Keunggulan dalam Perhatian yang Menyeluruh

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)


Training Relawan Pemerhati Rumah Sakit ke-8 dilaksanakan pada Minggu 4 April 2021 melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh 627 peserta.

Dari sisi bangunan, Tzu Chi Hospital yang terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara adalah sebuah gedung medis penyelamat kehidupan yang mengagumkan dan membawa harapan bagi masa depan. Namun, bagaimana agar orang-orang di dalamnya? Terutama bagi relawan pemerhati yang menjadi sesuatu yang baru dalam dunia medis di Indonesia. Apakah mereka dapat memiliki pemahaman yang lebih dalam terhadap semangat inti dari misi Kesehatan Tzu Chi.

Demi mendalami misi kesehatan dan memberikan pelayanan berbudaya humanis yang maksimal nantinya, relawan kembali mendapatkan training secara berkala. Training Relawan Pemerhati Rumah Sakit ke-8 dilaksanakan pada Minggu 4 April 2021 melalui aplikasi Zoom. Chien Sou-Hsin, Kepala Tzu Chi Hospital Taichung adalah salah satu pengisi training ini.

Dalam paparannya, Chien Sou-Hsin merasa misi kesehatan Tzu Chi selalu membuat orang tersentuh. “Saya juga terharu karena berkat misi kesehatan Tzu Chi, kami berkesempatan mengenal teman-teman dari Indonesia. Kami bertemu setiap Konferensi Tahunan TIMA, kadang juga bertemu saat diadakan bakti sosial kesehatan atau kegiatan di Indonesia. Saya sendiri sudah enam kali berkunjung ke Indonesia. Saya juga belajar banyak hal,” kata dokter spesialis bedah plastik, kepada 627 peserta training.

Chien Sou-Hsin menggambarkan Tzu Chi Hospital ibarat sebuah stupa permata yang muncul dari tanah, memandang masyarakat yang butuh bantuan dengan penuh perhatian. Keharuan dalam penggambaran bangunan seperti ini, sesungguhnya bukan hanya ada di Tzu Chi Hospital Taichung atau Tzu Chi Hosptal lainnya di Taiwan.

Eksterior Tzu Chi Hospital, Indonesia juga menggambarkan semangat yang demikian. Namun, yang terpenting adalah faktor-faktor di dalamnya, salah satunya adalah para relawan.


Chien Sou-Hsin, Kepala Tzu Chi Hospital Taichung merasa misi kesehatan Tzu Chi selalu membuat orang tersentuh.

Para relawan ada dimana-mana, membantu di setiap sudut rumah sakit. Sosok dan pendampingan mereka membuat banyak pasien yang datang ke sana tidak merasa asing, tidak merasa bingung, karena kapan pun dan dimana pun, ada para relawan yang terus memberi perhatian dengan seksama.

“Bahkan tanpa harus pasien membuka mulut, para relawan sudah tahu apa yang mereka butuhkan sehingga mereka dapat merasa tenang. Dengan demikian, di tempat ini, saraf simpatik kita juga tidak akan terlalu terangsang, tekanan darah dan detak jantung juga lebih stabil. Ini membuat pengobatan memiliki fondasi yang baik,” jelas Chien Sou-Hsin yang telah mengabdi Tzu Chi selama 32 tahun.

Chien Sou-Hsin sangat terharu ketika berkesempatan untuk pergi ke Indonesia. Di salah satu bakti sosial kesehatan di Indonesia, saat itu ada pembedahan. “Kami bekerja sama dengan para dokter, perawat dan para relawan untuk memungkinkan para pasien menjalani operasi. Tentu, ada klinik lainnya yang turut mendukung terlaksananya baksos tersebut,” kata Chien Sou-Hsin.

Chien Sou-Hsin juga melihat kemampuan kerja sama dan koordinasi tim di Indonesia sungguh mengagumkan. Mereka bukan hanya dapat menata ruangan sedemikian rupa, namun juga membuat ruangan menjadi ruang operasi.

“Kami menjalankan operasi di tempat tersebut. Pemandangan saat itu masih segar dalam ingatan kami. Kami menggendong anak kecil yang baru selesai dioperasi. Saat berada dalam gendongan, kami semakin merasakan bahwa pengobatan bukan hanya dilakukan di rumah sakit. Yang terpenting adalah kita harus keluar. Yang lebih penting lagi, kami harus memperhatikan golongan ekonomi lemah. Di Taiwan juga ada golongan ekonomi lemah.” kata Chien Sou-Hsin sangat memahami keseriusan tentang kesenjangan antara pasien di kota dengan di desa.

