Kisah di Balik Pembuatan Drama DAAI TV
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
DAAI TV sebagai Stasiun Televisi Cinta Kasih juga setiap harinya menayangkan program-program positif untuk disajikan kepada masyarakat. Salah satunya ialah drama kisah nyata relawan Tzu Chi. Pada tanggal 13 Juli 2013, di Wihara Tri Maha Dharma, Jl. Kampung Melayu Barat, Tangerang, DAAI TV bekerja sama dengan SET Production memulai proses shooting untuk serial drama “ Seindah Bunga Teratai”. Kisah ini merupakan serial drama pertama DAAI TV dengan latar cerita kehidupan masyarakat “Cina Benteng” (Komunitas etnis Tionghoa di daerah Tangerang dan sekitarnya) yang belum pernah diulas. Kisah ini menceritakan keluarga besar Ong Hay Tong, ayah Ong Hok Cun Shixiong, relawan Komite Tzu Chi dan relawan pemerhati di RSCM Jakarta yang pada awalnya sangat berada lalu jatuh miskin dan akhirnya berjodoh dengan Tzu Chi. “Ini merupakan jalinan jodoh yang baik, karena jika dilihat dari sisi luar ia (Hok Cun atau yang akrab disapa Acun) kelihatan seperti orang yang biasa-biasa saja. Tetapi ketika kita mendekat dan bercakap-cakap dengannya sebentar, kita akan mengetahui ada sesuatu yang sangat spesial dalam diri Acun,” ujar Yabin Yap, Produser Drama DAAI TV Indonesia. “Di dalam drama ini, menceritakan lika-liku perjuangan Acun yang sedari kecil menghadapi begitu banyak problem keluarga dari sejak orang tuanya yang kaya raya lalu jatuh miskin karena masalah judi, itu akan terpotret jelas dalam drama ini. Itu akan memberikan gambaran bahwa lika-liku perjalanan Acun yang begitu sulit itu yang sangat dekat dengan kesulitan hidup yang menjadi dasar bagaimana ia sangat memperhatikan pasien-pasien Tzu Chi, karena ia mengalami kesulitan-kesulitan hidup itu sendiri,” tambah Yabin.
Keterangan :
Para pemain drama sendiri juga telah mengikuti sosialisasi Tzu Chi sebanyak 2 kali, guna mengetahui lebih dalam mengenai apa itu Tzu Chi dan mendalami setiap karakter tokoh yang mereka perankan nantinya. Seperti misalnya Sunny Soon, pemeran tokoh Acun Shixiong. Dirinya merasa sangat senang dapat memerankan tokoh Acun yang menurutnya sangat tulus dalam membantu orang yang kesusahan. ”Kirain cuma fiksi, tetapi ternyata ini kisah nyata dan tokohnya masih ada. Saya juga melihat jika tokoh Acun ini orannya sangat simple. Ia ingin membahagiakan keluarga dan orang-orang di sekitarnya bahagia,” terang Sunny di sela-sela shooting. Sunny menjelaskan jika pada tahun 2002, ketika pertama kali ia ke Jakarta, ia sudah mengalami penodongan. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali. Hal ini menyebabkan dirinya mulai membuat tembok untuk tidak mudah percaya kepada orang. Jika melihat ada orang di dekatnya, pikiran negatif sudah mulai bemunculan di kepala. ”Banyak curigaan kalo liat orang di jalan. Jadinya Kalau lihat orang meminta bantuan di jalan malah saya tidak tolong. Udah kebentuk rasa tidak percaya kepada orang. Lalu dapat kesempatan untuk main di film ini dan ketemu dengan Acun, rasanya seperti diingatkan untuk membersihkan rasa curiga dan pahit hati yang selama ini sering terkena ‘bencana’ selama belasan tahun di Jakarta,” ungkap Sunny sembari tersenyum mengenang kejadian lampau .”Kalo bahasa kerennya ‘detoks’ ya. Karena sudah banyak ’racun’ di pikiran, sudah saatnya dijernihkan lagi,” tambahnya. Sunny pun juga berkeinginan dapat menjadi seperti dulu, ketika dirinya masih kecil dan polos. ”Saya pengen lagi ngerasain itu seperti gimana. Mungkin ke depan saya mau ke RSCM bantu-bantu Ko Acun bertugas di RSCM dan bantu-bantu sedikit,” harap Sunny yang sehari-hari naik kendaraan umum untuk pergi ke lokasi shooting ini. Sunny pun berharap jika drama yang ia perankan ini dapat menjadi sebuah alternatif tontonan yang beda dan orang-orang yang menonton bisa merasakan kehangatan dari setiap karakter yang ada di film ini. | |||