Keteguhan dalam Menapaki Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Abdul Rahim, Calvin, Vincent (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)


Jumat, 22 Februari 2018, relawan Tanjung Balai Karimun bersama-sama mendengarkan sharing dari Haryo Suparmun tentang perjalanannya di Tzu Chi.

Jumat, 22 Februari 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menerima kehadiran Haryo Suparmun, relawan Tzu Chi Jakarta. Sebenarnya kedatangan kali ini adalah dalam rangka perjalanan kerja, mengetahui hal tersebut, relawan pun menggunakan kesempatan itu untuk mengajak Haryo berbagi pengalaman di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun di sela waktu istirahatnya. Sekitar pada pukul 19.30 WIB, sebanyak 43 orang relawan sudah mulai memadati ruangan kegiatan.


Haryo Supamun menjawab pertanyaan dari relawan Tanjung Balai Karimun dengan atraktif dan mudah dipahami.

“Di Tzu Chi sebenarnya kita berjalan di Jalan Bodhisatwa. Untuk bisa berjalan di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi, pastinya harus ada jodoh,” ucap Haryo Suparmun mengawali kegiatan.

Jalinan Jodoh yang Semakin Erat

Jalinan jodoh Haryo Suparmun terjalin semakin erat hingga saat ini, membuat relawan ingin mengetahui cerita selengkapnya.

Haryo bercerita bahwa sebelum menjadi seorang relawan Tzu Chi, ia mulai menjadi donatur Tzu Chi pada tahun 1998, dengan ajakan salah satu relawan yang juga tetangganya. Tetapi jodohnya dengan Tzu Chi sempat terhenti selama hampir 12 tahun karena kehilangan kontak dengan relawan yang mengajaknya menjadi donatur dan ditambah lagi dengan kesibukannya dalam menyelesaikan pendidikan S3.


Dwi Hariyanto merasa sangat termotivasi dengan sharing dari Haryo Suparmun.

Pada tahun 2010, ia pun bertemu lagi dengan salah satu relawan Jakarta yang bernama Fera. Ia diajak kembali untuk menjadi donatur. Namuan jalinan jodoh yang terjalin kembali ini tidak membuatnya benar-benar tahu akan Tzu Chi.

Haryo baru mulai lebih mengenal Tzu Chi itu saat menjadi auditor untuk Tzu Chi. Sebagai auditor, ia tentu harus mencari tahu dulu tentang clientnya. Setelah itu, ia merasa Tzu Chi adalah wadah yang dicarinya selama ini. Sejak saat itu ia menjadi relawan.

Waktu Bukan Hambatan

Usai mendengar bagaimana pengalaman Haryo, banyak relawan yang penasaran akan bagaimana Haryo bisa membagi waktu di tengah kesibukannya. Haryo mengatakan bahwa sejujurnya, ia tidak mempunyai waktu untuk berkegiatan Tzu Chi. “Tapi setelah diatur-atur bisa juga. Makanya kerja di Tzu Chi jangan takut banyaknya tanggung jawab karena pasti banyak relawan yang membantu,” kata Haryo. Ia pun mengaku bahwa mempunyai kebiasaan ketika mengerjakan sesuatu, ia akan mengerjakannya sampai selesai. “Jadi tidak pernah saya berhenti di tengah jalan, mudah-mudahan di Tzu Chi juga seperti itu,” lanjut Haryo.


Paulina rela membatalkan pertemuan dengan teman demi mendengarkan sharing dari Haryo Suparmun.

Dwi Haryanto, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun sepakat dengan apa kata Haryo. Ia tak menampik bahwa waktu selalu menjadi kendala, tetapi selama ini yang ia mencoba memprioritaskan Tzu Chi. “Jadi kalau di wihara kita bisa tukar-tukar sama teman, tapi kalau di Tzu Chi sedang membutuhkan, kita atur waktu supaya kegiatan lainnya itu ada yang menggantikannya,” ungkap Dwi Hariyanto dalam membagikan waktu untuk kegiatan Tzu Chi. Ia pun mendapatkan banyak motivasi setelah mendengarkan sharing ini. “Untuk kita melangkah ke depan, tidak perlu kita menjadi sempurna dulu. Semakin lama kita mau melangkah maka kesempurnaan itu akan datang kepada kita,” kalimat yang memotivasi Dwi Hariyanto.

Inspirasi dari Sesama Relawan

Paulina (17), relawan dari kelas budi pekerti Tzu Shao begitu antusias pada kegiatan kali ini. Ia rela membatalkan ajakan teman demi mendengarkan sharing dari Haryo Suparmun relawan dari Jakarta. Ia sebelumnya juga sudah mendengar bahwa dalam hal pendidikan, Haryo sangat luar biasa sehingga membuatnya lebih ingin mendengarkan sharing. Ia berharap apa yang disharingkan relawan senior tersebut bisa menjadi acuannya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya. “Karena saya nantinya mau naik ke jenjang perkuliahan jadi harus berjuang gitu, melihat Haryo Shibo (panggilan ke relawan yang lebih tua) yang banyak gelarnya itu, membuat saya pun jadi kepingin,” ungkapnya


Sebanyak 43 orang relawan Tanjung Balai Karimun yang antusias untuk mendengarkan sharing relawan dari Jakarta ini.

Paulina juga mendapatkan motivasi pada kegiatan kali ini. “Walaupun hidup ini ada penderitaan, tetap jalani saja. Apa pun jalannya, harus kita jalani. Tapi, kita harus sesuai dengan sila Tzu Chi,” ucapnya.

Haryo Suparmun (57) merasa potensi relawan Karimun sangatlah bagus dan kompak. Ia juga merasa keinginan relawan Karimun dalam belajar juga sangat luar biasa. “Para relawan harus lebih banyak belajar karena belajar dalam arti mendalami Dharma Master Cheng Yen. Karena hanya dengan mendalami Dharma lah, kita baru bisa merasakan manfaat untuk diri kita sendiri. Jangan sampai kita berpikir hanya membuang waktu untuk mengikuti kegiatan, itu suatu pikiran yang keliru. Justru dengan ikut berkegiatan dan terlibat, sebetulnya kita yang mendapatkan manfaatnya. Supaya bisa merasakan itu, maka Dharma Master harus benar-benar didalami,” ucap Haryo memotivasi relawan Karimun.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Keteguhan dalam Menapaki Jalan Bodhisatwa

Keteguhan dalam Menapaki Jalan Bodhisatwa

28 Februari 2019

Perjalanan Haryo Suparmun ke Tanjung Balai Karimun tidak hanya berisi kesibukan dengan pekerjaannya semata. Relawan komite di Tzu Chi Jakarta ini juga menyempatkan diri berbagi inspirasi dan motivasi tentang perjalanannya mengenal dan menjadi relawan Tzu Chi kepara relawan Tanjung Balai Karimun.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -