Kesempatan Kedua yang Sangat Berarti
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Dokumentasi Bakti AmalBagi Herlina Astuti mendapat bantuan dari Tzu Chi Indonesia berupa biaya operasi dengan metode Gamma Knife merupakan satu anugerah yang begitu besar. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan baru demi masa depan kedua anaknya.
Rasa syukur yang begitu mendalam dirasakan Herlina Astuti (43) yang akhirnya bisa menjalani operasi pengangkatan tumor yang menempel pada pembuluh darah di otaknya. Dengan menjalani operasi Gamma Knife berbiaya lebih dari 170 juta rupiah itu, kesakitan luar biasa yang menghinggapinya sejak tahun 2015 tersebut kini berangsur hilang.
“Sampai sekarang saya masih belum percaya bahwa saya itu sudah melewati masa-masa yang mengancam nyawa saya. Tumor kan bisa membesar, bisa jadi kanker, tapi Alhamdulillah terima kasih Yayasan Buddha Tzu Chi, beribu-ribu terima kasih,” kata Herlina saat dikunjungi oleh Agus dan Rita, relawan Tzu Chi dari He Qi Tangerang, 8 Februari 2023 lalu.
Gamma Knife sendiri merupakan teknik operasi stereotaktik menggunakan tembakan sinar gamma. Prosedur ini dilakukan tanpa membuat sayatan pada kulit kepala untuk membuka tulang tengkorak. Herlina menjalani operasi pada 30 Januari 2023 lalu di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Tim relawan dari He Qi Tangerang, saat melakukan survei ke tempat tinggal Herlina.
“Kemarin waktu check up, kata dokter, saya itu sudah perbaikan. Mata saya yang hampir menutup, sekarang saya sudah bisa melihat. Yang tadinya mata saya kalau dibuka dua-duanya pusing, tapi sekarang saya sudah bisa,” cerita Herlina.
Sebelum mendapatkan bantuan dari Tzu Chi, Herlina yang belakangan berjualan seblak setelah diberhentikan dari tempat bekerjanya yang lama ini telah berusaha mencari bantuan biaya operasi Gamma Knife kesana-kemari. Kondisi ekonomi keluarga memang sangat tak memungkinkan. Sang suami, Nurhasan, sehari-harinya bekerja serabutan. Keluarga dengan dua anak ini tinggal di rumah orang tua Nurhasan di Kampung Ciputat, Kelurahan Tajur, Tangerang, Banten.
Sebenarnya pada tahun 2020, Herlina telah menjalani operasi pengangkatan tumor. Namun ada bagian tumor yang tak bisa terangkat karena menempel di pembuluh darah otak. Jalan satu-satunya adalah menjalani operasi kembali namun dengan prosedur Gamma Knife.
“Kalau kami ambil (dengan operasi yang biasa) ngerinya nanti dua kemungkinan. Satu, nyawa ibu tergores, pecah pembuluh darah, ibu meninggal. Ibu kalau tergores tadi ya mohon maaf, kalau masih hidup juga ibu jadi idiot. Kata dokter begitu,” tutur Herlina.
Namun masalahnya operasi dengan metode Gamma Knife membutuhkan biaya yang tak sedikit, yakni mencapai ratusan juta rupiah dan tak bisa dilakukan dengan layanan BPJS. Biaya dari mana? Seorang dokter menyarankannya melakukan penggalangan dana melalui sebuah situs. Namun hampir setahun, hanya dapat terkumpul 6 juta rupiah, jumlah yang masih sangat jauh.
Dengan terus berusaha dan berdoa, titik terang mulai datang. Di sekolah anaknya, seorang wali murid memberitahunya tentang Tzu Chi dan menyarankannya untuk mencoba mengajukan bantuan. Tak butuh waktu lama, Herlina pun berangkat ke Tzu Chi Center untuk mengajukan bantuan.
Rina, staf Bakti Amal mengantar Herlina untuk cek MRI terbaru.
Christine, staf Bakti Amal yang menemuinya hari itu menerima formulir pengajuan bantuannya, dan memberitahu bahwa nanti akan ada relawan Tzu Chi yang datang ke rumahnya guna melakukan survei. Sambutan hangat yang diterimanya saat berada di Tzu Chi Center itu pun menumbuhkan rasa optimis.
Belum sepekan, tibalah tiga relawan Tzu Chi dari Komunitas Tangerang, yakni Agus Suhendri, Viona dan Eva ke rumahnya. Beberapa hari kemudian, ketika Herlina baru selesai menunaikan sembahyang, telepon berdering dari staf Bakti Amal lainnya, Rina.
“Ibu kapan mau ke RSCM? Kami akan dampingi, tapi kami belum bisa pastikan bisa bantu ibu karena ibu hasil MRI nya tahun 2020 kalau bisa minta MRI yang terbaru,” ujar Rina di ujung telepon.
Rina pun mendampinginya untuk cek MRI terbaru. Dari hasil MRI tersebut, pihak Bakti Amal beserta para relawan di Misi Amal Tzu Chi Indonesia pun menggelar rapat.
“Ibu dari doa dan kesabaran ibu, kami siap membantu ibu,” kata Rina di hari lainnya, mengabarkan berita gembira itu.
Rasa sakit yang selama ini diderita Herlina perlahan hilang setelah menjalani operasi Gamma Knife.
Air mata Herlina bercucuran menerima kabar itu. Kesabaran dan doa yang terus ia pupuk akhirnya berbuah manis. Operasi Gamma Knife pun dilakukan selama 3,5 jam. Herlina ditemani sang suami, Nurhasan, juga staf Bakti Amal lainnya, Hendrik.
“Nyawa saya ditolong oleh Yayasan Buddha Tzu Chi yang benar-benar tumor ini yang sulit, karena di samping pembuluh darah, dan saya benar-benar tak punya uang untuk biaya segitu. Tapi Yayasan Buddha Tzu Chi benar-benar menolong. Sampai sekarang saya belum percaya saya bisa istilahnya sembuh,” ujarnya.
Pada kunjungan kasih tersebut, Rita dan Agus juga membawakan sembako untuk keluarga Herlina.
Kini Herlina dan keluarga kecilnya menata hidup yang baru. Herlina berusaha mencari pekerjaan supaya dapat mengantarkan kedua anaknya meraih masa depan yang gemilang.
“Kebetulan jodoh ibu ini sangat baik dengan Tzu Chi. Saya melihat Bu Herlina ini sangat gigih, terutama ibu ini sangat bersyukur dan selalu memanjatkan doa, tidak putus asa. Dengan kekuatan doa maupun dengan tekad untuk sembuh, saya bisa belajar bahwa dengan tidak mudah putus asa, kita bisa ada secercah harapan,” kata Agus Suhendri.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Mendampingi dengan Ketulusan dan Cinta Kasih
02 Juni 2021Sejak awal Tzu Chi berdiri tahun 1966 di Taiwan, metode pendampingan dan perhatian untuk para penerima bantuan Tzu Chi tidaklah berubah hingga saat ini.
Melengkapi Kebahagiaan Maulidya
17 Oktober 2022Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 mendampingi dan memberikan semangat kepada Maulidya Syah Febriani Siregar, pasien operasi jantung rujukan dari Medan, Sumatera Utara.
Perhatian yang Membangun Semangat Juang Didi
21 Januari 2020Relawan Tim
Medis Tzu Chi rutin melakukan kunjungan kasih ke rumah para penerima
bantuan Tzu Chi yang memerlukan perhatian khusus. Kali ini kunjungan dilakukan
di rumah Didi, yang mengalami kelumpuhan akibat peristiwa tabrak lari puluhan
tahun silam.