Ketika Rombongan Jemaat GKI Kranggan Berkunjung ke Tzu Chi Center

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Antusiasme jemaat GKI Kranggan menyimak penjelasan Willy.

Terjawab sudah rasa penasaran Novita, penatua di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kranggan, Bekasi tentang Tzu Chi setelah berkunjung ke Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada Sabtu, 25 Mei 2024 yang lalu. Ia datang bersama 49 orang lainnya yang merupakan komunitas di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kranggan.

“Saat melihat dari DAAI TV itu luar biasa pelayanannya. Jadi penasaran pengen ke sini. Jadi di GKI ini ada komisi kesaksian dan pelayanan, nah punya program Hari Bumi agar makin peduli pada bumi. Nah ke mana ya sekarang ini? akhirnya kami memutuskan untuk ke Tzu Chi karena punya depo pelestarian lingkungan,” kata Novita.

Novita mengaku salut dengan kiprah Tzu Chi Indonesia yang ternyata sudah banyak sekali.

GKI Kranggan punya program pelestarian lingkungan yang sudah berlangsung sejak bertahun-tahun yang lalu. Para jemaat juga sudah terbiasa memisahkan jenis sampah. Sampah yang bisa didaur ulang lalu dikumpulkan dan dibawa ke pengelolaan sampah seperti depo.

Sebelum berkunjung ke Depo Pelestarian Lingkungan PIK untuk study tour, ke-50 jemaat dari GKI Kranggan ini diajak berkeliling Aula Jing Si guna melihat poster-poster super besar di ruang Exibition Hall yang menceritakan sejarah Tzu Chi hingga bisa berkembang di Indonesia. Auditorium yang berada di lantai empat yang merupakan ruangan terbesar di Tzu Chi Centre membuat para tamu ini terpukau akan keindahannya.

“Tzu Chi yang saya lihat itu tidak membeda-bedakan, merangkul semua tanpa pilih-pilih. Dan mereka sangat menggunakan hati dalam melayani, itu yang saya lihat. Hasilnya pun banyak, buktinya banyak. Jadi itu yang mebuat saya oh bisa ya sebesar ini memberikan hati untuk melayani.” Novita terkesan.

Willy merasa sangat respect dengan jemaat GKI Kranggan yang sangat cinta lingkungan seperti yang sangat digaungkan di Tzu Chi.

Ada satu yang menarik perhatian para jemaat GKI Kranggan, yang mana kunjungan mereka ke Tzu Chi Center ini di-handle oleh sekumpulan anak muda. Anak muda yang dimaksud adalah muda-mudi Tzu Chi atau yang biasa disebut Tzu Ching, yang kali ini tanpa didampingi relawan Tzu Chi yang sudah senior.

Adalah Willy Fransidy, relawan yang mengkoordinir kunjungan kali ini. Willy telah menjadi anggota Tzu Ching selama lima tahun, dan baru lima bulan ini berganti seragam relawan berwarna Abu-abu di komunitas relawan He Qi Utara 2. Pada kunjungan ini, Willy memberikan penjelasan saat tur Aula Jing Si, hingga menjelaskan proses pemilahan barang daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan PIK.

“Kebetulan apa yang saya sampaikan ya yang saya ketahui, mungkin belum banyak (fasih), tapi sedikit banyak karena sering ikut orang tua juga, dan juga aktif di Tzu Ching,” kata Willy.

Jemaat GKI Kranggan sangat senang akhirnya dapat berkunjung ke Tzu Chi Center.

Willy mengaku sangat respect dengan jemaat GKI Kranggan yang punya concern mendalam terkait upaya pelestarian lingkungan. Ini sangat sejalan dengan Tzu Chi.

“Yang paling penting, saat saya sharing, para tamu bisa mendapatkan sesuatu dan bisa menerapkannya. Artinya saya bisa bermanfaat untuk orang lain,” pungkasnya.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Menyambut HUT Tzu Chi Indonesia Dengan Cara yang Berbeda

Menyambut HUT Tzu Chi Indonesia Dengan Cara yang Berbeda

19 September 2022

Dalam rangka memperingati hari Tzu Chi Indonesia yang jatuh pada bulan September 2022, 380 relawan dari seluruh komunitas di Jakarta dan Tangerang beserta staf badan misi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan DAAI TV melaksanakan kegiatan bersih-bersih Aula Jing Si.

Open House Aula Jing Si

Open House Aula Jing Si

06 Mei 2013 Di bulan Mei, relawan Tzu Chi juga merayakan tiga hari besar: Waisak, Hari Ibu International, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Para relawan Tzu Chi juga mulai mempersiapkan berbagai cara untuk mensosialisasikan acara ini kepada masyarakat umum.
Kisah Si Kura-kura dan Si Ayam

Kisah Si Kura-kura dan Si Ayam

23 Maret 2015 Sindhu berbagi cerita singkat mengenai Kura-kura dan Ayam yang ia kutip dari khotbah salah satu pendeta di gerejanya. “Kura-kura kalau bertelur, dia nggak banyak suara. Beda sama Ayam. Kalau ayam, bertelur cuma satu juga sudah berisik minta ampun. Nah, Tzu Chi itu seperti Kura-kura," ucap Sindhu.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -