Sungguh memilukan nasib Difa Hartanto (6), warga Rawa Kedaung, Cengkareng, Jakarta Barat. Difa, panggilan akrabnya, menderita proteinuria atau yang sering disebut dengan ginjal bocor. Sakit yang menimpa Difa bermula sejak tahun 2020 tahun lalu, saat usianya masih 5 tahun.
Nani Arianti (39), Ibu Difa, mengira anaknya gemuk biasa seperti anak-anak lainnya, namun beberapa minggu kemudian gemuknya Difa terasa aneh. Perubahan tubuh Difa membuat Nani membawa putranya ke klinik pengobatan di dekat rumahnya. Oleh dokter diberikan obat untuk diminum selama beberapa hari, tidak ada perubahan dalam diri Difa. Nani kemudian membawa Difa ke Puskesmas, dan dokter Puskesmas kemudian merujuk Difa ke Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng yang dekat dengan tempat tinggal Nani.
Difa Hartanto menderita proteinuria (ginjal bocor). Kondisi Difa kini sudah membaik ketika relawan Tzu Chi datang berkunjung ke rumahnya pada Selasa,1 5 Juni 2021.
Pagi hari Nani membawa Difa ke RS Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, dan lagi-lagi Difa kembali harus dirujuk ke rumah sakit lain, RS Harapan Kita untuk pemeriksaan yang lebih mendalam. Hati Nani semakin cemas, sebenarnya sakit apa yang diderita Difa anak bungsunya ini. Pada hari itu juga Nani membawa Difa ke RS Harapan Kita dan langsung ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Di sini barulah diketahui jika ginjal di sebelah kiri Difa mengalami kebocoran.
Seketika itu juga Nani merasa sangat sedih dan cemas. Nani bingung harus berbuat apa. Ekonomi keluarga yang pas-pasan ditambah dengan beban pengobatan Difa membuatnya tak berdaya.
Sejak setahun lalu Difa mengalami penyakit proteinuria (ginjal bocor). Difa sudah menjalani kemoterapi selama tujuh bulan dan kini kondisinya berangsur membaik, meski harus tetap menjalani pengobatan sebulan sekali.
Difa juga tak bisa menikmati masa kecil seperti anak-anak seusianya. Saat anak-anak yang lain bermain sepuasnya, Difa hanya bisa bergelut dengan sakitnya. Itulah yang membuat Nani sedih.
Nani harus membatasi aktivitas Diva dalam bermain. “Dia nggak bisa capek, Pak, kalau main terlalu capek pasti dia cepet lemas, matanya langsung layu,” ujar Nani.
Nani terus mencari jalan keluar untuk kesembuhan Difa dan berharap bantuan pengobatan. “Saya sangat sedih sekali, Pak, saya kan pedagang kaki lima, suami saya hanya buruh proyek yang pulang seminggu sekali, perasaan saya nggak karuan saat itu,” kenang Nani. “Bagaimana bisa anak saya yang sehari-harinya hidup normal kayak anak-anak lainnya, nggak ada yang aneh-aneh dalam kesehariannya kok bisa ginjalnya bocor,” lanjut Nani mengungkapkan perasaannya.
Hari itu juga Difa dirawat selama tiga hari di RS Harapan Kita Jakarta. Karena kondisi keuangan keluarga yang sangat terbatas, Nani memberanikan diri mengajukan bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Relawan Tzu Chi, Leng Leng, Leo, dan Susan datang berkunjung ke rumah Difa dengan membawa bingkisan sembako untuk keluarga Difa. Leng-Leng memberikan bingkisan paket sembako kepada Nani Arianti (Ibu Diva).
Susan (Ng A Ngo) adalah relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 yang sejak awal mendampingi pengobatan Difa di RS Harapan Kita. Susan, Leng-Leng, dan Leo relawan Tzu Chi lainnya berkesempatan mengunjungi Difa pada Selasa, 15 Juni 2021.
Dari kejauhan tampak Difa sedang bermain di depan rumahnya. Rumah Difa sangat memprihatinkan. Bangunan semi permanen berukuran 2 x 3² meter diapit oleh dua bangunan besar di sisi kiri dan kanannya. Rumah Difa bersebelahan dengan rawa yang dipenuhi sampah.
Masuk ke rumah Difa meniti tumpukan kayu yang bersebelahan dengan rawa. Air menggenang di pelataran sisi rumahnya. Para relawan yang datang berkunjung harus bergantian memasuki rumah Difa.
Susan, relawan Tzu Chi yang mendampingi Difa berharap kedua orang tua Difa terus semangat mendampingi putranya berobat.
Di lorong rumah Difa dipenuhi jemuran pakaian, dapur dan barang-barang tak terpakai. Tak ada ruang tamu, tak ada meja dan kursi. Para relawan hanya berdiri di depan rumahnya dengan membawa sembako tepat di depan MCK rumah Difa.
Susan mengatakan sejak setahun ini baru kali ini relawan datang berkunjung ke rumah Difa dikarenakan pandemi Covid-19. Nani mengajukan bantuan ke Tzu Chi sejak setahun yang lalu (2020) dimasa pandemi Covid-19.
Menurut Susan Difa beruntung mempunyai BPJS Kesehatan, dan Tzu Chi selama ini membantu pengobatannya yang tidak ditanggung oleh BPJS seperti, swab anti gen untuk Nani dan Difa serta pengobatan tambahan ketika menjalani kemoterapi selama tujuh bulan lebih. Sejak setahun lalu RS Harapan Kita memberlakukan para pasien yang berobat untuk melakukan tes swab antigen sebelum melakukan pengobatan di masa pandemi Covid-19.
“Ada beberapa obat tambahan selama perawatan yang tidak ditanggung oleh BPJS. Biaya pengobatan ini di dibantu oleh Yayasan Tzu Chi,” ungkap Susan.
Kondisi rumah Difa yang diapit oleh tembok besar di kiri dan kanannya. Sedangkan di depan rumahnya rawa bercampur dengan sampah.
Menurut Susan kondisi Difa setahun lalu dan sekarang jauh lebih baik. “Saya lihat kini Difa sudah membaik kondisinya dari yang dulu. Dan saat ini Difa masih menjalani pengobatan ke rumah sakit satu bulan sekali. Saya sangat senang sekali melihat Difa sudah berangsur membaik,” ungkap Susan.
Susan berharap kedua orang tua Difa tetap semangat untuk mengobati Difa ke rumah sakit karena masa depan dan harapan Difa masih sangat panjang. Susan sangat bersyukur selama mendampingi Difa, ia juga mendapat banyak pelajaran tentang arti kehidupan. “Saya harus banyak-banyak bersyukur karena saya masih diberi kesehatan, masih diberi kehidupan yang cukup untuk membantu orang yang sedang dalam kesusahan,” ungkap Susan.
Editor: Hadi Pranoto