Kesabaran Saat Menghadapi Tantangan

Jurnalis : Michelle Novenda (He Qi Barat), Fotografer : Agus DS, Daddy (He Qi Barat), Indra Gunawan (Tzu Ching)

Kali ini, tema kelas budi pekerti pada Minggu, 4 Juni 2017 adalah tentang Kesabaran dalam Menghadapi Tantangan.

Kelas budi pekerti Er Dong Ban dan Tzu Shao Ban menghadirkan metode belajar yang baru, yakni dengan cara mengajak anak-anak untuk berpikir dan melakukan apa yang diajarkan dalam kelas. Cara belajar ini diyakini lebih efektif dan dapat membuat materi yang disampaikan kepada anak-anak lebih bisa dicerna.

Metode ini muncul karena salah satu anggota dari Tim Materi kelas budi pekerti mendapat feedback dari anak-anak. Jika saat pelajaran berlangsung, mereka merasa bosan karena hanya mendapatkan pelajaran dalam bentuk teori. Karena itu juga mereka merasa kurang antusias. Dari situ, para pengajar memikirkan metode baru agar anak-anak lebih semangat, yang otomatis dapat membuat materi yang disampaikan terserap dengan baik.

Memahami dan menjadi sahabat bagi anak

“Kalau kami terlalu serius dalam menyampaikan materi, mereka lama-kelamaan akan mengantuk, sehingga apa yang kami sampaikan hanya masuk ke telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Kalau kita perbanyak games dan aktivitas lainnya, mereka pasti akan ada proses berpikir, jadi materi yang disampaikan akan menempel ke mereka dengan sendirinya,” ungkap Kimsry, relawan pendamping.

Kimsry yang aktif menjadi Daai Mama sejak empat tahun lalu, bergabung di Tzu Chi demi sang buah hati. Ia ingin mengetahui apa saja yang bisa dilakukan dalam mendidik anaknya. Beruntung anaknya bergabung di kelas budi pekerti Tzu Chi, sehingga Ia bisa mendalami pelajaran yang diberikan dalam kelas dan menerapkannya pada anak-anaknya, sehingga pelajaran tersebut tidak sia-sia.

Kimsry merasa kelas budi pekerti sangat membantu dalam mengembangkan karakter anak dan membantu orangtua dalam mendidik sang buah hati. Menurutnya, anak-anak zaman sekarang sudah sangat pintar. Mereka dapat memperoleh segala informasi melalui teknologi yang sudah sangat canggih. Akibatnya, anak-anak lebih sering bermain dengan gadget mereka sehingga komunikasi orangtua dengan anak menjadi berkurang.

Selain itu, kondisi lingkungan yang mendukung juga membuat anak-anak hidup dengan nyaman, sehingga ketika orangtua menasihati anaknya, anak akan cenderung merasa diatur. Oleh sebab itu, dalam kelas budi pekerti ini, anak-anak dibantu dalam mengembangkan karakter dalam dirinya masing-masing. Termasuk penerapan budi pekerti yang dianggap Kimsry mudah diserap anak.


Kimsry (kiri) mendengarkan paparan anak-anak yang menyampaikan bagaimana cara mereka mengatasi masalah.

doc tzu chi

Tampak wajah ceria anak-anak kala menjelaskan cara mengatasi masalah menurut versi mereka.

Di kelas budi pekerti, anak-anak diajarkan materi budi pekerti yang berbeda tiap bulannya. Ada juga shou yu (isyarat tangan), kerajinan tangan, budaya humanis, dan berbagai aktivitas seperti games agar anak-anak saling mengenal, sekaligus belajar dengan senang.

Bahu membahu, memberikan pengajaran yang terbaik

Sebagai anggota dari Tim Materi, Kimsry dan tim harus menyiapkan materi yang akan diajarkan setiap bulannya. Mereka harus mengembangkan tema yang diberikan dari Taiwan hingga sedemikian rupa agar dapat menjadi materi pembelajaran yang menarik bagi anak-anak.

Kerjasama merupakan kekuatan yang diandalkan oleh Tim Materi. Mereka saling mendukung ketika menemui masalah. Misalnya, ketika relawan Kimsry menyampaikan bahwa Ia tidak dapat menyampaikan materi dalam Bahasa Mandarin, akan ada relawan lainnya yang bersedia membantu dalam menyampaikan materi. Masalah pun dapat terselesaikan dengan baik.

Materi pendidikan yang mudah diserap

Kali ini, tema kelas budi pekerti pada Minggu, 4 Juni 2017 adalah Kesabaran Dalam Menghadapi Tantangan. Kimsry merasa bahwa materi ini sangat cocok untuk anak-anak, sebab anak-anak zaman sekarang lebih menginginkan sesuatu yang instan dan praktis. Mereka jarang mau berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah.

“Kali ini anak-anak diminta untuk brainstorming. Mereka diberi delapan kasus, dan harus dapat mencari solusi untuk mengatasinya. Contohnya kalau mereka menemui seorang teman yang tidak bekerja dalam suatu kelompok, apa yang harus mereka lakukan tanpa melibatkan emosi, makanya kita ada selipkan kata perenungan juga agar mereka tidak bosan mendengar kita yang terus-menerus menasihati mereka,” kata Kimsry.

Kimsry sedang menjelaskan kepada para duifu dan Daai Mama mengenai aturan dan cara bermain  game yang akan dilaksanakan pada kelas Budi Pekerti Er Tong Ban dan Tzu Shao Ban.

