Kesabaran Potensi Perubahan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoSejak pukul 08.30 pagi, puluhan karyawan sudah memadati ruang Narwastu untuk mengikuti kegiatan donor darah pada Selasa, 30 Maret 2010 di Plaza BII, Tower II, Jl. M.H Thamrin, Jakarta Pusat. Acara dilanjutkan dengan pengumpulan celengan bambu untuk didonasikan ke Tzu Chi.

Suatu malam di bulan suci Ramadan tahun 2009, seorang pria paruh baya dengan wajah yang muram diliputi kecemasan datang menghampiri bank darah Palang Merah Indonesia (PMI). Sambil tersedu sedan di hadapan perawat, pria paruh baya itu menyodorkan secarik kertas berisikan rekomendasi dokter untuk meminta darah dari PMI yang akan ditransfusikan kepada anaknya yang sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Karena persediaan darah di PMI sedang kosong, maka petugas PMI menyarankan kepada pria itu untuk kembali lagi besok malam.

Keesokan harinya, sesuai waktu yang telah dijanjikan, pria itu sudah tiba di bank darah PMI. Namun kenyataannya sampai pada malam itu darah yang sesuai dengan permintaan pria itu masih belum juga tersedia. Akhirnya salah seorang perawat yang bernama Tince Suryana dengan perasaan tidak enak menyarankan kepada pria itu agar ia bersedia kembali lagi besok malam. Tanpa banyak komentar pria itu langsung mematuhi saran Tince dan meninggalkan bank darah. Pria itu kembali datang ketika malam menjelang dan langsung menerima kantung darah yang telah dijanjikan oleh Tince. Dengan tatapan penuh harap pria itu lantas berpamitan dan pergi meninggalkan Tince.

Kembali Datang
Esok harinya di antara keramaian pengunjung, samar-samar Tince melihat bayangan pria paruh baya itu berjalan perlahan sambil menjinjing kantung darah yang ia terima kemarin. Semakin pria itu mendekat, semakin kencang jantung Tince berdegup. Tince khawatir kalau pria itu membawa kabar duka – anaknya meninggal karena terlambat menerima transfusi darah. Begitu tiba, pria itu langsung berkata, “Ini Mbak, darahnya saya pulangkan untuk pasien yang lainnya saja,” katanya dengan santun. “Memangnya kenapa, Pak?” tanya Tince cemas. “Karena anak saya telah sembuh, Mbak. Selama dua hari menunggu ternyata tubuh anak saya mampu membangun metabolismenya sendiri. Kesabaran membuat ia bertahan,” jelasnya.

Dari peristiwa itulah Tince menjadi tertegun dan memahami akan arti sebuah kesabaran. Maka dengan sabar pula ia menjalani profesinya sebagai perawat transfusi darah selama 8 tahun di Palang Merah Indonesia (PMI). Dengan penuh kesabaran ia redam semua gejolak hati yang penuh keinginan dan menggantikannya dengan rasa syukur dan peduli terhadap sesama.

foto  foto

Ket : - Marniati selama 8 kali menjadi peserta donor merasa kebugaran dirinya menjadi lebih baik. (kiri)
          - Antusias para peserta cukup tinggi untuk menyumbangkan darahnya. (kanan)

Donor Darah Tzu Chi
Ketika acara donor darah pada Selasa, 30 Maret 2010 yang bertempat di Plaza BII, Tower II, jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat mengalami kemunduran waktu karena melimpahnya peserta donor, Tince menanggapinya sebagai kewajaran dan pelatihan diri. Baginya kesabaran adalah potensi yang memberikan perubahan.

Sejak pukul 08.30 pagi, ruang serbaguna Narwastu yang berada di lantai basement Plaza BII, Tower II sudah ramai dikunjungi oleh para karyawan yang berkantor di gedung itu. Tujuan mereka tak lain adalah menjadi peserta donor darah yang diadakan oleh Tzu Chi. Hari itu tercatat sebanyak 227 peserta yang mendonorkan darahnya. Bahkan saat kegiatan ini akan ditutup, masih saja ada karyawan yang mendaftarkan diri untuk menjadi peserta donor. Karena alasan inilah kegiatan donor yang direncanakan akan berakhir pada tengah hari menjadi mundur hingga pukul 14.00 siang. Peserta yang kelewat banyak dari jumlah yang telah ditargetkan menjadi indikasi adanya kesadaran akan manfaat dari mendonorkan darah dalam diri karyawan.