Chien Sou-Hsin sering secara rutin memimpin tim medis, staf rumah sakit untuk melakukan kunjungan kasih dalam memberikan pengobatan kepada pasien yang tinggal di tempat terpencil. Ini adalah usaha keras untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.


Chien Sou-Hsin sangat terharu ketika berkesempatan untuk pergi ke Indonesia dan ikut melakukan pembedahan di salah satu bakti sosial kesehatan di Indonesia.

Di Taiwan, cakupan asuransi kesehatan juga sudah sangat tinggi. Logikanya, sebagian besar penyakit bisa ditangani di rumah sakit. Namun, saat keluar ke lokasi baksos, mereka bisa melihat tempat-tempat yang membuat mereka lebih memahami bahwa sebagai praktisi medis. “Kita tidak boleh melupakan tekad awal kita, kepedulian kita, hubungan erat dengan pergerakan masyarakat dan motivasi kita. Semua ini masih terasa sangat kental dan dalam,” tutur Chien Sou-Hsin.

Melanjutkan ceritanya ketika di Indonesia, Chien Sou-Hsin menambahkan bukan hanya ruang operasi yang ditata sedemikian rupa dengan berbagai sarana, bahkan anestesi juga bisa dilakukan di sana dengan sangat aman, termasuk ruang pemulihan yang juga disiapkan dengan begitu teratur. Ada botol infus yang digantung di samping ranjang pasien.

“Lewat kerja sama para relawan di Indonesia, tempat tersebut tidak hanya dapat dijadikan ruang operasi, tetap juga bisa melenyapkan kerisauan pasien. Di tempat itu juga, ada kamar bagi pasien and keluarga pasien beristirahat, bahkan bermalam sebelum diantar kembali ke desa keesokan harinya. Merasakan perhatian yang begitu menyeluruh,” kenang Chien Sou-Hsin, masih merasakan kekompakkan para relawan di Indonesia, sungguh membuatnya kagum dan berkesan.

Walau perkembangan dunia medis kini sudah sangat maju, Chien Sou-Hsin menjelaskan bahwa yang terpenting adalah apakah ada perhatian yang cukup. Keunggulan selamanya berasal dari perikemanusiaan. Perhatian antar manusia sangatlah penting.

“Jika kita punya peralatan yang berkualitas dan canggih, peralatan ini juga tidak akan berfungsi maksimal, kecuali kita dapat membuatnya mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya. Ini bergantung pada manusia untuk terus berubah,” tambahnya Chien Sou-Hsin.

Chien Sou-Hsin menjelaskan pada abad ke-19, pengetahuan terbatas mengenai bakteri dan cara mengurang infeksi belum begitu kuat. Ketika dokter bedah melakukan operasi, mereka hanya memakai jas biasa, bukan pakaian ruang bedah.

“Ada hal yang tak akan dibiarkan terjadi di rumah sakit masa kini, adalah ada anggota keluarga pasien dalam ruang operasi, untuk menyaksikan kemajuan lintas zaman itu. Namun, bagi keluarga pasien, sesungguhnya ini adalah hal yang mengerikan,” jelas Chien Sou-Hsin. Sehingga para dokter harus berusaha agar kemajuan yang dicapai bukan hanya dari sisi teknologi, tetapi yang terpenting adalah meminimalisasi kekhawatiran pasien. Pasien juga harus tahu kenyataannya, tahu bagaimana proses operasi, dan tahu bagaimana proses pengobatannya. Dokter bisa membuat mereka paham, tetapi tidak perlu menempatkan keluarga pasien pada kondisi yang menakutkan hanya untuk membuatnya mungkin lebih paham dan semakin merasa tidak tenang.


Menerima berbagai kisah dan sharing dari Chien Sou-Hsin, Elly Wijaya, salah satu relawan komite Tzu Chi mendapat banyak sekali tambahan pengetahuan.

Sebaliknya, dengan kemajuan teknologi masa kini, dokter bisa menggunakan hasil rontgen atau PACS sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti kondisi penyakitnya dan bagaimana perkembangannya. Penanganan apa yang akan dokter berikan, sehingga mereka bisa turut berpartisipasi dalam proses itu. Kepatuhan obat pasien juga akan bertambah dan hasilnya akan lebih baik.

Para medis membutuhkan kebijaksanaan dan welas asih untuk dipadukan agar dapat mencapai hasil yang terbaik dalam pengobatan penyakit pasien. Butuh juga kegigihan dan keberanian untuk memikul tanggung jawab sebagai dokter dengan harapan pasein dan keluarganya dapat sehat dan kembali memiliki harapan.

Dalam dunia medis zaman sekarang, dokter sering meminta pasien menandatangani berbagai surat persetujuan lainnya. Kenyataannya perhatian selamanya lebih hangat, berperasaan dan efektif daripada surat persetujuan.

Menerima berbagai kisah dan sharing dari Chien Sou-Hsin, Elly Wijaya, salah satu relawan komite Tzu Chi mendapat banyak sekali tambahan pengetahuan. “Relawan pemerhati adalah jembatan antara medis dengan pasien ataupun keluarga pasien. Pendampingan dan perhatian terhadap pasien dan keluarga pasien harus dilakukan dengan penuh cinta kasih dan welas asih yang setara, tanpa ada perbedaan. Master Cheng Yen sering mengatakan rumah sakit adalah tempat pelatihan diri,” tuturnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Surawaty, “Pentingnya relawan pemerhati dalam memberikan penghibuaran, perhatian kepada pasien dan keluarga pasien agar dapat meringankan penderitaan,” ucapnya.

Pandemic Building Tzu Chi Hospital Indonesia


Dokter William menjelaskan bahwa ada tiga pemikiran dalam pembangunan ruang perawatan Covid-19, yakni keselamatan pasien, keselamatan lingkungan dan keselamatan tenaga kesehatan.

Ada beberapa pemikiran yang mendorong Tzu Chi Hospital mendirikan pandemic building. Seperti kita ketahui bersama bahwa sudah satu tahun Covid-19 menjadi pandemi. Tidak jarang, bisa kita dengar di berita bahwa rumah sakit di Indonesia mengalami kepenuhan, bahkan pasien itu membludak. Sehingga ada beberapa, mungkin saudara-saudara kita yang kesulitan untuk mendapatkan kamar rawat inap yang memenuhi stndard untuk protokol kesehatan yang baik. Oleh karena itu, Tzu Chi Hospital, Indonesia berusaha membangun sebuah harapan di tengah penderita yang ada.

Dokter William menjelaskan bahwa ada tiga pemikiran dalam pembangunan ruang rawat inap bagi penderita Covid-19, yakni: keselamatan pasien, keselamatan lingkungan, dan keselamatan tenaga kesehatan. Dengan mempertimbangkan tiga hal tersebut, gedung  perawatan Covid-19 adalah gedung yang terpisah yang dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap sehingga para pasien yang memang terdeteksi Covid-19 ataupun yang tidak terdeteksi Covid-19 tidak perlu ragu lagi karena pada kenyataannya akan menjalani pelayanan yang alurnya terpisah.

“Kami akan membuat sebuah protokol dengan alat medis yang terdepan dan terpercaya untuk memisahkan pasien sejak awal, apakah kondisi pasien tersebut yang berobat di gedung utama adalah pasien yang terduga ataupun tidak terduga Covid-19. Sehingga dengan alur terpisah, kita sama-sama bisa mendapatkan ketenangan batin,” kata Dokter William. “Kami juga mempertimbangkan bagaimana caranya untuk mendirikan pandemic building ini dengan tetap mempertimbangkan dan selaras dengan keselamatan lingkungan salah satunya dengan cara mempersiapkan desinfektan yang ramah lingkungan, yang memang sudah terbukti bahwa aman untuk digunakan bagi manusia atupun lingkungan,” imbuh Dokter William.

Konsep pandemic building ini juga menekankan konsep fresh air, udara yang bersih, difiltrasi, akan diberikan kepada pasien dengan harapan pasien yang mengalami radang paru-paru akibat Covid-19, mendapatkan kesembuhan yang optimal. Udara tersebut dapat disterilisasi oleh sinar matahari, sehingga udara di sekitar lingkungan akan dikondisikan dengan aman.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Rumah Sakit adalah Ladang Pelatihan Boddhisatwa

Rumah Sakit adalah Ladang Pelatihan Boddhisatwa

16 Maret 2021

Tzu Chi Hospital mengembankan potensi untuk merawat pasien dengan menerapkan budaya humanis. Sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan dan layanan baik fisik maupun batin.

Keunggulan dalam Perhatian yang Menyeluruh

Keunggulan dalam Perhatian yang Menyeluruh

13 April 2021

Demi mendalami misi kesehatan dan memberikan pelayanan berbudaya humanis yang maksimal di Tzu Chi Hospital nantinya, relawan kembali mendapatkan training secara berkala. Training Relawan Pemerhati Rumah Sakit ke-8 dilaksanakan pada Minggu 4 April 2021 melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh 627 peserta.

Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit dengan Sepenuh Hati

Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit dengan Sepenuh Hati

14 Desember 2020
Waktu berlalu begitu cepat. Bulan Desember ini, tepatnya Minggu, 6 Desember 2020 merupakan pelatihan keempat relawan pemerhati Tzu Chi Hospital dan masih diselenggarkan melalui aplikasi Zoom.  
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -