Kendi sebagai Wadah Kebahagiaan
Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)Sebanyak 10 relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun berserta tiga Samanera melakukan kegiatan rutin mengunjungi Rutan Karimun.
Dalam kehidupan ini, manusia tidak luput dari berbuat kesalahan. Terkadang setelah melakukan kesalahan, seseorang cenderung larut hingga menciptakan beban dan rasa bersalah. Tapi alangkah baiknya jika kita mengalihkan semua pikiran itu dan merenungkan hal-hal yang positif di dalam diri kita, seperti kebajikan, sumber cinta kasih yang tanpa pamrih untuk dapat membantu sesama.
Pada Kamis, 25 Januari 2017, para relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bersama tiga orang Samanera (calon Bhikkhu) yang berasal Karimun, Kudus dan Lombok melakukan kegiatan rutin tiap minggu sekali di Rutan Karimun. Kegiatan kunjungan lapas ini sudah dilakukan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun selama kurun waktu 1 tahun lebih. Kali ini, relawan mengundang Samanera untuk memberikan dasar ajaran Buddha kepada para narapidana agar dapat menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan diawali dengan
membacakan parita suci yang dipimpin oleh Jurman, relawan Tzu Chi dan para
Samanera. Setelah itu, para Samanera memberikan pengetahuan tentang ajaran
Buddha berserta siraman rohani kepada para narapidana. “Kalian percaya tidak
sama takdir?,” tanya Samanera Jeffry kepada para narapidana. Mereka pun
menjawab “percaya”, “tidak ada takdir, adanya cuma ulah dan niat dari manusia
itu sendiri,” ucap Samanera Jeffry.
Samanera Jeffry menjelaskan kepada para narapidana bahwa tidak ada takdir, adanya cuma ulah dan niat dari manusia itu sendiri.
Delapan orang narapidana mengikuti kebaktian yang dipimpin oleh Jurman, relawan Tzu Chi dan para Samanera.
“Kita harus selalu membawa kendi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kenapa begitu? karena kendi adalah wadah kita untuk mengisikan jati, jamu dan jaran. Jati itu jaga hati, Jamu itu jaga mulut, jaran itu jaga pikiran dan kendi itu kendalikan diri, dengan mempunyai semua itu maka kita pasti akan bahagia,” ucap Samanera Kusaladasso kepada para narapidana.
Ada kabar gembira yang relawan dapatkan kali ini, salah satu narapidana yang akrab disapa Acin akan bebas. Ia mengungkap perasaannya kepada relawan. “Saya bahagia-lah, sudah cukup, tidak akan diulangi lagi. Anak saya masih tunggu saya,” ujarnya. Samanera juga mengharapkan ia tidak mengulangi lagi kesalahan yang diperbuatnya yang membuatnya masuk ke sini.
Samanera Kusaladasso mengharapkan semua orang bisa menjadi kendi sebagai wadah untuk mengisikan jati, jamu dan jaran agar semua orang bisa hidup bahagia.
Sukmawati, relawan Tzu Chi menjelaskan inti dari ceramah yang disampaikan oleh para Samanera kepada salah satu narapidana.
Relawan Tzu Chi juga membawakan makanan yang akan dipakai oleh para narapidana untuk diberikan kepada para Samanera sebagai salah satu wadah pelatihan diri bagi mereka. Lewat pemberian ini, mereka dapat melakukan perbuatan kamma baik dan berdana juga dapat melatih diri tentang berbagi dan melepaskan keserakahan. Kasih sayang dan cinta kasih yang relawan berikan juga bisa menjadi sebagai kekuatan bagi para narapidana untuk menjalankan hidup yang baru dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Arah pikiran kita harus lurus. Jika pikiran kita lurus. Maka arah kita tidak akan menyimpang. Dalam hidup ini, kita harus belajar agar pikiran kita tidak ada niat menyimpang. Sebersit niat yang menyimpang dapat membuat setiap langkah kita salah. Karena itu, kita harus menjaga pikiran dan tekad,” salah satu nasihat Master Cheng Yen dalam Sanubari Teduh.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Membangun Tekad Mengubah Jalan Kehidupan
25 Februari 2022Kendi sebagai Wadah Kebahagiaan
29 Januari 2018Membimbing Warga Binaan untuk Bervegetarian
09 September 2022Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengajak warga binaan di Lapas Kelas II B Tebing Tinggi untuk mejalankan pola hidup vegetaris selama 16 hari.