Hal inilah yang diharapkan oleh Rudi Suryana, relawan Tzu Chi kepada para peserta donor, yaitu perubahan. Menurutnya, rutinitas donor darah yang diadakan oleh Tzu Chi setiap 3 bulan sekali di Plaza BII memiliki satu tujuan: menggugah kesadaran setiap insan untuk berubah menjadi lebih peduli terhadap orang lain dan diri sendiri. “Tujuan dari kegiatan ini adalah menggalang kepedulian dari seluruh orang yang berkantor di Plaza BII,” katanya berharap. Selain itu kegiatan ini juga berguna untuk memberikan kesadaran kepada banyak orang bahwa mendonorkan darah itu sangat baik untuk kesehatan diri kita sendiri.

foto  foto

Ket : - Tince merasa bekerja sebagai perawat transfusi darah adalah pekerjaan yang mulia. Selain bisa             beramal juga bisa menjalankan pelatihan diri, yaitu kesabaran. (kiri).
         - Rudi berharap melalui kegiatan donor darah dapat menggugah kepedulian para pekerja.(kanan)

Badan Lebih Bugar
Rudi mengaku selama 9 kali ia mengikuti donor darah tubuhnya justru semakin terasa sehat. Karena itu ia berpendapat kalau donor darah merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat. Selain Rudi, Marniati Indriani, salah seorang karyawan yang bekerja di BII Card Center juga merasakan manfaat dari melakukan donor darah. Marniati yang telah 8 kali menjadi peserta donor juga merasakan kebugaran pada dirinya setiap kali ia mendonorkan darah. “Selama mengikuti donor darah tubuh saya terasa lebih ringan dan sehat,” katanya. Selain itu ia juga merasakan sukacita karena bisa berbagi terhadap sesama, yang menurutnya adalah suatu anugerah bagi dirinya.

Melalui kegiatan rutin ini, Rudi juga bermaksud dapat memberikan informasi kepada para peserta donor tentang kegiatan dan misi-misi Tzu Chi. Rudi berharap melalui informasi yang singkat ini ada di antara peserta donor yang tergugah hatinya dan bergabung menjadi relawan Tzu Chi dalam menggalang cinta kasih.

Untuk menyampaikan pesan ini, Rudi memilih dengan menayangkan berbagai kegiatan Tzu Chi melalui tayangan video. Selain itu, aksi pengumpulan celengan bambu yang dilaksanakan di depan pintu masuk juga menjadi sarana informasi bagi para peserta untuk menyadari bahwa bersumbangsih kepada orang lain dapat dilakukan dengan cara yang mudah, yaitu dengan menyisihkan sebagian kecil dari uang saku.

Maka tidak sedikit pula peserta yang baru mengenal Tzu Chi langsung tergugah dan berusaha mencari informasi akan keberdaan serta kegiatan Tzu Chi. “Tujuan dari kegiatan ini adalah menggugah setiap insan untuk peduli terhadap sesama. Karena dengan membantu orang lain sebenarnya kita juga menolong diri sendiri,” kata Rudi.

  
 
 

Artikel Terkait

Menyambut Waisak dengan Berdonor Darah

Menyambut Waisak dengan Berdonor Darah

20 Mei 2022

Para relawan Tzu Chi di Xie Li Cikarang menggaungkan gema kebajikan dengan mengadakan donor darah bekerjasama dengan PMI Kabupaten Bekasi dan didukung oleh Mall Living Plaza Jababeka.

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tak Patah Semangat Demi Masa Depan Shakila

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tak Patah Semangat Demi Masa Depan Shakila

08 Desember 2023

Amelia (38) merasa sedih, putrinya, Shakila terlahir dengan bentuk bibir dan mulut yang tidak sempurna. Demi masa depan Shakila, Amelia terus mencari cara untuk mengobati putrinya.

Area Kantin Aula Jing Si Mulai Berdiri

Area Kantin Aula Jing Si Mulai Berdiri

25 Juni 2009 Lima minggu setelah peletakan batu pertama pada tanggal 10 Mei 2009 lalu, pembangunan Aula Jing Si terus berlanjut. Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma dan relawan Tzu Chi Eka Tjandra Widjaja memimpin rapat mingguan yang dihadiri beberapa relawan Tzu Chi dan seluruh kontraktor.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -