Ketegaran Saeful Setelah Diamputasi
Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Sinta Febriyani, Galvan (Tzu Chi Bandung)Para relawan Tzu Chi dengan setia selalu menemani Saeful dan keluarganya saat melakukan pemeriksaan hingga menjelang operasi. |
| ||
Hidup dengan dengan keterbatasan tidak menjadi suatu hambatan bagi Saeful Nur Alam (11) dalam mengarungi kehidupannya. Saeful menderita fibramatosis (tumor) di kaki kirinya dan harus menjalankan amputasi. Fibramatosis yang diderita Saeful sudah dirasakan sejak tahun 2007. Amah, ibunda Saeful menceritakan bagaimana awal mulanya penyakit yang diderita anaknya yang berawal dari benjolan kecil. “Dari pertama habis hari raya, selama dua minggu kakinya sakit-sakitan. Ketika dilihat ternyata ada benjolan kecil,” katanya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu benjolan tersebut semakin membesar sampai menonjol pada telapak kaki kiri bagian atas. Khawatir dengan kondisi anaknya orang tua Saeful pun sempat membawanya ke pengobatan alternatif, namun hasilnya nihil, tidak ada perubahan yang berarti pada kaki Saeful. Selanjutnya Amah membawa Saeful berobat ke Rumah Sakit. Berbagai serangkaian pemeriksaan pun dilalui. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa Saeful menderita tumor dan harus menjalani amputasi. Mahalnya biaya amputasi menjadi kendala bagi Amah untuk melanjutkan pengobatan Saeful. Ditambah lagi dengan keadaan benjolan pada kaki kiri Saeful yang semakin hari semakin membesar. Keadaan ekonomi menjadi faktor penghambat untuk menjalankan saran dari dokter. Amah bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya Yono bekerja sebagai supir angkutan umum dengan penghasilannya yang pas-pasan. Untuk membiayai pengobatan Saeful, Amah dan Yono sudah meminta bantuan kemana-mana, namun tetap masih belum bisa membiayai pengobatan Saeful. “Udah ke sana - ke sini minta bantuan, seperti mengemis. Ibu sebenernya bukan minta uang segitu, tapi meminta bantuan buat anak ibu yang sakit. Ya Ibu ga bisa gimana-gimana,” ungkap Amah. Guna untuk mendapatkan biaya Amah pun sempat berencana untuk menjual rumahnya. Namun, niat itu urung dilaksanakan, karena apabila dijual maka mereka tidak akan memiliki tempat tinggal. “Pernah nawarin cuman mau dibeli murah. Cuman kalo di jual gimana, diemnya dimana,” tambahnya. Keadaan tersebut yang akhirnya membuat keluarga Amah meminta bantuan pengobatan pada Yayasan Buddha Tzu Chi. Jalinan jodoh pun terjadi. Yayasan Buddha Tzu Chi dengan cinta kasihnya yang tulus membantu pengobatan serta membiayai pembuatan kaki palsu bagi Saeful. Amah pun menuturkan bahwa ia mengetahui Yayasan Buddha Tzu Chi dari salah satu kenalannya.
Ket : - Setelah melakukan proses amputasi, Saeful sempat merasakan sakit pada kakinya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kondisi kaki Saeful pun membaik dan mulai bisa menggunakan tongkat. (kiri) Dalam penanganan kasus ini telah dilakukan survei terlebih dahulu oleh relawan Tzu Chi Bandung, yaitu Phei Ling, Nadya, dan Brigita. Survei dilakukan dengan mendatangi kediaman Saeful di Rancabentang, RT 03, RW 06, Kel. Cimbuleuit, Kec. Cidadap, Bandung, pada hari Jumat, 11 Desember 2009. Rumah Saeful berada di daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda 4, jalan menuju rumahnya menjorok ke bawah dan cukup jauh, namun hal tersebut tidak menyurutkan niat para relawan untuk melakukan survei. Rumah Saeful yang ditempati oleh 9 orang tersebut dapat dikatakan sederhana. Rumah itu adalah rumah milik sendiri yang merupakan rumah warisan, yang terdapat dua kamar, dapur, dan ruangan yang dijadikan ruang tamu dan tempat berkumpulnya keluarga. Amputasi untuk Semangat Baru Selepas menjalani operasi amputasi kaki keadaan Saeful mulai membaik. Ia sudah tidak pernah merasakan sakit di kakinya. Awalnya tongkat penyangga pemberian relawan Tzu Chi yang menjadi alat bantunya untuk berjalan. Selain itu, relawan pun memberikan kaki palsu kepada Saeful. Pasca operasi Saeful rutin mengontrol keadaan kakinya yang selalu didampingi orang tuanya beserta relawan Tzu Chi. Dari hari ke hari keadaan kakinya tidak pernah mengalami masalah, selain itu dengan adanya kaki palsu telah memudahkan Saeful dalam menjalankan aktivitasnya. Berkat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi kedua orang tua Saeful sudah bisa terlepas dari beban untuk biaya pengobatan. Amah pun memaparkan rasa syukurnya atas bantuan ini. ”Alhamdulillah, dari Yayasan Buddha Tzu Chi, banyak terima kasih. Ibu, juga Bapanya udah ga bisa apa-apa lagi. Terima kasih, ga bisa ngasih imbalan,” ungkapnya. Dengan keadaanya yang seperti ini tidak membuat Saeful menjadi rendah diri. Meskipun ada yang berbeda dengan fisiknya namun hal itu bukan suatu kendala baginya untuk tetap bisa berbaur dengan masyarakat dan teman-temannya. Saeful pun merasa menjadi lebih baik setelah menjalani amputasi. Senada dengan Ibunya, rasa syukur pun ia ungkapkan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi. ”Buat Yayasan yang ngebantu aku terima kasih atas bantuannya,” ungkapnya.
Ket : - Dengan menggunakan kaki palsu, Saeful yang tidak pernah minder dengan kondisinya tersebut, kini semakin bersemangat kembali ke sekolah untuk menggapai cita-citanya. (kiri). Hubungan Saeful dengan teman-teman di sekolahnya sangat harmonis. Menuntut ilmu dengan keadaan fisiknya yang berbeda dengan teman-temannya tidak pernah dijadikannya sebagai beban pikiran. Di sekolahnya pun Saeful dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Seni rupa merupakan pelajaran yang paling digemarinya, dengan pembuktian pada pelajaran yang satu ini Saeful mendapatkan nilai yang tinggi dibandingkan pelajaran yang lainnya. Selain itu, diwaktu luangnya Saeful sering menghabiskan waktunya dengan kegiatan menggambar, yang tak lain merupakan kegemarannya. Kesempatannya untuk menekuni dunia seni sudah diperdalam sejak dini, dan Saeful pun begitu menikmati kegemarannya yang selalu ditekuni dengan cara otodidak. Kegemarannya ini pula yang dijadikan salah satu motivasi oleh Amah kepada Saeful. Amah mendukungnya dan memeberi masukan agar Saeful menjadi seorang pelukis. Perbedaan fisik tidak menyurutkan diri Saeful untuk tetap bersemangat. Ditambah lagi kasih sayang dari kedua orangtuanya dan relawan Tzu Chi yang selalu memberikan dukungan moril dalam setiap kegiatan kunjungan kasih, membuat Saeful yang meskipun menggunakan kaki palsu, tetap memiliki semangat untuk menggapai cita-citanya. Terlepas dari penyakit tumor dan tidak ada keluhan sakit pada kakinya, Saeful pun bisa berkonsentrasi kembali dengan lebih optimal untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu sekolah. | |||
Artikel Terkait
Peringatan 49 Tahun Tzu Chi
13 Mei 2015 Kebaktian ini sendiri merupakan pelimpahan jasa dari rasa terima kasih kepada para donatur yang telah membantu Master Cheng Yen dalam mendirikan Tzu Chi.Juara 1 (Artikel): Hidup Adalah Belajar
27 November 2014 "Hidup ini ibarat tangga, setiap rintangan yang saya lalui berarti saya naik kelas. Apabila ketika menghadapi rintangan, saya menolak dan benci, berarti saya gak naik kelas. Kalau saya bisa minta maaf sama dia berarti saya naik kelas," ungkapnya. Terkadang sebagai relawan, tentunya ada perasaan bosan dengan rutinitas kegiatan Tzu Chi, namun meskipun kegiatannya sama, pasti ada hal baru yang dapat dipelajari.Lebih Sadar untuk Melakukan Deteksi Dini
15 Maret 2023Semua perempuan wajib tahu tentang dan bagaimana mempraktikkan Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dengan benar dan teratur. Itulah misi Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang datang ke Sekolah Tzu Chi Indonesia, memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara.