Ketulusan Hati Seorang Pengajar
Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Cindy Kusuma
|
| ||
Melihat keadaan ini, hati para insan Tzu Chi Indonesia tergerak dengan rasa belas kasih. Di tahun 2004, Tzu Chi khusus membangun sebuah pemukiman yang lebih layak dan manusiawi bagi mereka. Pemukiman tersebut kelak disebut Perumahan Cinta Kasih Muara Angke. Setahun berselang sejak mulai pembangunan, di tahun 2005, Tzu Chi merelokasi ratusan keluarga nelayan tersebut ke Perumahan Cinta Kasih Muara Angke. Sejak saat itu, kehidupan mereka telah diubahkan. Pemberian bantuan Tzu Chi kepada masyarakat yang kurang beruntung memegang prinsip “menentramkan raga, menentramkan hati, memulihkan kehidupan”. Kepedulian Tzu Chi tidak hanya diwujudkan dalam barang yang berwujud secara fisik, namun juga perhatian kepada ketenteraman batin dan pembangunan “perangkat lunak” melalui pendidikan dan budaya humanis. Djuharti adalah salah satu warga Kali Adem yang direlokasi ke Perumahan Cinta Kasih. Meski Djuharti tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau kondisi ekonomi yang memadai, ia mempunyai hati yang penuh dengan welas asih. Djuharti yang oleh warga setempat akrab dipanggil dengan sebutan Ibu Uci adalah pencetus serta koordinator kelas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Perumahan Cinta Kasih Muara Angke. PAUD adalah kelas gratis bagi anak-anak yang berusia sekitar 3-5 tahun. Tak ubahnya kelompok belajar, di PAUD Muara Angke, anak-anak bernyanyi, berhitung, membaca, bahkan Bahasa Mandarin.
Keterangan :
PAUD Muara Angke Pengelola Perumahan Cinta Kasih menyediakan dua ruang kelas untuk kegiatan PAUD. Uci pun giat menghidupkan kelas ini. Ia bahkan menganggap mengajar sebagai panggilan jiwanya. Bahan-bahan pengajaran seperti buku dan alat tulis ia dapatkan dari donatur atau dari depo pelestarian lingkungan Tzu Chi. Meski sangat sederhana, ia berusaha membuat kelas nampak semeriah mungkin agar anak-anak betah belajar. Uci juga membagi ladang berkah ini ke sesamanya. Ia mengajak anak-anak pengajian di lingkungannya untuk turut bersumbangsih. Salah satunya adalah Vivi Oktaviani, siswi kelas 10 SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Sama seperti Uci, Vivi juga mendapat kegembiraan dalam berinteraksi dengan anak kecil dan membantu sesamanya. Oleh sebab itu, Vivi bersedia menjadi relawan pengajar PAUD. “Mereka sama sekali gak dibayar. Karena ketulusan hati mereka, PAUD ini bisa berjalan,” kata Uci. Di sekolahnya, Vivi mendapat pelajaran budi pekerti dan budaya humanis khas Tzu Chi. Apa yang telah ia dapatkan, ia bagikan lagi ke adik-adiknya di kelas PAUD. Budi pekerti yang diajarkan amat sederhana, namun kaya akan nilai-nilai luhur, misalnya selalu berterimakasih, serta memberi salam dan menghormati yang lebih tua.
Keterangan :
“Mengajar anak kecil itu susah-susah gampang. Namanya anak kecil, susah diatur. Ada yang diam, ada yang nangis. Tapi semuanya saya jalani dengan hati senang,” ujar Vivi membagikan suka-dukanya dalam mengajar PAUD. Kunjungan Ibu Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Iriana dan Veronika langsung bergabung dengan pengajar dan murid-murid bertepuk tangan dan bernyanyi bersama. Sepasang ibu ini kemudian menyalami setiap anak dan memberikan paket mainan dan alat tulis kepada setiap anak. Tidak ada satupun anak yang terlewatkan. Kunjungan mendadak ini memberikan kesan tersendiri bagi Uci, relawan pengajar, murid-murid serta para orang tuanya. Terutama bagi Uci yang selama ini merasa kurang diperhatikan. “Seneng sekali (dikunjungi), dulu pemerintah sama sekali tidak peduli, bahkan oleh RW setempat pun, kami tidak pernah dikunjungi,” kata Uci senang berbalut kecewa. Kekuatan seorang diri tidak akan mampu melewati kesulitan, melainkan butuh kumpulan cinta kasih dari banyak orang. Selama ini, PAUD bisa bertahan karena cinta kasih dari para donatur dan relawan pengajar, tidak ketinggalan dari sumbangsih Uci sendiri. Tanpa sumbangsih Uci dan kawan-kawan, Perumahan Cinta Kasih Muara Angke akan kekurangan sebuah sentuhan budaya humanis khas Tzu Chi. Besar harapan Uci dan anak-anak sekitar untuk keberlangsungan PAUD ini. Semoga PAUD Muara Angke terus menjadi sarana bagi warga setempat untuk membina diri dan mendidik generasi muda ke arah yang lebih baik. | |||