Ketika Benih Cinta Kasih bersemi

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto


 

fotoNixon merasa tenang dan nyaman karena dirinya selalu didampingi oleh relawan pendamping selama menjalani pengobatan di RSCM Jakarta.

Kehidupan manusia tiada yang sempurna, orang bijak mengumpamakan kehidupan sebagai putaran roda, terkadang berada di atas dan suatu saat berada di bawah. Saat berada di atas, kita harus bisa memandang ke bawah untuk mensyukuri berkah yang kita miliki dan ketika berada di bawah, kita harus memandang ke atas agar termotivasi untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Banyak orang ketika mengalami keterpurukan dan cobaan hidup membutuhkan uluran tangan orang lain untuk bisa bangkit.

 

Bagi mereka  yang mampu, sebuah kewajiban untuk bisa membantu sesama. Ketika mereka yang mendapat pertolongan merasakan syukur karena telah dibantu dan bisa memulihkan kehidupannya, maka ia akan menjadi sebuah “kekuatan” untuk bisa menolong orang lain. Bisa dibayangkan, betapa besar kekuatannya jika setiap hari semakin bertambah orang-orang yang peduli sesama. Efeknya sangat dahsyat, kebajikan yang menular dari satu keluarga bisa berkembang ke tetangga, komunitas, kelompok, suku, bangsa, negara, dan akhirnya dunia. Alangkah indahnya kehidupan jika kita bisa menjadi bagian yang menciptakan berkah itu.

Secercah Pelita dalam Hati
Pada siang itu, saya berjanji bertemu dengan seorang relawan pendamping pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) , Ong Hok Cun atau biasa disapa Acun. Rencananya kami berniat mengunjungi seorang pasien penderita kanker tulang  yang berasal dari Kota Batam, Kepulauan Riau. Waktu menunjukkan jam 10 siang saat saya dan Acun tiba di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Blok B 3, tempat keluarga Nixon tinggal. Sesampainya di depan pintu, kami disambut oleh Siti Suarni Harahap, istri Nixon.

Dari luar terlihat Nixon dengan perlahan-lahan bangun dari ranjang dan berpindah menuju ke kursi roda, kaki kanannya yang sedang dibalut perban disangga dengan menggunakan sebuah tongkat sehingga ia dapat duduk dengan nyaman. Sambil mendorong kursi roda, ia menyapa kami dengan ramah.

“Sekarang ini Nixon menunggu saat untuk menjalani kemoterapi,” jelas Acun. Pengobatan yang harus dilakukan oleh Nixon ialah menjalani kemoterapi sebanyak 6 siklus. Pelaksanaan terapi 1 siklus memakan waktu kira-kira 3 minggu, jadi kalau ditotal lamanya terapi yang harus dijalani adalah lebih kurang 6 bulan. “Setiap kali kemoterapi, Nixon harus menjalani  pemeriksaan darah, karena setiap kali menjalani kemoterapi, sel darah dalam tubuh Nixon akan selalu berubah, ”sambung Acun.

Nixon sendiri merasa senang pengobatan dirinya telah dibantu Tzu Chi. Sebelumnya ia selalu mengalami kendala keuangan dalam menyembuhkan penyakitnya. Kini ia dapat dengan tenang menjalani pengobatannya. Hanya satu yang masih mengganjal di pikirannya, yakni Graceyka Rahel (4) dan Sydney Luke(1), kedua anaknya yang saat ini sedang diasuh oleh orangtuanya di Sumatra. ”Kalau di Batam, tidak ada yang menjaga karena kami tidak memiliki sanak saudara di Batam, jadi kami titipkan anak-anak kami ke ibu saya yang tinggal di Padang Sidempuan, Sumatra Utara,” jelas Nixon. Mengingat kedua anaknya, membuat Nixon kembali teringat kisahnya ketika ia menderita penyakit dan terombang-ambing kebingungan dalam menyembuhkan penyakitnya. Pertemuannya dengan Yayasan Buddha Tzu Chi ibarat secercah pelita yang memberikan kehangatan dan ketenangan dalam dirinya.

foto  foto

Keterangan :

  • Melihat ketulusan para relawan tanpa memandang agama, ras, dan suku bangsa membuat Nixon tersentuh. Bahkan istrinya, Siti Suarni Harahap pun ingin menjadi relawan karena melihat keteladanan para relawan. (kiri)
  • Selama menjalani pengobatan di Jakarta, Nixon dan istrinya tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. (kanan)

Terbentuknya Jalinan Jodoh.
Pada tahun 2005, rasa nyeri dan ngilu di kaki kanannya sudah dirasakan oleh Nixon yang saat itu bekerja sebagai buruh di galangan kapal. ”Awalnya hanya nyeri-nyeri biasa, terus hilang lagi…,” ucap Nixon. Menjelang tahun 2009, rasa nyeri di kakinya semakin bertambah dan tumbuh benjolan-benjolan kecil. ”Saat itu tumbuh benjolan-benjolan kecil dan kalo dipegang rasanya sakit. Lalu rasa nyeri dan ngilu di kaki semakin sering timbul dan terasa sakit hingga ke tulang,” jelas Nixon. Karena penyakit yang dideritanya, Nixon harus mencari pekerjaan baru untuk menafkahi keluarganya. Ia pun bekerja sebagai seorang sales motor. ”Ini pun hanya bertahan selama 7 bulan, mengingat tubuh saya yang sudah sakit,” jawabnya.

Untuk menyembuhkan benjolan di kaki kanannya, Nixon pun mencoba pergi ke tukang urut, tetapi setelah mengurut beberapa kali, dirinya tak kunjung sembuh. Ia pun mencoba berkonsultasi ke dokter Ortopedi. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyarankannya untuk melakukan operasi, tetapi karena untuk operasi membutuhkan biaya yang besar maka Nixon pun menundanya. Nixon juga mencoba untuk menjalani pengobatan alternatif. “Saya mencoba pengobatan alternative, setiap kali berobat dikenakan biaya Rp 100.000. Tetapi setelah 4 kali pergi, ternyata tidak ada perubahan maka saya tidak lagi berobat,” jelas Nixon.

Mengingat benjolan di kakinya semakin membesar, Nixon pun kembali melakukan konsultasi ke dokter yang lain. Ia menjalani pemeriksaan darah dan di-rontgen. ”Dari kedua hasil tersebut, dokter mengatakan bahwa kaki saya terkena Neo-Plasma. Kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus tanpa batas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh dan kemungkinan ini adalah tumor,” jelas Nixon. Nixon merasa kaget, tetapi karena faktor biaya akhirnya ia menunda untuk berobat hingga dua tahun lamanya.

Kemudian Nixon mendapat info dari temannya bahwa ada seorang dokter orthopedi yang cukup terkenal di Rumah Sakit Awal Bros, Batam. Nixon pun mencoba berobat ke sana dan bertemu dengan dokter Suluh B. Fizuhri. Setelah menjalani pemeriksaan, dr. Suluh mengatakan bahwa dari diagnosis awal kemungkinan adalah kanker tulang. ”Bapak tidak usah putus asa, harus kuat. Solusi untuk penyakit Anda adalah harus dioperasi untuk diangkat tumornya. Bila tidak, ada sebuah yayasan yang suka membantu orang-orang tidak mampu, namanya Yayasan Buddha Tzu Chi,” ucap dokter Suluh. Dari sinilah jalinan jodoh baik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi mulai terjalin.

“Istri Saya Malah Kepengen Jadi Relawan”
“Pertama kali saya mendengar nama ’Yayasan Buddha Tzu Chi’, saya merasa ragu sebab ini Yayasan Buddha, sedangkan saya sendiri beragama Kristen,” ungkap Nixon.  Selama proses pengajuan permohonan bantuan, proses survei hingga adanya persetujuan untuk diberikan bantuan dan berangkat ke Jakarta, dalam hati Nixon terus berkecamuk rasa ragu.

Hari senin, tanggal 6 Juni 2011, Nixon dan istrinya, Siti Suarni Harahap tiba di Jakarta dan tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng untuk menjalani pengobatan di Jakarta. Dengan ditemani istrinya, Nixon berangkat ke RSCM Jakarta untuk berobat. Di sana Nixon bertemu Acun. Selama menjalani pengobatan, Nixon harus menjalani rawat inap di RSCM lebih kurang satu bulan lamanya. Di saat suka maupun duka, relawan selalu mendampingi Nixon, menghibur dan menyemangatinya untuk tetap bersemangat.

Tanggal 27 Juli 2011, Nixon harus menjalani operasi pengangkatan tulang, dimana tulang kaki yang telah terinfeksi tumor harus disinari oleh sinar radiasi atom di Badan Tenaga Atom Nasional, Serpong untuk membersihkan sel-sel kanker yang ada dan pengangkatan tumor yang ada di kaki kanannya. Pada tanggal 28 Juli 2011, Nixon menjalani operasi yang kedua untuk penanaman kembali tulang kaki yang telah disinari sinar atom. “Nixon boleh dibilang cukup beruntung, karena setelah menjalani CT Scan Torax tidak terdapat gejala tumor menjalar ke paru-paru dan setelah di-Echo jantungnya, ternyata sehat-sehat saja,” jelas Acun.

“Tadinya saya takut, setelah diobati saya harus masuk menjadi penganut Buddha, tetapi selama saya di rawat di sini (RSCM), relawan Tzu Chi yang mendamping pasien di RSCM tidak pernah membahas mengenai agama Buddha,” ucap Nixon. Selama tinggal di Rusun Cinta Kasih, Cengkareng, Nixon melihat secara langsung bagaimana para relawan memperlakukan pasien dari daerah yang datang berobat ke Jakarta. Rasa persaudaraan yang kental antar relawan dan pasien mulai mencairkan hati Nixon yang semula terus mencurigai Tzu Chi. ”Selama di RSCM, saya melihat Ibu Sofia sebagai seorang muslim yang taat. Meskipun ia telah lama berkecimpung di dunia Tzu Chi, tetapi ia tetap taat menjalankan salat. Melihat ketulusan para relawan tanpa memandang agama, ras, dan suku bangsa membuat saya tersentuh. Bahkan istri saya bilang, ia juga ingin jadi relawan karena melihat teladan para relawan,” Sambung Nixon, dengan senyum sumringah dan penuh yakin bahwa esok pasti akan lebih baik.

 

 

Artikel Terkait

Akhir Tahun Ajaran yang Menyenangkan

Akhir Tahun Ajaran yang Menyenangkan

30 Mei 2017
Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan di akhir tahun pelajaran 2016/2017 pada Minggu, 28 Mei 2017. Berbeda dari kelas sebelumnya, kali ini siswa tidak menerima penyampaian materi melainkan hanya berbagi kisah sesama siswa.
Setiap Orang Adalah Zhen Shan Mei

Setiap Orang Adalah Zhen Shan Mei

04 Mei 2018
Setiap kegiatan Tzu Chi yang dilakukan saat ini adalah sejarah di masa yang akan datang. Agar peristiwa bersejarah tersebut tidak lekang oleh waktu maka perlu adanya relawan yang mendokumentasikannya, di Tzu Chi relawan ini kerap dipanggil relawan Zhen Shan Mei
Sosialisasi Smartphone JournalismSosialisasi Smartphone Journalism
Tzu Chi Bandung Bersama Korps Paskhas AU Bagikan 1000 Paket Sembako.

Tzu Chi Bandung Bersama Korps Paskhas AU Bagikan 1000 Paket Sembako.

02 Juli 2020
Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung bersama Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara menggelar pembagian paket sembako (simbolis) bagi warga binaan di wilayah KorpsPaskhasau di Lanud Sulaiman, Bandung. Acara tersebut berlangsung di Markas Komando Korps Pasukan Khas. Jl. Hercules II, Komplek Pangkalan Udara Sulaiman, Kec. Katapang, Bandung.  
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -