Kisah Anak Bantaran Kali
Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara) M. Fadil sudah sembuh dan telah pulang di rumahnya di bantaran kali di Teluk Gong, Jakarta Utara. |
| ||
Kondisi rumah keluarganya yang berada pas di pinggir tanggul kali sangatlah memprihatinkan. Di rumah kontrakan berukuran 3 x 5 meter itu, tinggal 6 orang anggota keluarga. Menurut Kasuni ibu pasien M. Fadil mengalami sakit diare dan sesak nafas, sewaktu diare bertambah berat pernafasannya pun lama kelamaan menjadi sesak. Maka keluarga menjadi panik dan membawa Fadil ke Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. Lalu bagaimana keluarga ini bisa melaporkan kasus ini ke Yayasan Budda Tzu Chi? Ini juga sebuah kisah yang mengharukan, kita terkadang jarang dan merasa tidak punya waktu untuk melihat DAAI TV, Namun keluarga yang tinggal di bantaran kali ini setiap hari menonton DAAI TV lewat sebuah pesawat televisi kecil nan tua. Dari DAAI TV mereka mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi dan tahu di mana kantor Yayasan. Karena Anna Tukimin dan relawan lainnya menilai ini harus segera ditangani, maka siang itu juga info ini disampaikan ke relawan lainnya untuk segera melihat keadaan Fadil di Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Siang itu, pukul 13.30 WIB empat relawan, diantaranya Chandra, Ie a Hong, dan Hendry Huang segera menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit ternyata Kasuni juga telah berada di sana. Begitu melihat para relawan datang raut wajah Kasuni langsung mengembangkan senyuman. Karena jam besuk sudah lewat pihak rumah sakit hanya mengijinkan 1 orang saja untuk masuk melihat keadaan Fadil di dalam ruang ICU yang terisolasi di lantai 5. Ketika itu, Kasuni tidak berani masuk untuk melihat kondisi anaknya karena tidak kuat melihat sang buah hati yang sekujur tubuhnya dipenuhi selang infus. Memang kondisinya saat itu sangat memprihatinkan sekali. Belum lagi pihak keluarga harus selalu siap sedia apabila dokter sewaktu-waktu meminta mereka menebus obat, ini sangat menakutkan keluarga pasien, karena mereka bukanlah berasal dari keluarga mampu. Ayah Fadil, bekerja sebagai buruh nelayan di kapal ikan yang berpangkalan di Palembang, dengan gaji bersih Rp 400.000/bulan. Sedangkan Kasuni adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Keluarga yang baru menikah pada awal tahun 2009 ini tinggal menumpang di rumah ayah sang istri di bantaran kali Jalan Lindung, Teluk Gong. Kakek Fadil adalah seorang tukang becak, karena usianya juga sudah mencapai 60 tahun, ia tidak bisa menarik becaknya setiap hari. Kadang-kadang hanya setenggah hari atau dua hari sekali karena kondisi kesehatan dan faktor usia. Dari pendapatan menarik becak yang tidak seberapa ini, sang kakek berpenghasilan Rp 600.000/bulan. Hidup di kota metropolitan dengan penghasilan total Rp 1.000.000/bulan untuk biaya kontrak rumah dan menghidupi 6 orang anggota keluarga tentulah harus dijalankan dengan sangat irit dan serba kekurangan. Karena kondisi ekonomi yang sulit dan serba kekurangan inilah maka pihak keluarga merasa sangat tertekan dan takut kalau sewaktu-waktu dokter memberi sebuah resep yang harus mereka tebus segera, karena Fadil dalam keadaan yang sangat kritis. Dalam situasi seperti ini, Chandra menerangkan prosedur Tzu Chi kepada keluarga Fadil dan menenangkan hati mereka agar banyak berdoa dan sedikit bersabar, karena harus diadakan perundingan terlebih dahulu. Setelah mendengar nasehat Chandra dan kata-kata yang bijaksana darinya, maka keluarga Fadil terlihat sedikit lega dan raut wajah mereka tidak lagi setegang pertama kali bertemu. Lalu para relawan pamit untuk ketempat lain lagi.
Keterangan :
Bertemu Sang Ayah Pada kunjungan berikutnya, 29 Juni 2010 keluarga Fadil sudah tidak lagi terlihat tegang dan cemas, karena kondisi Fadil yang sudah mulai membaik dan Tzu Chi juga sudah membantu biaya obat-obataan Fadil. Menurut dokter, Fadil sudah boleh dikeluarkan dari ruang ICU, karena kondisinya semakin membaik. Mendegar berita itu para relawan yang berkunjung turut gembira. Pada kunjungan kali ini untuk pertama kalinya relawan bertemu dengan ayahnya Fadil yang baru sampai di Jakarta, karena baru pulang dari pangkalan kapal ikannya di Palembang. Dalam kesempatan itu ia menyampaikan terima kasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dan para relawan yang begitu baik kepada anak sulungnya. Waktu lahir pun ia tidak di sisi sang bayi karena sedang bekerja di tenggah laut. Sampai saat masuk rumah sakit ia tidak mengetahuinya. Mungkin atas dasar ikatan batin yang kuat atau sebuah kebetulan ketika di tengah laut tiba-tiba muncul badai sehingga kapalnya harus pulang lebih awal. Sesampainya di palembang ia dikabarkan ada telepon dari Jakarta yang mengabarkan keadaan anaknya yang telah lahir dan sedang sakit. Ia pun segera pulang ke Jakarta. Dan hari itu juga ia bertemu dengan para relawan yang datang menjengguk anaknya, perasaannya sungguh terharu. Sepuluh hari kemudian, Fadil pun dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah, namun harus melakukan kontrol sebulan sekali ke rumah sakit. Salah satu paman Fadil menelepon kesalah satu relawan untuk menyatakan terima kasih atas bantuan dan dukungan Yayasan Buddha Tzu Chi. Malam itu juga relawan Hendry Huang dan beberapa relawan mengunjungi Fadil yang baru pulang untuk memastikan kondisi Fadil yang telah sembuh. Keluarga menyambut kedatangan relawan dengan gembira dan penuh sukacita. Begitu juga para tetangga Fadil semuanya juga ikut merasa gembira. Karena kondisi ekonomi keluarga Fadil yang sangat memprihatinkan, maka Tzu Chi tidak berhenti sampai di sini saja, bantuan untuk Fadil diberikan dalam bentuk biaya pengobatan jalan yang dilakukan sebulan sekali untuk mengontrol kondisi Fadil. Juga susu bubuk sebanyak 4 kaleng sebulan. Bantuan ini sangat meringankan keluarga Fadil. Sehingga keluarga Fadil merasa sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua bantuan yang diberikan sampai-sampai sang pamannya bertanya pada salah seorang relawan tentang bagaimana menjadi seorang relawan, karena ia ingin sekali menjadi relawan agar bisa membantu orang lain seperti relawan Yayasan Buddha Tzu Chi. Tanggal 15 Juli 2010, Tzu Ching Camp mengadakan acara kunjungan kasih ke tempat Fadil disertai relawan asal Medan, Sumatera Utara bernama Silvia, seorang Tzu Ching bernama Lidya, dan relawan pemerhati rumah sakit RSKB Cinta Kasih, Lo Hok Lai. Silvia dan Lidya merasa sangat prihatin ketika melihat kondisi mereka yang tinggal di bantaran kali. Di kalangan para tetangga Fadil relawan Tzu Chi sangatlah populer, karena setiap kali relawan datang berkunjung, maka para tetangga Fadil akan menyambut juga dengan sapaan dan senyuman ramah.
Keterangan :
Ketika pulang menuju RSKB Cinta Kasih di tengah perjalanan, relawan bertanya pada Lidya tentang kesan yang ia lihat. Lidya dengan mata menerawang jauh berkata pelan, ”Saya pernah melihat orang yang kondisinya miskin dan susah, namun kalau yang tingkat kesusahannya seperti ini, saya baru pertama kali melihat. Sesusah susahnya kondisi di kota Medan, tidaklah separah kondisi Fadil yang satu in,” ujar Silvia sambil menghela nafas yang panjang. “Kunjungan kasih seperti ini sangatlah penting karena selain bisa mengetahui kondisi Fadil yang terbaru, kita sebagai relawan juga mendapat ilmu, yaitu sikap bersyukur dan merasa puas, karena selama ini setiap orang pasti merasa kurang ini, itu dan lain sebagainya. Nah dengan melakukan kunjungan kasih mendalami kondisi Fadil dan melihat langsung keadaan mereka di lapangan, maka kita akan merasa bahwa kita sudah sangat beruntung dan harus benar-benar bersyukur atas apa yang kita miliki,” Lo Hok Lai berucap penuh arti. Tanggal 5 September 2010 Fadil bersama keluarga besarnya pulang kampung ke Cerebon, Jawa Barat. Pada saat itu ada 3 kali relawan berkunjung ke sana untuk mengantar susu untuk Fadil, namun sayang relawan tidak bertemu mereka. Sampai pada hari kamis, 23 September 2010 relawan kembali lagi ke rumah Fadil. Pada saat itu relawan Tzu Chi disambut dengan penuh senyuman dan hangat oleh keluarga besar Fadil. Menurut Kasuni, kini Fadil sudah lebih gemuk dan selera makannya sangat besar. Mendengar itu relawan merasa sangat bahagia, karena sekilas mengingat kembali saat Fadil tergeletak di ruang ICU, Rumah Sakit Budi Kemuliaan ini sangat bertolak belakang. Kasuni mengatakan sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang begitu memperhatikan dari sakit sampai sudah sembuh terus sampai ke Gizi buah hatinya dengan memberikan Susu. Karena perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh relawan, maka kini keluarga Fadil juga telah memiliki sebuah calengan bambu, mereka berusaha untuk menyisikan sedikit uang untuk membantu yang lain. Ketika melangkah pulang Hendry Huang menyatakan bahwa ia sangat bahagia karena Fadil sudah sembuh dan sehat sekarang. “Tidak kebayang kemaren ketika di ruang ICU dalam kondisi demikian genting dan akhirnya Fadil bisa sehat kembali, sunguh kuat anak ini,” kata Hendry. | |||
Artikel Terkait
Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh: Tim Dapur Tzu Chi Center yang Luar Biasa
07 Desember 2021Kesuksesan program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh memang tak lepas dari peran Tim Konsumsi yang digawangi Apit Utomo.