Kesabaran yang Membuahkan Kebahagiaan

Jurnalis : Galvan Rangga (Relawan tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan Rangga (Relawan tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Sebagian anak-anak sekolah terpaksa harus menggunakan rakit untuk sampai pada Desa.Tanjungsari karena sekolah favorit mereka berada di desa tersebut. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak terlambat masuk sekolah.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia terus bersumbangsih dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Hal ini dilakukan agar masyarakat setempat dapat memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik lagi.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menjalankan misi amal untuk membantu mengentaskan kemiskinan di negeri ini, contohnya membangun beberapa infrastruktur bagi korban bencana alam, serta membangun rumah yang sudah tak layak huni lagi dalam program bebenah kampung.

Selain itu, Tzu Chi juga membangun kembali gedung sekolah maupun kelas-kelas yang tak layak lagi untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar para siswa. Di samping pembangunan tersebut, Tzu Chi pun mendirikan akses jembatan yang menghubungkan antar desa, yang bermanfaat bagi para warga yang mobilitasnya tinggi dalam mengais rezeki maupun anak-anak sekolah dalam menimba ilmu di sekolahnya masing-masing.

Demi mensejahtrakaan warga setempat dan meningkatkan kualitas pendidikan para siswa siswi, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Bandung mendirikan sebuah jembatan yang menghubungkan dua kecamatan yaitu Kec. Banjaran dengan Kec. Cangkuang, Kab. Bandung.

Riwayat Jembatan 
Pada tahun 2002, masyarakat setempat membangun jembatan yang menghubungkan Desa. Tarajusari dan Desa. Tanjungsari. Letak kedua desa ini saling berhadapan, namun terpisahkan oleh Sungai Cisangkuy. Sungai tersebut mempunyai lebar sekitar 17 meter dan kedalaman air mencapai 30 cm sampai 1 meter. Namun di saat turun hujan, kedalamannya bisa mencapai 5 hingga 6 meter dan arusnya pun cukup deras.

Di tahun 2005, terjadi hujan besar yang mengakibatkan Sungai Cisangkuy meluap hingga 6 meter lebih. Akibatnya, jembatan gantung yang berbahan bambu itu hancur. Di tahun yang sama, jembatan itupun dibangun kembali oleh pihak TNI. Namun, di tahun 2009 jembatan itu kembali hancur diterjang banjir besar dan mengakibatkan seluruh material jembatan hanyut terbawa derasnya air banjir kiriman dari Pangalengan. Sejak itu, jembatan pun tak pernah dibangun kembali mengingat bahan yang digunakan hanyalah bambu dan potongan kayu yang tak kuat menahan aliran Sungai Cisangkuy ketika hujan besar tiba. Selain menghayutkan material jembatan, meluapnya air sungai juga menggenangi sebagian rumah warga yang berada di bibir sungai Cisangkuy.

foto  foto

Keterangan :

  • Mayjen TNI Sonny Widjaja, selaku Pangdam III/Siliwangi melakukan penandatanganan prasasti Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy (kiri).
  • Ketua Tzu Chi Bandung yaitu Herman Widjaja bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaja serta para rombongan mencoba langsung Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy yang menghubungkan Desa.Tarajusari dan Desa.Tanjungsari (kanan).

Bagi warga sekitar, adanya akses jembatan yang menghubungkan dua desa tersebut sangat terasa manfaatnya baik dari segi waktu maupun perputaran ekonominya. Sedangkan bagi anak-anak sekolah adanya jembatan tersebut dapat mengurangi jarak tempuh untuk menuju ke sekolahnya masing-masing.

Tanpa adanya jembatan, para warga serta anak sekolah dari Desa Tarajusari harus menempuh jarak sekitar 3KM untuk sampai di Desa Tanjungsari, mengingat pusat perekonomian serta sebagian sekolah favorit berada di desa tersebut. Tak jarang sebagian warga serta anak sekolah menggunakan jasa ojek untuk sampai di kedua desa tersebut dan harus mengeluarkan uang sebesar 5000 rupiah untuk sekali jalan.

Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy.
Mendengar kondisi tersebut, Tzu Chi Bandung pada tanggal 23 April 2012 melakukan tinjauan langsung ke lokasi jembatan. Setelah melakukan pertimbangan dan mencapai keputusan bersama, akhirnya penantian warga selama empat tahun untuk memiliki jembatan yang kokoh dan kuat akan terwujud. Tibalah waktunya untuk melakukan pembangunan jembatan yang diawali dengan peletakan batu pertama di Desa. Tarajusari, Kec. Banjaran, Kab. Bandung, pada tanggal 2 Juni 2012.

Pembangunan jembatan gantung ini merupakan kerjasama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Bandung dengan KODIM 0609 / Kab. Bandung  dan swadaya masyarakat. Dalam rangka HUT ke-66 KODIM III / Siliwangi tahun 2012, Jembatan yang memiliki panjang 20 meter dan lebar 1,5 meter ini akan diberi nama “Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy”. Jembatan ini diprediksi bisa bertahan hingga 100 tahun atau lebih, juga dirancang agar tahan gempa dan erosi, selain itu jembatan Cisangkuy ini bisa menahan bobot hingga 20 ton. Kerjasama ini merupakan salah satu bentuk nyata bahwa masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi sifat gotong royong yang merupakan budaya bangsa. Di samping itu, pembangunan jembatan ini menandakan bahwa Tzu Chi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap nasib masyarakat serta pendidikan terhadap generasi penerus bangsa.

