Ketabahan Seorang Ibu
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat melakukan kegiatan kunjungan kasih ke rumah Aisyah Naila, seorang penerima bantuan pengobatan Tzu Chi pada Minggu 26 November 2017.
Bila sudah mengetahui dirinya hamil, wanita pastilah rajin melakukan
pengecekan USG secara rutin. Tapi tidak demikian dengan Dewi (31). Ia malah
tidak pernah cek USG. Ia hanya memeriksakan diri di Puskesmas tanpa pernah melakukan pengecekan USG.
Selama menjalani masa kehamilan 9 bulan, Dewi tidak merasakan firasat
buruk ataupun masalah dengan kandungannya. Keyakinannya ini diperkuat dengan penjelasan bidan Puskesmas yang
memeriksa kandungannya selama ini. Pola makan sehat dan makanan sehat tetap dijaga
baik selama kehamilannya. Tetapi ada hal yang mengejutkannya, setelah anak
keduanya lahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Tentu saja ini membuat
Dewi sedih, bingung, juga cemas dengan masa depan anaknya nantinya.
Bayi mungil bernama Aisyah Naila ini terlahir dengan fisik luar yang cacat.
Bibirnya sumbing dengan lubang sangat dalam hingga ke langit-langit mulut. Sementara
kondisi kedua jari tangan (kiri-kanan) yang tidak sempurna, kondisi kedua jari
kaki (kiri-kanan) tidak sempurna dan telapak kaki sebelah kiri yang tidak rata,
serta tidak memiliki bahu lengan kanan yang sempurna. Antar bahu dengan lengan
ada tulang yang tidak lengkap sehingga terdapat lekukan dalam di bahu sebelah kiri.
Dokter yang membantu proses kelahiran Aisyah, menyarankan agar Aisyah
mendapat bantuan medis lebih lanjut. Menurut dokter, bahwa bayi yang mengalami
cacat fisik luar, ada kemungkinan akan berakibat buruk bagi organ tubuh bagian
dalam. Setelah mengikuti serangkaian pemeriksaan medis, Dewi sangat bersyukur
bahwa organ tubuh bagian dalam Aisyah normal seperti bayi sehat lainnya. Walau
demikian, atas saran doker medis, Aisyah harus menjalani serangkaian operasi
bibir sumbing, terapi ortopedi (tulang) tangan dan kaki, dan tindakan lanjutan untuk
tulang bahu kiri pada usia tertentu.
Hingga saat ini, ada tiga operasi yang telah dijalankan Aisyah yaitu operasi bibir luar pada usia 9 bulan, operasi pemisahan jari kaki sebelah kanan di usia 1 tahun dan operasi langit-langit mulut pada usia 2 tahun. Dan masih ada dua operasi yang harus dijalani.
Ketidaksempurnaan bibir hingga langit-langit mulut membuat Aisyah susah menerima
asupan ASI. Padahal saat itu ASI sangat dibutuhkannya untuk menunjang pertumbuhannya.
Dewi berkonsultasi dengan bidan Puskesmas tentang cara memberikan asupan ASI.
“Waktu itu bingung bagaimana kasih ASI langsung, sedangkan bibirnya
sumbing. Bidan Puskesmas juga tidak menyarankan memberikan ASI langsung. Sementara
memakai pipet (sedotan) dioles dikit-dikit ke mulut, kadang pakai sendok kecil.
Aisyah tidak bisa ngedot,” cerita Dewi, ibunda Aisyah.
Kurangnya asupan susu, pada usia 3 hari badan Aisyah tiba-tiba berwarna
kuning. Dari Puskesmas memberikan rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat agar Aisyah
segera mendapat bantuan medis.
“Aisyah harus disinar selama lima hari. Dokter memasang selang tabung kecil
di tubuh Aisyah agar asupan susu tersalur ke dalam tubuh Aisyah,” imbuh Dewi.
Dewi selaku ibunda Aisyah terkejut bercampur sedih, bingung, dan pasrah, setelah mengetahui anak keduanya terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna (multi cacat fisik luar). Namun relawan Tzu Chi terus berupaya untuk menghibur hatinya.
Sejak menggunakan selang tabung, bobot Aisyah mulai bertambah. Dewi
mencoba memberikan susu dengan menggunakan sedotan khusus bagi bibir sumbing.
“Aisyah masih mau menerima susu dengan sedotan khusus, tetapi hanya sekitar
90cc, dua kali dalam sehari. Sekitar hampir sebulan Aisyah menggunakan selang tabung,
saya mencoba menggantikannya dengan sedotan khusus bibir sumbing,” ujar Dewi
sambil menggendong Aisyah.
Seminggu sekali, Aisyah harus dikontrol di RSCM. Dokter gizi RSCM
menyarankan agar Aisyah menggunakan selang tabung, tetapi Dewi tidak mau
mengikuti saran dokter. Hingga suatu hari dokter menjelaskan bahwa Aisyah sudah
masuk ke fase gizi buruk, dan Aisyah harus mengejar bobot badan hingga 5 kg
agar bisa menjalankan operasi bibir sumbing. Di usia 6 bulan, Dewi mengikuti
saran dokter, Aisyah kembali memasang selang
tabung kecil.
