Kisah dari Padang: "Mau Ketemu Papa-Mama"

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoDengan sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian, tim medis Tzu Chi melakukan operasi pada Alfatira, seorang anak korban gempa yang mengalami cidera cukup parah di kakinya.

 

 

 

Entah mengapa hari itu, Rabu, 30 September 2009, Anuar (40), ayah dari Alfatira (10) yang biasa dipanggil Adit telat untuk mengantar ke tempat bimbingan belajar. Adit mengikuti bimbingan belajar 3 kali dalam seminggu. Pada hari itu Papa telat menjemput Adit di rumah karena jalanan cukup macet.

 

 

Firasat Buruk
Saat itu Anuar bergegas pulang ke rumah untuk mengantar Adit, anak tertuanya mengikuti bimbingan belajar. Adit mengikuti bimbingan belajar mulai pukul 15.00 hingga 18.00. Saat mengantar Adit ke tempat bimbingan belajar, seperti biasa Adit turun dari mobil dan bergegas melangkah masuk. Tapi entah mengapa, tidak seperti biasanya Adit sempat melihat papanya ke belakang. Anuar juga berperilaku sama, matanya terus tertuju ke Adit hingga anak itu masuk ke dalam ruko. “Setelah kejadian ini, saya baru sadar ada yang aneh saat saya mengantar Adit ke tempat kursusnya. Saat turun mobil biasanya saya langsung pergi, tapi kemarin itu saya menunggu Adit sampai dia masuk, dan Adit sendiri juga terus melihat saya. Biasanya Adit itu kalau saya antar turun dari mobil dia langsung lari aja ke dalam,” ungkap Anuar mengenang.

 

foto  foto

Ket :-Di hari pertama, empat orang dokter TIMA yakni dokter gigi, umum, bedah, dan anastesi yang baru tiba, sibuk           menangani para pasien yang terus berdatangan ke RS Tentara Dr Reksodiwiryo. (kiri)
       - Salah satu bangunan di Kota Padang mengalami kerusakan cukup parah. Sejumlah bangunan gedung di           ibukota Sumatera Barat ini ada dalam kondisi serupa setelah diguncang gempa. (kanan)

Tertimpa Reruntuhan
Pada saat terjadi gempa, Anuar langsung mencari Adit ke jalan-jalan. Setelah beberapa jam mencari, Anuar yakin jika anaknya masih berada di tempat bimbingan belajar. Ia bergegas ke lokasi. Anuar panik, kondisi ruko tersebut lantai dasarnya sudah hilang, hanya tinggal lantai 2 dan lantai 3. Adit berada di lantai 3. Saat tim evakuasi berada di lokasi, orangtua para siswa bersama warga menemukan Adit masih dalam kondisi sadar, namun posisi kakinya tertimpa bangunan yang runtuh.

Selama beberapa jam, Adit berada di dalam reruntuhan. Adit merupakan korban kedua yang berhasil dievakuasi oleh tim evakuasi, sedangkan teman-temannya yang lain masih tertimbun di dalam. Adit langsung dibawa ke RS Tentara Dr. Reksodiwiryo yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Kamis, 2 Oktober 2009, Adit masih di ruang operasi dan ditangani oleh dua dokter dari TNI Angkatan Darat dan dua orang perawat dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Kaki kanan Adit sudah berhasil diamputasi, dan kini kaki kirinya masih diusahakan untuk diselamatkan.

 

foto  foto

Ket : - Di tengah rintik hujan yang masih mengguyur Kota Minang pagi itu (pukul 10.00 pagi), tim tanggap darurat             Tzu Chi, tim medis, serta bantuan obat-obatan tiba di Landasan Udara Minangkabau, Padang.  (kiri)
        - Tim yang terdiri dari 4 orang dokter, 3 perawat, 1 apoteker dan 3 orang relawan Tzu Chi tiba di lokasi gempa            satu hari setelah peristiwa gempa. Untuk sementara, posko Tzu Chi berada di RS Tentara Dr Reksodiwiryo,            Padang, Sumatera Barat.  (kanan)

Orangtua Adit dan saudara-saudaranya masih menunggu di depan kamar operasi. Sesekali Merry, ibunda Adit menangis. Anuar mengutarakan bagaimana caranya untuk bisa mengembalikan kepercayaan diri putranya pascaoperasi. Adit itu anak yang berprestasi di bidang tarik suara. Adit juga sesekali membintangi sinetron untuk TV lokal di Padang.

Saat di rumah sakit, Adit pun ditanya oleh Papanya, “Adit gimana...? Kakinya harus diamputasi.” Adit terdiam beberapa saat kemudian berkata, “Adit cuma takut kalo Adit nggak bisa ketemu Papa-Mama lagi.” Seketika itu juga air mata Anuar mengalir. Sementara Merry, dengan raut wajah cemas dan mata yang sembab masih setia menunggu di depan pintu ruang operasi.

 

foto  foto

Ket : - Setibanya di Padang, Tim Tanggap Darurat Tzu Chi langsung berkoordinasi untuk melakukan survei            lapangan, dan memberikan bantuan pengobatan kepada para korban gempa.  (kiri)
        - Tidak ada yang abadi, dalam hitungan menit gedung-gedung bertingkat luluh tantak rata dengan tanah.            Selain kerugian materi, bencana gempa yang melanda Padang 30 September 2009, juga menelan banyak            korban jiwa.  (kanan)

Hingga saat ini, relawan Tzu Chi Padang dan relawan Tzu Chi Jakarta bersama tim medis terus membantu para korban gempa. Untuk sementara ini, posko Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berada di RS Tentara Dr. Reksodiwiryo.
  

 

foto  

Ket :- Kegiatan evakuasi terus dilakukan oleh para tentara di Hotel Ambacang, yang merupakan salah satu            bangunan yang mengalami kerusakan sangat parah. Diduga masih banyak korban yang terjebak dalam            reruntuhan bangunan tersebut.
       

  

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Berkarya di Panti Asuhan

Berkarya di Panti Asuhan

10 Juni 2009 “Dalam kegiatan baksos yang lalu, awalnya saya hanya membantu di pelayanan pemeriksaan dan pemberian kacamata. Tapi karena melihat anak-anak panti banyak yang mengalami masalah kulit, seperti panu dan kutil, akhirnya saya memeriksa mereka dengan peralatan yang seadanya,” tutur Kimmy.
Semua Orang Adalah Keluarga

Semua Orang Adalah Keluarga

21 April 2015

Pengetahuan sebagai bekal bagi relawan untuk mengembangkan misi Amal di Karimun. Yang terpenting dalam misi amal ini adalah kita harus bisa menganggap Gan En Hu seperti keluarga sendiri, sehingga kita bisa ikut merasakan masalah yang dialami dan membantu memecahkan masalah itu sama seperti keluarga kita sendiri. 

Sejuta Cinta Kasih untuk Ibu

Sejuta Cinta Kasih untuk Ibu

08 Januari 2015 Waktu untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada ibu pun tiba. Setiap anak menuangkan teh dan mencuci kaki ibunya masing-masing. Ruangan seketika dipenuhi oleh rasa haru. Tetesan air mata mulai berjatuhan di pipi para siswa asuh dan sang ibu. Rasa haru kian memenuhi ruangan ketika setiap anak asuh memberikan setangkai bunga sambil menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih atas semua jasa sang ibu yang tidak mungkin dapat terbalas.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -