Farabi mendapat kesempatan belajar menjadi cameraman DAAI TV.
Rasa ingin tahu Farabi tentang Tzu Chi akhirnya terjawab setelah berkunjung ke Tzu Chi Center bersama 142 temannya dari MAN Insan Cendekia Serpong (26/9/2003). Sebelumnya Farabi dibuat penasaran ketika bepergian ke area Pantai Indah Kapuk melewati sebuah bangunan ikonik bertuliskan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ia pun langsung mencari informasi di Google dan menyimpulkan bahwa Tzu Chi adalah yayasan yang memiliki sekolah. Rupanya setelah berkunjung langsung, ia pun jadi tahu bahwa Tzu Chi lebih dari itu.
“Ternyata Tzu Chi itu yayasan kemanusiaan, bukan keagamaan yang mulanya didirikan di Taiwan dan sudah menyebar ke beberapa negara dan salah satunya di Indonesia. Misi-misinya ada di pendidikan, kesehatan, amal dan budaya humanis,” kata Farabi.
Kunjungan 143 murid yang didampingi 15 guru ini terkait dengan Kurikulum Merdeka yang sudah dua tahun ini diselenggarakan oleh MAN Insan Cendekia. Dalam kurikulum tersebut mengharuskan murid-murid menyelenggarakan project. Kebetulan siswa-siswi kelas 10 ini sedang melaksanakan project-nya terkait menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan.
“Kalau Tzu Chi kan sudah terkenal sebagai sebuah yayasan yang juga slalah satu concern-nya adalah di lingkungan. Jadi kami mencoba memberikan kesadaran kepada anak-anak bagaimana seharusnya mereka bersikap untuk merawat bumi. Karena project-nya memang mengubah sikap merawat bumi,” ujar Eneng Uswatun Hasanah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum.
Robert, relawan Tzu Chi menerima cindera mata dari MAN Insan Cendekia yang diberikan oleh Eneng Uswatun Hasanah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MAN Insan Cendekia Serpong.
Dalam kunjungan ini, Robert, relawan Tzu Chi memaparkan tentang seluk beluk Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Ia juga menceritakan awal mula Misi Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi yakni ketika para hadirin di sebuah SMA kota Taichung, Taiwan mendengar langsung ceramah Master Cheng Yen tentang makna kehidupan yang penuh berkah dengan melakukan kegiatan daur ulang sampah di Agustus 1990. Ketika mendapat tepuk tangan meriah, Master Cheng Yen mengimbau agar tangan yang dipakai untuk bertepuk tangan itu akan lebih berguna jika dipakai untuk memilah barang daur ulang. Sejak itu, beberapa relawan mulai merintis kegiatan daur ulang yang hasilnya kemudian disumbangkan untuk kegiatan kemanusiaan.
Bagi Eneng, yang membuat ia, juga para guru dan murid-murid senang dan begitu menghayati kunjungan ini adalah betapa ramahnya para relawan Tzu Chi. Bonus lainnya dari kunjungan ini adalah murid-muridnya terinspirasi dengan begitu banyaknya aksi kemanusiaan yang telah Tzu Chi Indonesia lakukan selama 30 tahun hadir di Indonesia.
“Banyak hal yang Tzu Chi lakukan terutama dalam hal penanaman cinta kasih kepada semua orang itu saya sangat wah sekali, luar biasa.” Tambah Eneng.
Angela memandu para murid dan guru mengikuti tur Aula Jing Si.
Angela, relawan Tzu Chi yang turut memandu para murid dan guru berkenalan dengan Tzu Chi lebih dalam melalui tur Aula Jing Si juga merasa senang sekali. Apalagi para siswa sangat sopan, juga antusias.
“Pandemi ini kan telah berlalu, lebih dari dua tahun tak ada kunjungan yang seramai ini. Jadi saya sangat senang karena mulai ramai lagi dengan datangnya tamu-tamu dari luar ingin mengetahui Tzu Chi langsung. Kami, dari relawan berharap anak-anak menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan bagaimana sejak dini kita melatih diri kita berbagi untuk sesama,” kata Angela.
Mika Wulan dari DAAI TV menjelaskan tentang konsistensi DAAI TV menyiarkan hal-hal baik, yang edukatif juga inspiratif.
Dalam kunjungan ini siswa-siswi juga diajak ke studio mini DAAI TV guna melihat proses produksi berita. Mika Wulan dari DAAI TV menjelaskan bahwa DAAI TV konsisten menyiarkan hal-hal baik, yang edukatif juga inspiratif dengan menjaga pedoman kebenaran, kebajikan, dan keindahan. DAAI TV merupakan bagian dari Misi Budaya Humanis Tzu Chi yang dibangun oleh Master Cheng Yen untuk membuat dunia yang lebih baik yang diwujudkan dengan menabur benih cinta ke seluruh dunia.
Siswa-siswi senang menerima celengan bambu Tzu Chi.
Selain itu siswa-siswi juga para guru diberikan Celengan Bambu Tzu Chi. Mereka sangat senang karena memang konsep bersedekah sangat dekat dengan kehidupan mereka. Dengan memiliki celengan bambu dari Tzu Chi ini pun media membantu orang lain jadi lebih luas.
“Yang jelas saya bakalan coba menyisihkan uang jajan sih. Karena kan pasti ada uang kembalian atau uang koin yang bisa banget disisihkan. Dan tujuannya memang baik, saya sangat suka melakukannya, simple tapi bisa berguna.” Kata Farabi.
Editor: Metta Wulandari