“Ada tiga operasi yang telah dijalani Aisyah. Pada usia sembilan bulan, Aisyah
menjalani operasi bibir luar. Selang tiga bulan kemudian, tepatnya saat Aisyah berusia satu tahun, ia menjalani operasi pemisahan jari kaki sebelah kanan. Aisyah harus kembali
menjalani operasi langit-langit mulut pada usia dua tahun. Karena usia Aisyah
masih dua tahun lima bulan, dokter tidak bisa melanjutkan operasi tutup empat lubang
gusi dalam. Saran dokter bedah plastik, harus menunggu Aisyah berumur lima tahun, untuk
bisa menjalankan operasi tersebut. Serta satu operasi lanjutan untuk pemisahan
jari kaki sebelah kanan,” ucap Dewi sambil mengajak Aisyah bermain.
Ketergantungan pada selang tabung kecil hingga saat ini membuat Aisyah
enggan menerima asupan susu dalam gelas. Tetapi Aisyah masih mau minum air
putih dengan menggunakan gelas. Setiap pagi, Dewi berusaha memberikan asupan
bubur encer dengan menggunakan sendok. Sedangkan bila diberikan biskuit atau
makanan bertekstur lembut hanya dijilat Aisyah. Bila terlanjur masuk ke mulut,
Aisyah langsung memuntahkan makanan tersebut.
Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat bersama keluarga Aisyah.
Proses penggunaan selang tabung kecil hanya bisa digunakan selama satu
minggu. Setiap kali menggunakannya, selang tabung itu harus dibersihkan dengan
air putih hangat agar kebersihan tetap terjaga. Setiap minggu, Dewi harus
membawa Aisyah untuk kontrol dan mengganti selang tabung baru, yang harus ditebusnya
di apotek RSCM dengan menggunakan BPJS.
“Awalnya, pemasangan selang tabung itu tadinya di bibir, (karena saat
itu masih bibir sumbing), karena merasa tidak terbiasa, Aisyah sering mencabut
selang tabung tersebut. Kadang saat tidur selang tabung tiba-tiba lepas. Bila
lepas, maka harus segera ke RSCM untuk dipasang kembali,” tutur Dewi
Jalinan Jodoh dengan Tzu Chi
Pada Mei 2015, saat Aisyah masih berusia 1 bulan, Dewi datang ke kantor
Tzu Chi mengajukan permohonan bantuan susu. Tepat tanggal 6 Juni 2015, tim Bakti Amal dan insan Tzu Chi komunitas He Qi Barat melakukan survei di
rumahnya. Saat itu, ayah Aisyah adalah seorang tukang servis komputer, sementara
Dewi seorang ibu rumah tangga. Tetapi saat Kunjungan Kasih pada 26 November
2017, Dewi menjelaskan jika suaminya sekarang berprofesi sebagai tukang ojek
online.
Pada umur 1 bulan, dokter ortopedi pernah menjelaskan bahwa lekukan tulang di bahu sebelah kiri bisa ditindaklanjuti bila umur Aisyah sudah mendukung. Sementara ini, Aisyah harus menjalani terapi gerakan tangan kaki seminggu sekali. Dengan bertambahnya usia Aisyah, ditambah dengan bertambahnya gerakan tangan Aisyah, menimbulkan kekhawatiran terhadap urat saraf tangan, karena lekukan bahu sebelah kiri makin melebar, hingga Dewi terus bertanya ke dokter ortopedi tentang tindakan lanjutan. Dokter ortopedi mengatakan sudah tidak perlu ada tindakan, ataupun operasi.
“Bila tidak ada tindakan, berarti tidak perlu terapi gerakan. Dokter ortopedi
mengiyakannya. Untuk membantu gerakan jalan, dokter menyarankan agar
menggunakan sepatu khusus. Tetapi sepatu itu tidak ditanggung BPJS, jadi kita
belum (berani) tanya harganya,” tutup Dewi.
Artikel Terkait
Kado dan Harapan Baru Andri di Tahun yang Baru
24 Januari 2018Kunjungan Kasih Pasien Kasus : Cinta Kasih untuk Pasien
07 April 2014 Jodoh baik ini disambungkan oleh salah satu putri Husnah, Lia yang mengadukan perihal penyakit ibunya kepada salah satu dokter yang ia kenal. Dokter inilah yang kemudian menyarankan Husnah untuk meminta bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.Hadiah Natal untuk Agatta
22 Desember 2017Lima hari menjelang Hari Natal, belasan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Kelapa Gading bersiap menuju Jalan Enggano, Tanjung Priok. Para relawan melakukan Kunjungan Kasih sekaligus mengantarkan ranjang untuk pasien Agatta, seorang remaja yang merupakan salah satu umat gereja St. Fransiskus Xav