Walaupun anak-anak harus dipancing terlebih dahulu agar mereka dapat mencari solusi dari kasus yang diberikan,  mereka akhirnya dapat menyalurkan isi pikiran mereka ke kertas kosong yang diberikan dengan baik. Sebagian besar anak menjawab bahwa mereka akan berlapang dada dan merelakan jika ada salah seorang teman yang mem-bully mereka. Kimsry berkata itu berarti ajaran yang selama ini disalurkan ke anak-anak sudah berhasil diserap oleh mereka.

Ibu dua anak ini mengatakan, kasus-kasus ini lahir dari hasil obrolannya dengan anaknya saat malam hari. Ia dan anaknya seringkali mengobrol tentang apa saja yang terjadi pada hari itu, sehingga Ia dapat menjadikan masalah yang terjadi pada anaknya di sekolah untuk dipelajari anak-anak kelas budi pekerti.

Ke-delapan kasus tersebut tidak sembarangan dibuat. Kasus-kasus tersebut harus dipastikan terlebih dahulu kaitannya dengan Kata Perenungan dari Master Cheng Yen. Jika tema yang digunakan adalah bullying dan ditemukan kata perenungan yang cocok, maka tema tersebut baru dikembangkan menjadi sebuah kasus. Kimsry merasa kata-kata perenungan sangat praktis. Ia merasa kata-kata dari Master Cheng Yeng dapat dengan mudah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Selain studi kasus, kelas budi pekerti kali ini juga menghadirkan sebuah game bernama Bergandengan Tangan. Seluruh anggota grup harus saling bergandengan tangan hingga kusut, dan mereka harus membentuk sebuah lingkaran tanpa melepas tangan mereka. Sama seperti studi kasus, game ini ditujukan agar anak-anak dapat mengatasi masalah dengan kesabaran.

Kimsry sendiri merasa terbantu setelah mempelajari materi kali ini, yakni harus sabar dalam mengatasi setiap masalah. Kedepannya, Ia berharap anak-anak  dapat menjadi lebih peduli satu sama lain serta saling mengasihi, setelah mengikuti kelas budi pekerti.

Bermain sambil menyelami makna dari permainan

Salah satu grup yang paling menonjol saat game studi kasus adalah grup Shan Jie 2 dari Tzu Shao Ban, dengan Daai Mama Anita dan Selly. Grup yang terdiri dari Kayne, Gisel, Merry, Jeslyn, Angelyn, Devina, Felix dan Davrel, merupakan grup yang sangat kompak dalam hal apapun. Ketika diperintahkan untuk berkumpul dan berdiskusi dengan tiap anggota grup, kelompok merekalah yang paling pertama berkumpul dan berdiskusi.

Sebagai pembawa acara studi kasus, relawan Ju Sui mengatakan, dengan studi kasus, anak-anak belajar cara menyikapi suatu masalah dengan mencari jalan keluar terbaik tanpa emosi.

“Marah itu menghukum diri sendiri atas kesalahan orang lain,” ujarnya.

Salah satu kelompok Shan Jie 2 yang cukup kompak dapat menggambarkan dan menjelaskan jika terjadi masalah. Anak-anak sudah mulai diajak berpikir positif untuk menyelesaikan masalah dengan baik.

Baginya, setiap kelompok memiliki keunikan masing-masing, tetapi kelompok inilah yang paling menonjol karena kekompakan dan kreativitasnya. Menurutnya, kreativitas setiap orang tidak ada batasnya, hanya masing-masing individu yang membatasi dirinya sendiri. Karena kekompakan dari tim Shan Jie 2, poster yang dibuat oleh mereka pun menjadi indah. Mereka bahkan menuliskan  ucapan ulang tahun bagi salah satu anggota grupnya, Kayne, yang berulangtahun keesokan harinya.

Mereka sendiri pernah mengalami hal-hal seperti pada kasus-kasus yang diberikan. Saat itu mereka masih belum menyikapinya dengan benar. Oleh sebab itu, kegiatan kali ini membantu mereka dalam bersikap yang baik dan benar.

Selain studi kasus, game berikutnya adalah “Bergandengan Tangan”. Relawan Ju Sui menyampaikan moral yang bisa dipetik dari game kali ini, yakni kita harus dapat berpikir jernih, saling mengalah, dan menurunkan ego masing-masing saat dihadapkan dengan suatu masalah. Menurutnya, ikatan tangan tidak akan bisa terlepas jika tidak ada yang mau mengalah, yang rela jongkok dan dilangkahi agar ikatan tersebut bisa membentuk lingkaran.

Bagi mereka, setelah studi kasus, kegiatan yang berkesan pada kelas kali ini adalah menonton video. Video ini menceritakan tentang bagaimana seekor Raja Sapi bisa lebih sabar dari seorang manusia. Mereka berpendapat bahwa setiap orang harus bisa bersabar.

Menurut anak-anak, tema kali ini sangat cocok untuk materi pembelajaran hari ini. “Soalnya manusia zaman sekarang tidak bisa sabar, makanya harus dilatih agar sabar dan tidak emosi juga,” ungkap salah satu perwakilan dari kelompok ini.

Sementara itu para relawan terus giat mempersiapkan setiap kelas sampai tengah malam. Sebagai satu tim, mereka bekerja dengan sangat kompak dan saling melengkapi jika ada yang kurang. Hal inilah yang membuat kelas budi pekerti dapat berjalan dengan lancar setiap bulannya.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -