Ketulusan yang Tak Mengenal Perbedaan
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
|
| ||
Lantunan “Nan Mo Ben Shi Shi Jia Mo Ni Fo” mengiringi relawan berjalan dan bersujud dengan penuh khidmat. Untuk melakukan Chao Shan dibutuhkan hati yang tulus, penuh keyakinan, dan semangat yang gigih. Chao Shan yang juga merupakan salah satu cara meditasi, juga dapat melatih konsentrasi dan mengikis kesombongan di dalam diri, “Chao Shan itu salah satu cara kita mengikis kesombongan, kalau kita tidak menggunakan hati, bisa tidak kita tunduk ke bawah? Nah ini sebenarnya sangat penting dalam pelatihan kita karena ini juga membina keyakinan kita, apakah kita sanggup atau tidak. Nah untuk itu kita juga yakin pada Buddha, ajaran Buddha, yakin juga kepada ajaran Master, juga yakin kepada Dhamma, kita harus mengangkat kegigihan, semangat kegigihan yang tidak takut akan kesulitan secara fisik maupun batin,” tutur Livia yang menjadi koordinator kegiatan ini. Walaupun kegiatan ini berasal dari agama Buddha, namun tak menimbulkan keraguan dari beberapa relawan yang menganut agama lain untuk ikut serta di dalamnya. Salah satu diantaranya adalah Desy Sinambari, relawan yang tergabung dalam barisan Tzu Ching ini tak ragu untuk mengikuti kegiatan ini. “Sebenernya Chao Shan itu kan ritual Buddhis ya, cuman saya ada dengar dari teman, Chao Shan itu salah satu ritual mengungkapkan rasa bersyukur. Sebenernya sama aja dengan agama-agama lain untuk mengungkapkan rasa bersyukur. kalau ditanya kenapa mau ikut? ya saya pengen tahu rasa bersyukurnya satu agama ini seperti apa. Sebetulnya sih semua agama itu sama, tujuannya sama, tidak ada perbedaan ataupun perselisihan antar agama, hanya cara jalannya saja yang berbeda,” ucapnya. Ia pun merasa tenang dan senang setelah mengikuti kegiatan ini, “Saya merasa tenang dan merasa yang seperti saya bilang tadi rasa bersyukur. Kebetulan saya Muslim, rasa bersyukur saya itu misalkan ketika selesai Sholat, saya merasa tenang dan dama, dan mungkin rasa syukur agama Buddhis itu ya caranya seperti ini dan juga merasa tenang dan damai,”tambahnya.
Keterangan :
Tak hanya relawan dari berbagai agama, relawan berbagai usia pun mengikuti kegiatan ini dengan penuh ketenangan. Mulai dari anak-anak, relawan muda, hingga relawan yang sudah berumur lanjut. Kellyn, adalah salah satu gadis kecil yang mengikuti kegiatan ini dengan penuh semangat. Ia merasa senang dan tak meresa lelah usai mengikuti Chao Shan yang diadakan pada Minggu pagi yang biasanya menjadi hari yang digemari anak-anak karena libur sekolah sehingga dapat menikmati tayangan kartun di televisi.
Keterangan :
Kellyn datang bersama dengan ayahnya, Rudi Santoso. Semangat Keyllin untuk mengikuti kegiatan ini ternyata berawal ketika ayahnya berlatih namaskara saat berada di rumah. Ia pun bertanya kepada ayahnya apa yang sedang dilakukan dan terus memperhatikan gerakan yang dilakukan sang ayah. Usai itu ia pun mengikuti gerakan tersebut, “Anak saya merasa senang juga dia ikut. Sehabis pulang kerja, saya latihan dan dia ikutin saya dari belakang. Istri saya bilang, ternyata Keyllin juga begitu, sehabis pulang sekolah dia belajar namaskara, ada waktu senggang juga belajar, jalan lalu sujud,” cerita ayah Kellyn. Ternyata semangat Keyllin untuk mengikuti Chao Shan pun melebihi semangat ayahnya, “Tadi pagi-pagi, jam 3 dia sudah bangunin saya, ‘papa bangun’, trus saya bilang, ‘ini terlalu pagi, tidur lagi’, saya suruh dia tidur lagi. Lalu dia tidur lagi, jam 4 lebih alarm saya bunyi dan baru saya bangunin dia. Lalu dia semangat mandi segala macam dan kita berdua datang ke sini,” cerita sang ayah dengan penuh semangat dan Kellyn pun mengatakan ingin ikut serta lagi jika diadakan lagi. Diakhir kegiatan, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei memberikan ucapan terima kasih kepada relawan yang sepenuh hati mengikuti ritual pagi itu. Ia pun berharap ritual tersebut dapat menenangkan hati setiap relawan dan mengajak semua relawan untuk berdoa agar peresmian Aula Jing Si, yang juga merupakan rumah seluruh insan Tzu Chi ini dapat berlangsung dengan baik. | |||
Artikel Terkait

Bergerak Menolong Warga Maumere dari Wabah DBD
02 April 2020Di tengah wabah Covid-19 yang menyebar saat ini, Kec. Maumere dan sekitarnya di Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur juga sedang menghadapi wabah, yaitu DBD. Relawan Tzu Chi Sinar Mas bergerak menyalurkan bantuan, melakukan pengasapan rumah warga, pemberian lotion anti nyamuk, dan sosialisasi pencegahan demam berdarah.
Dukungan Young Presidents' Organization Dalam Penanganan Covid-19
20 April 2020Dalam rangka membantu pencegahan dan penanggulangan wabah virus Corona (Covid-19) di Indonesia, Young Presidents' Organization Indonesia mendonasikan dana melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Tzu Ching Camp 2017: Kebaikan Berawal dari Kebahagiaan
24 Juli 2017Tzu Ching Camp 2017 digelar di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta, 22-23 Juli 2017. Kegiatan yang diikuti oleh 102 peserta dari Jakarta, Bandung, Tangerang, dan Biak ini akan mendidik serta memberikan pengalaman untuk menjadi generasi muda Tzu Chi.