Pembangunan pun dimulai pada tanggal 8 Juni 2012. Tak membutuhkan waktu yang lama, dalam kurun waktu 40 hari jembatan yang menghubungkan dua desa akhirnya rampung pada tanggal 17 Juli 2012. Warga pun dapat menikmati jembatan yang kokoh dan kuat karena terbuat dari bahan material besi baja yang siap menghadapi derasnya air kiriman dari Pangalengan.

Awalnya, peresmian jembatan ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus. Namun, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan serta Idul Fitri maka peresmian pun dilakukan pada tanggal 23 September 2012. Tepat pada pukul 09.30 WIB Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaja mengumumkan peresmian Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy, yang dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti bersama ketua Tzu Chi Bandung, Herman Widjaja.

foto  foto

Keterangan :

  • Kondisi Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy setelah mendapatkan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, kini jembatan tersebut berdiri dengan kokoh dan kuat dengan berbahan besi baja siap menjadi penopang warga sekitar dan menjadi saksi bisu untuk mensejahtrakaan masyarakat serta ikut dalam mewujudkan cita-cita penerus bangsa (kiri).
  • Kini warga Desa.Tarajusari maupun warga Desa.Tanjungsari bisa menikmati jembatan yang berdiri dengan kokoh serta, jembatan tersebut siap menghadapi derasnya aliran sungai Cisangkuy (kanan).

“Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara Desa. Tarajusari dan Desa. Tanjungsari atas kerjsama Yayasan Buddha Tzu Chi yang dengan KODIM 0609/Kabupaten Bandung membuahkan hasil yang manis serta memuaskan yang dapat dirasakan oleh kita semua. Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah cepat tanggap dalam merespon keinginan atau kebutuhan warga Banjaran ini,” ucap Sonny dalam kata sambutannya sesaat sebelum mengumumkan peresmian jembatan di lapangan serbaguna Desa.Tarajusari.

Menurut Herman Widjaja, terpilihnya lokasi Kec. Banjaran untuk pembangunan jembatan ini adalah karena awalnya jembatan yang menghubungkan dua Kecamatan ini berbahan bambu dan kayu sehingga di saat musim hujan jembatan tersebut hanyut terbawa air sungai. Di samping itu, kedua desa ini saling berkaitan, mempuyai peranan penting baik dari perekonomian maupun anak-anak yang hendak pergi ke sekolah.

“Tanpa jembatan, para siswa sekolah ini harus memutar cukup panjang waktunya sampai satu setengah jam. Dan warga sini yang tidak mempunyai transportasi otomatis akan terganggu, oleh karena itu kita anggap layak untuk dibantu dengan KODAM III/Siliwangi kita bangun jembatan ini, hanya saja kepotong dengan libur dan sebagainya jadi kita baru bisa meresmikannya hari ini," ucap Herman.

Ia pun menambahkan, “Dengan adanya jembatan ini yang menghubungkan dua desa dan dua kecamatan tentu kita mendoakan semoga ekonomi warga sini bisa meningkat. Dan harapan kami mereka (warga) bisa merawat dengan baik untuk kemajuan dua desa ini."

Pendidikan adalah hal yang terpenting dalam membangun kemampuan serta berfikir secara kritis untuk meningkatkan sumber daya manusia agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, negara dan orangtua. Oleh karena itu Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam misi pendidikannya sangat memperhatikan nasib para anak-anak sekolah dalam menggapai cita-citanya. Dengan dibangunnya Jembatan Cinta Kasih Cisangkuy, kini para siswa tak harus lagi memutar serta tidak ada lagi hambatan untuk tepat waktu berada di sekolah.

"Terutama untuk adik-adik yang sekolah itu bisa menjalankan tanpa terganggu hambatan sungai yang kita sudah buatkan jembatan dan bagi masyarakat secara luas otomatis bisa memangkas waktu, bila menggunakan jembatan ini bisa ditempuh selama 30 menit jadi menghemat waktunya bisa satu jam. Mungkin hasil-hasil pertanian yang diperoleh dari sini untuk di bawa ke kota dalam rangka penjualan akan lebih mudah dengan senidirinya ekonomi masyarakat akan meningkat berarti kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat," ucap Mayjen TNI Sonny Widjaja.

 

 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-109: Memulihkan Penglihatan Masyarakat Minang

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-109: Memulihkan Penglihatan Masyarakat Minang

24 November 2015

Penyakit memang menjadi momok bagi setiap orang, terlebih bagi mereka yang kurang mampu dari segi materi. Sehingga, pada 21-22 November 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Baksos Kesehatan Ke-109 Operasi Katarak dan Bibir Sumbing yang bekerja sama dengan Komando Resort Militer 032 Wirabraja di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo, Padang, Sumatera Barat.

My Dream, Tontonan Wajib Akhir Pekan Ini

My Dream, Tontonan Wajib Akhir Pekan Ini

18 Juli 2019

Anda yang belum pernah berkesempatan menonton pertunjukan kelas dunia dari China Disabled People's Performing Art Troupe (CDPPAT) atau yang dikenal dengan My Dream, inilah saatnya. DAAI TV Indonesia di ulang tahunnya yang ke-12, kembali mengundang My Dream, di mana mereka akan tampil di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Medan.

Harapan Baru Kelas Budi Pekerti

Harapan Baru Kelas Budi Pekerti

26 Agustus 2016

Minggu, 21 Agustus 2016, Kelas Budi Pekerti dibuka kembali oleh tim pendidikan Tzu Chi Batam. Pada tahun ajaran yang baru ini, jumlah murid terus mengalami pertumbuhan, hingga mencapai 326 orang. Mereka pun dibagi dalam kelas Xiao Tai Yang (siswa kelas budi pekerti TK dan SD) dan Tzu Shao ( siswa kelas budi pekerti SMP).

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -