Kesabaran Seorang dokter

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoReza sangat sensitif. Jika mulutnya terbuka terlalu lama ia akan merasa mual dan ini menyulitkan drg. Meta yang akan memeriksa gigi Reza, apalagi saat akan mencabut gigi susunya.

Baksos kesehatan gigi kembali dilaksanakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di lantai 3 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Baksos yang diadakan pada 12 Juni 2010 ini dikhususkan bagi murid Sekolah Cinta Kasih kelas 4 sampai 6. Guru Sekolah Cinta kasih Tzu Chi Komala sari mengatakan bahwa murid-murid ini rutin diperiksa giginya setiap 6 bulan sekali. "Mereka ini murid yang rutin diperiksa giginya, karena rata-rata gigi mereka masih gigi susu, sementara gigi permanennya sudah mulai tumbuh. Kalau tidak segera dicabut nantinya tumbuhnya berantakan," ungkap Komala Sari saat mendampingi para murid.

 

Meyakinkan Pasien Kecil
Salah satu murid yang giginya harus dicabut adalah Fadhilah Rezaldy (9 tahun) yang biasa dipanggil Reza. Meski sudah waktunya, namun gigi susu Reza masih kuat mengakar. Dokter Meta yang menanganinya sangat menenangkan Reza yang masih duduk di bangku kelas 4 A ini. Reza sangat takut kalau giginya dicabut. Ia trauma karena setahun yang lalu sewaktu giginya yang lain dicabut, ia sangat kesakitan.

Dengan sabar, dokter Meta membujuk Reza, "Dokter janji deh... nggak akan terasa sakit." "Enggak mau, nanti sakit," keluh Reza berontak. "Enggak, kan dokter sudah janji, masa dokter bohong," ujar Dokter Meta meyakinkan. Lebih lanjut Dokter Meta menjelaskan kepada Reza akibatnya jika giginya tidak dicabut. "Reza, kalau gigi atas Reza tidak dicabut nanti giginya jadi miring, coba Reza lihat sendiri di cermin," ujar dokter sambil menyodorkan cermin kecil. Memang terlihat gigi permanen Reza mulai tumbuh, sementara gigi susunya sudah goyang. Posisi gigi permanennya itu mendesak sisi gigi susunya karena keduanya tumbuh di tempat yang sama.
   
 Namun bagaimanapun, Reza tetap takut dan tidak mau giginya dicabut. Dengan kesabarannya, Dokter Meta menenangkan Reza lebih dulu di sisi bangkunya. Sementara ia terus melayani murid yang lain sambil sesekali menyapa Reza, bahwa teman-temannya yang lain berani giginya di cabut dan pasti tidak merasakan sakit.
    
Berselang beberapa saat, dengan bujukan dan dari dokter dan kakak-kakak mahasiswa kedokteran gigi  Universitas Mustopo Beragama yang menjadi asisten para dokter, akhirnya Reza mau dicabut giginya.

foto  foto

Ket : - Dokter Meta meminta pendapat sesama dokter gigi mengenai kasus gigi Reza. Pertumbuhan gigi Reza             tidak wajar, gigi susunya masih kuat melekat pada gusi sementara gigi permanennya sudah mulai             tumbuh.(kiri)
          - Reza mendapat pengarahan tentang perawatan gigi dari seorang apoteker saat mengambil obat             beberapa saat setelah giginya dicabut. (kanan). (kanan)

Semoga Lekas Sembuh
Tidak sampai 3 menit gigi Reza sudah tercabut tanpa rasa sakit. Dokter Meta pun memuji-muji Reza dan memberikan aplaus kepada Reza. "Sudahhhh.....sudah selesai kan?! Sakit nggak?" tanya dokter. "Sakit sedikit," aku Reza dengan wajah meringis. Lalu dokter Meta menuntun Reza ke meja pengambilan obat.

Di meja apoteker Reza mengantri ambil obat bersama dengan teman-temannya yang telah selesai menjalani perawatan gigi. "Reza kelas berapa?" tanya seorang apoteker. "Kelas Empat A," jawab Reza tidak jelas karena mulutnya sedang menggigit kapas. "Nah ini aku kasih obat untuk menyembuhkan bekas gigi yang dicabut," jelas apoteker itu pada Reza.

foto  foto

Ket : - Dokter Linda (kanan) mendampingi seorang murid sekolah yang gigi susunya harus segera dicabut.              Pendampingan dari dokter dan sikap relawan yang ramah membuat hati murid sekolah yang pada             awalnya takut menjadi tidak takut diperiksa giginya. (kiri).
        - Tiga belas dokter gigi dan 13 mahasiswa kedokteran gigi dari Universitas Mustopo Beragama terlibat             dalam baksos pengobatan gigi yang dilaksanakn di lantai 3 gedung sekolah Cinta Kasih Tzu Chi             Cengkareng Jakarta Barat.(kanan)

Setelah mendapatkan penjelasan cara minum obat, Reza beranjak pulang ke rumahnya di blok B21 Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Baksos kesehatan gigi ini rutin dilakukan oleh TIMA tiap semester  sekali. Drg. Linda koordinator pelaksanaan baksos gigi ini menjelaskan, “Rata-rata murid di sini gigi susunya belum pada lepas, sementara gigi permanennya sudah muncul. Jadi jika tidak segera dicabut tumbuhnya nanti tidak beraturan.” Gigi yang tidak beraturan menyimpan resiko banyak sisa makanan tersangkut di gigi sehingga dapat menjadi sumber penyakit kelak.

  
 
 

Artikel Terkait

Indahnya Berbagi dalam Keberagaman

Indahnya Berbagi dalam Keberagaman

29 Mei 2019
Perbedaan bukan halangan bagi insan Tzu Chi untuk berbuat kebaikan. Hal ini dapat dilihat dari keharmonisan antara relawan Tzu Chi dengan anak-anak Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution di Kota Medan. Kedatangan para relawan disambut hangat oleh Ibu Tuti Suryani, sebagai perwakilan panti. 
Baksos Ke-106 di Sorong: Titik-titik Cinta Kasih di Sorong

Baksos Ke-106 di Sorong: Titik-titik Cinta Kasih di Sorong

05 Mei 2015 Semua relawan Tzu Chi di Sorong bekerja sama dengan baik dan solid, koordinasi yang mereka lalukan pun bagus, sehingga baksos bisa berjalan dengan lancar dan berhasil menangani 77 pasien katarak dan 26 pasien pterygium di hari kedua baksos, 2 Mei 2015.
Memberi Terang, Mengangkat Penyakit

Memberi Terang, Mengangkat Penyakit

18 September 2023

Perjalanan 3 jam ditempuh relawan Tzu Chi APP Sinar Mas dari PT Lontar Papyrus, Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, untuk membantu 22 orang untuk menjalani operasi katarak dan hernia di RS dr. Bratanata Kota Jambi pada 31 Agustus - 2 September 2023. 

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -