Segarnya udara pagi yang menyentuh kulit, membuat para relawan Tzu Chi dan warga Pantai Mutiara semakin bersemangat mengikuti gerakan senam yang dipandu oleh Sintawaty (paling depan).
Penyakit stroke yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada sebagian atau seluruh anggota tubuh dan biasanya diderita oleh lansia kini mulai menyerang kelompok usia muda yang masih produktif. Berbagai jurnal ilmiah kesehatan mengaitkan hubungan antara pemicu stroke pada usia muda tersebut dengan kondisi dan gaya hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan tidur larut malam dan perilaku sedentari telah menjadi gaya hidup baru bagi banyak orang selama pandemi ini. Padahal, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk tidak bergerak, semakin besar pula dirinya akan terkena risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke.
Kegiatan pelestarian lingkungan menjadi momentum bagi relawan komunitas Hu Ai Pluit 1 untuk menyosialisasikan dan membagikan pengetahuan mengenai stroke kepada masyarakat umum, khususnya warga Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara. Sosialisasi tersebut juga diadakan dalam rangka memperingati Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober 2022.
Sebanyak 53 orang, meliputi relawan Tzu Chi dan warga Pantai Mutiara bersama-sama memilah botol plastik kemasan.
Warga Pantai Mutiara menyumbangkan barang-barang daur ulang yang dikumpulkan di rumahnya kepada Budiankes (kanan).
Dimulai sejak pukul 07.30 WIB, rangkaian kegiatan pelestarian lingkungan pada 16 Oktober 2022 ini diawali dengan senam pagi yang dipandu oleh Sintawaty. Komposisi gerakan senam yang dinamakan S3 (Sehat, Semangat dan Senang) ini, diiringi lantunan musik yang berirama energik sehingga membuat tubuh menjadi bersemangat. Selain itu, ditambah dengan teriakan-teriakanSintawaty yang memompa semangat juga turut menjadi suntikan penyemangat bagi para relawan Tzu Chi dan warga Pantai Mutiara untuk terus mengikuti gerakan yang diperagakannya.
“Gerakan senam S3 ini tidak susah, tapi butuh energi yang banyak. Kalau kita rutin melakukan gerakan ini, maka kita akan merasakan manfaatnya bagi tubuh kita,” jelas Sintawaty.
Kenali Gejala Stroke dan Cegah Sedari Dini
Pada kesempatan kali ini, kegiatan pelestarian lingkungan juga diselingi dengan sesi interaktif mengenai stroke, yang dibawakan oleh dr. Melya Arianti, Sp.S, salah satu dokter spesialis saraf Tzu Chi Hospital. Beliau mengawali sesi dengan menjelaskan pengertian stroke.
“Stroke adalah penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark). Kerusakan ini terjadi karena terhentinya aliran darah dan oksigen ke otak yang disebabkan oleh adanya sumbatan, penyempitan atau pecah pembuluh darah,” jelasnya.
Tampak dr. Melya Arianti, Sp.S berbagi pengetahuan dengan para relawan Tzu Chi dan warga Pantai Mutiara mengenai penyakit stroke.
Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani, karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan pencegahan ataupun penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.
“Konsep utama penanganan stroke yaitu memberikan pengobatan spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak serangan terjadi. Masalah muncul ketika kita tidak mengenali gejala awalnya. Maka dari itu, ada slogan ‘SEGERA KE RS’ yang harus diingat oleh semuanya,” tutur dr. Melya.
“Singkatan ‘SEGERA KE RS’ ada artinya yaitu SEnyum tidak simetris; GErak separuh anggota badan melemah tiba-tiba; bicaRA pelo; KEbas atau kesemutan separuh tubuh; Rabun; Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba. Jangan menganggap remeh bila merasakan gejala atau tanda stroke seperti ini, jangan tunggu sampai menjadi parah, segera berobat ke rumah sakit,” tegas dr. Melya.
Lebih lanjut, penanganan awal dengan memberi minum maupun menusuk jari tangan pasien dengan jarum hingga berdarah tidak akan mengatasi serangan stroke. “Langkah terbaik ketika terjadi serangan stroke adalah segera memanggil ambulans, sehingga korban bisa mendapat pertolongan di rumah sakit. Jangan beri minum dan tidak perlu tusuk jari tangan karena otak tetap tidak akan mendapat suplai oksigen bila pembuluh darahnya tersumbat,” ungkap dr. Melya.
Bersatu Hati Mengurangi Beban Bumi
Sebanyak 53 orang, meliputi para relawan Tzu Chi dan warga Pantai Mutiara, meluangkan waktunya pada Minggu pagi untuk kembali melakukan kegiatan pelestarian lingkungan yang berlokasi di sebelah lapangan basket dalam Kompleks Kantor Sekretariat RW 016 Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara. Dalam kurun waktu beberapa bulan, konsistensi para relawan Tzu Chi menyosialisasikan pelestarian lingkungan mulai memberikan secercah harapan. Beberapa warga Pantai Mutiara mulai berdatangan membawa barang daur ulang yang ingin disumbangkan. Relawan Tzu Chi pun menyambut baik niat baik warga tersebut.
Para relawan yang hadir berfoto bersama setelah kegiatan pelestarian lingkungan selesai.
Barang yang mereka sumbangkan di antaranya botol plastik, kaleng, kardus, hingga buku-buku pelajaran. Tindakan sederhana seperti mengumpulkan dan memilah barang yang dapat didaur ulang ini merupakan wujud kesediaan warga untuk turut bersumbangsih bagi bumi serta menolong sesama yang membutuhkan.
Editor: Khusnul Khotimah