mereka lebih bersyukur dengan keadaan mereka yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak panti asuhan,” sambungnya. Henny berharap Kelas Kata Perenungan tetap ada untuk mengajarkan hal-hal yang baik dan membentuk karakter anak-anak yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.

Hal yang sama juga dirasakan Gina, ibu dari Evan Davis (5 SD) dan Celine Davis (3 SD), keduanya Kids Class, yang baru bergabung dengan Kelas Kata Perenungan tahun ini. “Menurut saya kelas ini lingkungannya sangat positif. Anak-anak belajar Bahasa Mandarin melalui Kata Perenungan, belajar banyak hal baru dari kegiatan outdoor seperti pelestarian lingkungan dengan memilah barang daur ulang, membuat kue, mengunjungi panti asuhan, dan mendapat teman-teman baru,” kata Gina.

Gina mempercayakan kedua anaknya bergabung dengan Kelas Kata Perenungan agar mereka dapat belajar hal-hal baru yang tidak didapat di sekolah formal dan bersosialisasi dengan teman-teman baru.

Anak-anak Kelas Kata Perenungan, para orang tua dan relawan pendidikan mengabadikan momen kebersamaan.   

Dari Xiao Pu Sa sendiri, Celine Davis dari Kids Class yang baru bergabung dengan Kelas Kata Perenungan tahun ini menceritakan kesan-kesannya. “Senang sekali di Kelas Kata Perenungan, saya belajar Bahasa Mandarin, Kata Perenungan, isyarat tangan dan banyak lagi. Suasananya sangat menyenangkan dan teman-teman di sini semua saling membantu,” kata Celine. Celine bersama dengan abangnya, Evan Davis, bergabung dengan Kelas Kata Perenungan tahun ini. Awalnya Celine kurang serius mengikuti Kelas Kata Perenungan, tapi setelah 2-3 kali pertemuan, ia mulai terbiasa dan menyukai suasana kelas dan tidak pernah sekali pun melewatkan pertemuan kelas.

Koordinator Bidang Pendidikan He Qi (wilayah) Jati, Merry Sudilan, sangat mengapresiasi kegiatan penutupan ini. Dalam pesan cinta kasihnya, ia menyampaikan terima kasihnya kepada para orang tua murid atas dukungan penuh mereka terhadap Kelas Kata Perenungan. Tidak ketinggalan juga kepada para relawan pendidikan yang selama setahun bersungguh hati membimbing dan mengajarkan budi pekerti dan tata krama kepada anak-anak.

“Saya berharap ke depannya Kelas Kata Perenungan ini semakin berkembang, Xiao Pu Sa yang bergabung dengan Kelas Kata Perenungan semakin banyak, dan relawan pendidikan dapat membimbing lebih banyak lagi xiao pu sa terutama di kota Medan,” tutup Merry.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

21 November 2019

Di Tahun 2019, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.

Mengenggam Jalinan Jodoh Baik di Hari Ayah

Mengenggam Jalinan Jodoh Baik di Hari Ayah

15 September 2014 "One thing to do, three words for you, I love you, Mom and Dad. Family is the best, remember family, always love your family”. Begitulah ungkapan yang dibacakan oleh salah seorang Ayah dengan terharu. Ungkapan ini ditulis oleh anaknya dalam sebuah album foto yang diberikan sebagai kejutan memperingati Hari Ayah
Belajar Saat Mengajar

Belajar Saat Mengajar

05 Juni 2018
Murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan dari rumah ke rumah, toko ke toko. Kepada grup yang akan mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan, Megawati, relawan pengajar, terlebih dahulu memberitahu para murid apa yang perlu mereka sampaikan.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -