Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand Yahya


Di hari ketiga atau hari terakhir, jumlah warga yang datang menjalani verifikasi dan wawancara tercatat sebanyak 543 orang, sehingga jumlah total dalam tiga hari adalah 1.456 Kepala Keluarga.

Barang kali kalau ditanya siapa yang terlihat paling semangat datang ke Aula Baruga kota Palu di hari terakhir verifikasi (26/8/2019), jawabannya adalah oma Lince Malaha (62). Ia sudah tiba di Baruga pukul 06.30 WITA, saat relawan Tzu Chi tengah mempersiapkan segalanya.

“Teman yang bekerja di kelurahan whatsapp saya Minggu sore jam setengah empat, dia bilang ‘eh anu ibu, ada sosialisasi huntap yang di Tondo. Besok hari terakhir,’ oh,” oma Lince bercerita dengan logat Palu yang kental.

“Pa, Pa ini ada informasi soal huntap di Tondo eh,” seru Oma Lince kepada suaminya, Dakurunda Randalogi.

“Oh! ya besok pagi kita pergi cepat-cepat,” respon suaminya.

Keduanya lalu bergegas pergi ke tempat fotokopi, memfotokopi sekaligus beberapa lembar Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta sertifikat kepemilikan tanah. Rumah Lince dan Dakurunda hancur ditelan dahsyatnya likuifaksi di Kelurahan Petobo pada 28 September 2018 lalu. Keduanya sempat mengungsi ke Gereja Efata selama dua bulan, kemudian menumpang di rumah sang tante hingga kini.

“Saya sangat senang loh masih ada kesempatan di hari ini dan mudah-mudahan kami dapat rumah. Dari tadi saya doa, ‘Tuhan semoga lancar kami punya hari ini, bisa berhasil, lancar urusan’,” tutur Oma Lince usai menjalani proses wawancara.


Lince Malaha (62), warga Kelurahan Petobo yang tiba di Baruga pukul 06.30 WITA.

Sementara itu, Takdir Zulkifli (28) mengenakan seragam Basarnas-nya yang berwarna oranye terang saat datang ke Aula Baruga. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Petugas Pencari dan Penolong di Kantor Basarnas Palu ini menjawab pertanyaan-pertanyaan relawan Tzu Chi dengan tenang.

Rumah Zulkifli di Kelurahan Petobo baru dibelinya dua tahun, namun baru ditinggali selama 10 bulan sebelum ditelan likuifaksi.

“Rumah sama sekali tidak kelihatan bekasnya, posisinya pun sama sekali tidak kelihatan, puing-puing yang tersisa dari rumah saya pun tidak. Saya tidak menemukan apapun sampai sekarang,” ujar Zulkifli.

Rumah tersebut sebenarnya masih dalam proses pembayaran, dan baru 30 persennya. Kebijakan dari pihak bank hanya menangguhkan pembayarannya.

“Proses selanjutnya belum ada informasi dari bank,” tambahnya.

Saat terjadi gempa, tsunami, dan likuifaksi yang melululantahkan Palu, Zulkifli yang bekerja di Basarnas Kota Palu sejak tahun 2010 tersebut sedang ditugaskan ke Jakarta.

“Saya dapat info sore hari pukul 17.00 WIB, ditelepon oleh teman bahwa Palu sedang terjadi gempa dan tsunami. Pikiran saya langsung bagaimana dengan keluarga dan teman-teman saya di Palu,” kenangnya.


Zulkifli (kiri) mendapatkan informasi tentang verifikasi calon penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Tondo dari grup whatsapp bersama tetangga-tetangganya di RT 5 RW 8 Kelurahan Petobo.

Setelah itu Zulkifli langsung bergabung dengan tim rescue dari Basarnas kantor pusat dan rekan-rekan dari TNI yang ditugaskan ke Palu untuk melakukan evakuasi korban. Ia terbang malam itu juga menggunakan pesawat Hercules, pesawat kedua yang mendarat di Palu.

“Saat itu betul-betul sibuk, sampai-sampai anak istri sempat tidak terurus. Di hari kedua baru bisa bertemu, saat itu istri dan anak saya lari bersama tetangga untuk menyelamatkan diri,” ujar Zulkifli.

Namanya tugas, meskipun Zulkifli dan keluarganya menjadi korban bencana, namun tak menjadi penghalang baginya untuk membantu warga Palu lainnya yang terdampak gempa, tsunami, dan likuifaksi.

Zulkifli sangat bersyukur ada organisasi seperti Tzu Chi yang membantu warga Palu termasuk ia untuk bisa dapatkan kembali hunian yang layak, hunian yang tetap. Untuk saat ini, ia menyewa rumah di dekat Kantor Basarnas Kota Palu di Jalan Elang, Kecamatan Palu Selatan.

“Sangat membantu sekali, membantu masyarakat kota Palu khususnya yang terkena dampak bencana tsunami dan likuifaksi. Saya sendiri betul-betul ingin dapat rumah. Namanya saya tugasnya di sini, keluarga di sini, anak istri di sini,” tutur Zulkifli.

Usai mengikuti verifikasi dan wawancara untuk dapat menjadi calon warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Tondo ini, Zulkifli pun kembali ke kantornya untuk bertugas. Ia bersyukur atasannya, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Basrano memberikan dukungan kepadanya untuk datang ke Baruga.

“Tadi izin atasan, langsung dibolehin. Katanya selesaikan dulu di sana baru kembali ke kantor. Atasan sangat mendukung untuk saya mengikuti proses ini,” terangnya.

Zulkifli juga senang dengan keramahan relawan Tzu Chi. “Pelayanannya cukup bagus. Mulai dari disambut pas datang sampai dengan proses verifikasi,” Zulkifli tersenyum.


Tan Surianto mendapat tugas untuk mengambil foto-foto calon warga huntap Tzu Chi.


Pada proses verifikasi ini, ada sebanyak  16 relawan Tzu Chi yang datang jauh-jauh dari Jakarta.

Tapi senyuman tak hanya tampak di wajah 543 warga Palu saja usai menyelesaikan verifikasi hari itu. Senyum yang tulus selalu ditunjukkan Tan Surianto, relawan Tzu Chi kepada warga selama tiga hari proses verifikasi.

“Lihat ke kamera, Bu, kami foto dulu ya.” “Lihat ke saya, Pak, sambil angkat nomor antreannya. Satu dua Tiga.” Entah kalau dihitung sudah berapa kali Tan Surianto mengucapkan kalimat itu kepada warga. Selama tiga hari tersebut, Tan bertugas memotret warga, satu demi satu usai menjalani proses wawancara.

“Kebetulan kali ini yang ambil foto saya sendiri. Jadi dorongan semangat saya untuk membantu warga jadi sangat tinggi. Walaupun untuk duduk sebentar saja waktunya bisa dikatakan hanya hitungan detik, bukan menit lagi ya. Bagaimana saya harus mondar-mandir supaya lancar. Soalnya yang tunggu kan semakin padat,” ujar Tan Surianto dengan semangatnya.

“Harapan saya, warga Palu yang terdampak bencana ini lebih cepat merasa tenang, merasa terhibur bahwa sebenarnya kita tidak jauh-jauh, di manapun kita adalah saudara, satu semangat yang sama,” tambahnya.

Resah Hilang, Makin Tenang

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, Presly Tampubolon melihat pelaksanaan proses verifikasi memberikan pengaruh signifikan kepada warga.

“Mereka ini resah sebenarnya kami ini mau ke mana dan kapan. Dengan adanya langkah-langkah yang kita dan Tzu Chi lakukan ini mereka sudah melihat gambarannya, sehingga keresahan itu lambat laun berkurang,” ujarnya.

Apalagi, tambah Presly, pendekatan yang digunakan oleh Tzu Chi dalam menjalankan verifikasi merupakan pendekatan sosial sehingga tidak ada otoritas kelembagaan atau unsur nepotisme.

Kepala BPBD Kota Palu, Presly Tampubolon (kiri) menilai proses verifikasi yang dilakukan Tzu Chi mengurangi keresahan yang dirasakan warga.  

Sudarman Koh, relawan Tzu Chi yang merupakan salah satu korlap verifikasi merasa sangat bersyukur dengan jalannya proses verifikasi yang nyaris tanpa halangan berarti selama tiga hari tersebut.

“Menurut saya sukses ya. Simulasi di Jakarta sebelum kami berangkat ke sini juga memberikan pengaruh yang positif. Relawan yang ke sini memang sudah siap,” kata Sudarman yang sudah keempat kalinya ke Palu dalam rangka restorasi pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu.

“Ini kemajuan yang cukup besar. Dulu untuk sampai di Palu saja susah, kendaraan sangat minim. Saya sangat berbahagia bahwa Palu cepat pulih. Tapi bagaimanapun masih banyak yang tinggal di huntara. Jadi kita harus lebih intens menyelesaikan hunian kita supaya mereka bisa menikmati hidup yang normal,” tambahnya.


Bagi Sudarman Koh, proses verifikasi juga berjalan sukses berkat dukungan Pemkot Palu yang menyediakan tempat yang nyaman di Aula Baruga, juga sinergi relawan Tzu Chi dengan BPBD, di mana BPBD mengecek data, sedangkan relawan Tzu Chi mengecek mana yang prioritas.

Usai merampungkan proses verifikasi dan wawancara, relawan Tzu Chi melanjutkan tugas dengan menyeleksi dokumen di dua tahapan tersebut untuk diproses lebih lanjut di Jakarta. 

Upaya Restorasi pascabencana Palu ini merupakan kerja sama Tzu Chi Indonesia dengan TNI bersama mitra dari PT. Indofood dan Eka Tjipta Foundation. Rencananya akan dibangun rumah sebanyak 1.500 unit di Tondo, Palu dan 500 unit di Pombewe, Sigi. Di Tondo sendiri, rumah yang sebentar lagi rampung ada sebanyak 200 unit.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang

Keresahan Warga Palu Akan Hunian Tetap Lambat Laun Berkurang

28 Agustus 2019

Barangkali kalau ditanya siapa yang terlihat paling semangat datang ke Aula Baruga kota Palu di hari terakhir verifikasi (26/8/2019), jawabannya adalah oma Lince Malaha (62 tahun). Ia sudah tiba di Baruga pukul 06.30 WITA, saat relawan Tzu Chi tengah mempersiapkan segalanya.

Verifikasi Calon Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo Palu

Verifikasi Calon Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo Palu

26 Agustus 2019

Taman Vatulemo, di mana Aula Baruga, Kota Palu berada, setiap akhir pekan memang selalu ramai dengan warga yang berolahraga. Namun ada pemandangan yang cukup menarik perhatian, yang mana di sisi luar Baruga baik kiri maupun kanan terpasang banner dengan tulisan besar huruf kapital VERIFIKASI WARGA PERUMAHAN CINTA KASIH TZU CHI TONDO, SULAWESI TENGAH.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -