Kesamaan Harapan dalam Kebhinekaan

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : Halim Kusin, Darningsih (He Qi Barat)

Perayaan Hari Waisak, Hari Ibu International, dan Hari Tzu Chi Sedunia bertajuk “Doa Jutaan Insan” digelar pada hari Minggu, 10 Mei 2015.

Master Cheng Yen berkata: “Faktor pemersatu dalam organisasi adalah toleransi dan tenggang rasa terhadap pendapat orang lain”. Toleransi dan tenggang rasa inilah yang mampu mengatasi  berbagai perbedaan, sehingga terhimpun sekitar 8.000 (delapan ribu) insan dari beragam agama untuk membentuk formasi barisan. Mereka berasal dari berbagai profesi, siswa-siswi sekolah, dan  masyarakat umum. Himpunan peserta yang turut menyukseskan perayaan Akbar Hari Waisak, Hari Ibu International, dan Hari Tzu Chi Sedunia bertajuk “Doa Jutaan Insan” digelar pada hari Minggu, 10 Mei 2015. Berlokasi di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Peringatan Waisak yang dirayakan bersama-sama di berbagai cabang Tzu Chi di dunia berdoa agar masyarakat  aman, tenteram, dan dunia terbebas dari bencana.

Dalam perayaan Waisak ini hadir pula Gurbernur DKI Jakarta dan para pejabat lainnya, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tamu undangan lainnya. Salah satunya, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, As’ad Ali yang turut hadir dalam perayaan Waisak ini. “Hari Waisak ini hari raya   umat Buddha tapi saya sebagai  muslim turut hadir, karena saling menghormati. Kita perlu silaturahmi dari keberagaman agama, menjaga, dan membangun kesatuan dalam kebhinekaan. Saya yakin ini adalah hal yang  ideal,” ungkapnya.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, As’ad Ali (batik) yang turut hadir dalam perayaan Waisak ini.


Hj. Umi Waheeda menghadiri perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional, Hari Tzu Chi Sedunia setiap tahunnya.

Demikian juga dengan Hj. Umi Waheeda, pemimpin Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor yang juga hadir dalam acara ini. Ia mengaku senang bisa hadir dalam perayaan ini.  “So amazing, unique and well planned . Setiap tahun saya hadir dalam acara ini, dan setiap tahun acaranya berbeda. Hebatnya acara ini digabung dengan hari Ibu International. Master Cheng Yen adalah sosok Ibu yang luar biasa, meskipun tidak memilki anak (secara) biologis, namun anak-anaknya ada di seluruh dunia,” ujarnya.

Bahkan Umi juga mengajak para santrinya untuk bersumbangsih pada perayaan Waisak ini.  “Hari ini biarlah kalian insan Tzu Chi melakukan sembahyang dengan khusyuk dan khidmad, biarlah anak-anak kami (para santri) yang membantu bagian repotnya,” ungkap Umi. Memang benar,  para santri  dari Pondok Pesantren Nurul Iman berletih lelah membantu di bagian dapur dan konsumsi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Romo Frans Magnis Soeseno, “Dalam acara “Doa sejuta insan”   banyak orang mencari berkat. Ini adalah suatu proses pembelajaran bagi mereka yang memiliki perbedaan keyakinan untuk bisa tetap saling menghormati,” kata Romo Magnis. “Saya sangat menghargai bahwa  Tzu Chi  menjadi tindak nyata dalam amal yang dilakukan untuk membantu orang. Saya kagum dengan Tzu Chi. Tzu Chi harus berjalan terus dan menjadi lebih kuat,” imbuhnya.

Harapan yang sama pula dari seluruh insan Tzu Chi  bahwa tata laku kebajikan seluruh peserta bukan hanya  sebatas dalam acara doa sejuta insan hari itu, namun berkesinambungan dengan tata karya secara nyata. Dalam kebhinekaan,  kita semua memiliki kesamaan asa.

“Ini adalah suatu proses pembelajaran bagi mereka yang memiliki perbedaan keyakinan untuk bisa tetap saling menghormati,” kata Romo Magnis.

Artikel Terkait

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -