Keluarga Abidzar Akbar yang terdiri dari Ayah Nazaruddin (kiri baju merah), Ibu Erni Lestari Handayani (kanan baju hitam berhijab), kakak perempuan Adiba Shakila (tengah baju pink berkerah), adik perempuan Annisa Nadhira (dipangkuan ayah), Abidzar (kanan bersebelahan dengan ibu).
Abidzar Akbar akrab dipanggil Abi, anak laki-laki berusia 4 (empat) tahun yang lahir pada awal pandemi Covid-19 tahun 2020. Abi tumbuh sehat meski mengalami kelainan pada wajahnya. Putra kedua dari pasangan suami istri Nazaruddin (Ayah) dan Erni Lestari Handayani (Ibu) mengalami gangguan pada rahang yang tidak berkembang dengan baik diketahui saat usia kehamilan bulan kelima. Seminggu setelah kelahirannya, Abi menjalani pemeriksaan jantung dan ditemukan lubang yang tidak tertutup pada katup jantung yang seharusnya tertutup. Abi diketahui mengalami Teacher Collins Syndrome (kelainan genetik langka yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan struktur pada wajah) di usia Abi yang ke delapan hari saat menjalani pemeriksaan darah, jantung dan radiologi di Rumah Sakit Medan.
Mengetahui kondisi yang dialami anak mereka, orang tua Abi tidak berputus asa dan terus berjuang untuk Abi menjalani sejumlah pemeriksaan mengupayakan pengobatan. Saat Abi berusia 1 bulan, orang tuanya membawa Abi rawat jalan ke Rumah Sakit Umum Kota Medan untuk meminta rujukan ke Installasi Bedah Plastik kemudian dijadwalkan ke dalam daftar operasi. Hingga Abi berusia 4 bulan, ia kembali dibawa orang tuanya rawat jalan ke Rumah Sakit Umum Kota Medan untuk menjalani pemeriksaan jantung dan hasilnya menunjukkan kondisi yang masih sama seperti sebelumnya.
Relawan misi amal mendampingi Abidzar di ruang tunggu antrean pendaftaran rumah sakit swasta Kota Medan.
Pada instalasi jantung, Abi didiagnosa mengalami Piere Robin Syndrome (kelainan langka sejak lahir dengan rahang yang tidak berkembang, celah langit-langit dan lidah yang lebih jauh ke belekang ke arah tenggorokan). Meski kondisi Abi tidak berbahaya namun akan berakibat fatal jika tidak di tangani dengan baik karena kelainan ini menyebabkan masalah makan dan kesulitan bernafas. Oleh sebab itu Abi makan menggunakan bantuan sonde atau selang NGT (NasoGastrik Tube), selang khusus yang dimasukkan melalui hidung melewati tenggorokan lalu kerongkongan menuju ke dalam lambung.
Dari hasil pemeriksaan darah dibawa ke installasi bedah plastik untuk mendapatkan surat rujukan CT Scan 3D namun rumah sakit tidak mampu melakukan operasi dan dirujuk melakukan operasi ke Rumah Sakit di Jakarta. Pada kondisi seperti ini orang tua Abi mendapat rekomendasi dari salah satu narasumber DAAI TV Medan untuk mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Medan pada akhir Desember 2020.
Relawan misi amal mendampingi Abidzar di ruang tunggu antrean pemeriksaan darah di rumah sakit swasta Kota Medan.
Awal Januari 2021 pendampingan relawan Tzu Chi untuk pemeriksaan Abi menggunakan BPJS kesehatan dimulai dengan konsultasi ke dokter gigi bedah mulut, dokter THT, dokter jantung dan CT Scan. Hasilnya Abi dinyatakan dapat dioperasi pada saat Abi berusia minimal 2 tahun dengan alat yang akan dipasangkan bernilai ratusan juta rupiah. Lubang tidak tetutup pada katup jantung tidak akan memperngaruhi jalannya proses operasi serta tidak ada masalah dengan pernafasan Abi. Hanya ada ganggan kesulitan menelan karena lidah Abi yang agak ke belakang namun dapat dilatih dengan makan seperti biasa menyuapi Abi dengan sendok secara perlahan.
Bulan Juli 2022 usia Abi yang hampir 2 tahun, relawan Tzu Chi Medan mendampingi Abi konsultasi dengan tim dokter dari Bandung yang berkunjung ke Medan atas rekomendasi salah satu dokter bedah mulut Medan. Dari konsultasi tersebut, tim dokter membutuhkan CT Scan Abi yang terbaru dan hasil pemeriksaan menyatakan Abi dapat dioperasi berupa tulang rahang dengan alat pada tahun 2023 dengan penanganan dapat dilaksanakan di Rumah Sakit Bandung maupun di Rumah sakit Medan karena dokter dari Rumah Sakit Rotterdam Belanda akan berkunjung ke Indonesia.
Relawan misi amal mendampingi Abidzar di ruang pemulihan pasca CT Scan di rumah sakit swasta Kota Medan. Kondisi Abi masih dalam pengaruh anestesi.
Pada November 2022, dokter dari Rumah Sakit Eramus Rotterdam Belanda dijadwalkan berkunjung ke Rumah Sakit Harapan Jaya Pematang Siantar. Relawan kembali mendampingi Abi dan orang tuanya juga bersedia konsultasi ke sana walaupun harus menempuh perjalanan pergi dan pulang selama lebih kurang 5 jam lamanya. Dari konsultasi tersebut tim dokter menyimpulkan operasi Abi tidak dapat dilakukan di Medan karena keterbatasan alat medis di Rumah Sakit Medan dan butuh beberapa kali penanganan untuk menyesuaikan kondisi rahang Abi. Melihat semangat dan perjuangan orang tua Abi, para relawan Tzu Chi Medan juga terus mengumpulkan informasi yang dapat membantu pengobatan Abi.
Bulan Juni 2024 perjuangan orang tua Abi dan pendampingan relawan misi amal Tzu Chi Medan menemukan secercah harapan berkat adanya komunikasi relawan dengan Tzu Chi Hospital, PIK, Jakarta. Abi pun mulai menjalani serangkaian pemeriksaan Cek Darah, CT-Scan dan pemeriksaan jantung di Rumah Sakit Swasta Kota Medan menggunakan BPJS Kesehatan didampingi relawan Misi Amal Tzu Chi dan relawan TIMA Medan. Awal bulan Juli 2024 hasil pemeriksaan Abi di Medan dikirim ke Tzu Chi Hospital.
Abi tumbuh dengan sehat, aktif dan sangat responsif berkat ketelatenan kedua orang tuanya terutama ibunya yang sangat sabar. Saat ini Abi mampu berhitung dalam bahasa Inggris dari satu sampai sepuluh. Selain itu, pertumbuhan rambut dan gigi Abi juga sangat baik, pergerakan tangan dan kaki juga sangat lincah. Lubang pada katup jantung yang dulunya tidak tertutup sekarang sudah menutup sehingga Abi sudah tidak ada kendala untuk menjalani tindakan anestesi sebelum CT Scan dan proses operasi implant rahang bawah nantinya di Tzu Chi Hospital.
Kunjungan Kasih relawan ke rumah Abidzar.
Juniaty salah satu relawan misi amal Tzu Chi Medan mengungkapkan sangat terharu dengan perjuangan dan semangat kedua orang tua Abi sejak lahir hingga sekarang berusia 4 tahun. “Harapan kami semua relawan Tzu Chi dengan operasi ini Abi bisa tumbuh menjadi anak yang meski tidak senormal anak pada umumnya namun bisa membuat Abi bergaul dengan teman-temannya tanpa rasa minder,” ungkap Juniaty.
Ibunda Abi sangat bersyukur dipertemukan dengan Tzu Chi di saat mereka sudah kebingungan harus bagaimana dan ke arah mana untuk melanjutkan pengobatan anaknya. “Sejak mengenal Tzu Chi saya lebih terbuka ke arah mana saya harus membawa Abi menjalani pengobatan,” ungkap Erni Lestari Handayani ibunda Abi. “Mereka (relawan Tzu Chi) selalu mendampingi kami sejak awal dan saya sangat senang ada yang mengarahkan ke mana, ke dokter apa kami harus membawa Abi,” imbuhnya lagi. Abi yang selalu menjadi pusat perhatian jika ibunya membawanya kemana-mana bahkan tidak sedikit anak yang takut melihat Abi. “Harapan saya wajah Abi bisa kembali dan tidak jadi tontonan banyak orang saat kami membawanya kemana-mana,” tambahnya.
Editor: Metta Wulandari